Thursday, February 6, 2014

GURU



“Ki….ana suka mendengar orang berkata bahwa kita bisa belajar sendiri tanpa perlu guru, menurut Aki gimana Ki….?Tanya Maula.

“Boleh Nak Mas…,silahkan belajar sendiri sekiranya kita mampu….;hanya dalam hemat Aki,keberadaan seorang guru atau ustadz dan kyai tetap memiliki arti penting bagi kita Nak Mas….” Kata Ki Bijak

“Iya Ki…;misalnya apa saja arti penting seorang guru bagi para penuntut ilmu Ki…?” Tanya Maula.

“Pertama, guru adalah wakil dari orang tua kita Nak Mas….; tidak setiap kita terlahir dari orang tua yang terdidik, ada banyak orang tua yang tidak mengenyam pendidikan formal maupun non formal, dan dengan kondisi seperti inilah kemudian orang-orang tua kita menitipkan kita kesekolah, kemadrasah maupun ke pesantren dengan satu tujuan agar anak-anaknya memiliki bekal ilmu lebih dari mereka, dan mereka berharap dengan pendidikan dan didikan guru,ustadz atau kyai yang linuwih, anak-anak mereka akan menjadi anak yang sholeh dan shohah.., jadi sangat berlebihan kalau kemudian kita mengatakan tidak perlu atau meremehkan seorang guru atau ustadz, karena itu tadi, kita terlahir dengan kondisi yang berbeda…” Kata Ki Bijak

“Kedua, guru memiliki ‘sesuatu’ untuk melihat kelebihan dan kekurangan kita.., Aki masih ingat manakala Nak Mas bercerita seorang pemain sepakbola yang empat kali mendapat predikat pemain terbaik dunia, siapa namanya Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak

“Lionel Messi Ki…..” Kata Maula pendek.

“Ya..,Lionel Messi, logikanya seorang yang sudah menyandang predikat terbaik didunia, tidak memerlukan seorang pelatih lagi, tapi kenapa hingga sekarang sang pemain tetap berlatih dengan panduan pelatihnya…, jawabannya adalah karena setiap kita selalu memiliki ‘kelemahan’ yang mungkin kita tidak bisa lihat sendiri, dan dengan alas an itulah seorang pemain terbaik dunia pun memerlukan seorang pelatih,seorang pendamping dan seorang pembimbing untuk menemukan titik mana yang ia masih memerlukan perbaikan, atau bisa pula ia memerlukan seorang pelatih atau seorang guru untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya…,sampai disini Nak Mas paham…?” Tanya Ki Bijak.

“Insya Allah paham Ki…,jangankan potensi kita yang ‘abstrak’ ya Ki, sementara telinga kita yang dekat sekalipun kita tidak bisa melihatnya secara langsung, harus pakai bantuan cermin atau lainnya….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, dan boleh jadi guru kita adalah cermin yang sangat bening untuk kita bisa berkaca dimana titik lemah kita untuk kita perbaiki, dan dimana titik lebih kita unukt kita kembangkan..”Kata Ki Bijak lagi.

“Ketiga,kemampuan kita sangat-sangat terbatas Nak Mas, sesuai fitrahnya, setiap kita diberi keterbatasan-keterbatasan, sehingga kemudian kita memerlukan  orang lain untuk menutupi keterbatasan kita tersebut…..”

“Pun dalam hal belajar, ambil contoh belajar al qur’an saja…., mungkin kita sudah bisa baca al qur’an, tapi Al Qur’an itu ibarat lautan yang sangat luas, sangat dalam dan penuh dengan segala potensi untuk kebahagiaan kita….; tapi sayangnya tidak semua orang bisa berenang dilautan, tidak semua orang punya sampan atau perahu untuk mengarunginya, tidak semua orang bisa menyelam untuk mengambil mutiaranya, tidak semua orang punya kail dan jala untuk mendapatkan ikan-ikannya….”

“Dan para guru kita, para kyai, para alim ulama dan orang-orang yang diberi kelebihan oleh Allah, ibarat mereka yang mampu berenang dilautan, memiliki sampan dan perahu, memiliki alat untuk mengail ikan atau bahkan mereka memiliki kemampuan untuk menyelami kedalaman al qur’an…; dan hasilnya adalah kitab-kitab yang mereka tulis, kitab-kitab yang mereka ringkas dan permudah,tujuannya tidak lain agar orang awam sekalipun, orang yang tidak berenang sekalipun, bisa menikmati perbendaharaan al qur;an yang sudah disarikan oleh para ulama-ulama kita…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Tapi Ki ada orang yang mengatakan jangan taklid ke kyai, kembali saja ke al qur’an dan hadits, sebagainya….” Kata Maula.

“Yang Taklid itu siapa…? Dan yang meninggalkan al qur’an itu siapa sehingga harus kembali ke al qur’an, insya Allah apa yang ditulis dalam kitab-kitab ulama itu sumbernya al qur’an dan hadits, dan kenapa para ulama itu tidak menyodorkan al qur’an secara langsung dan utuh kepada kita, ya itu tadi, kemampuan kita dalam memahami al qur’an tidak sebaik mereka, jadi wajar kalau kemudian ulama-ulama itu menuangkan ‘air kedalam gelas dulu, sebelum menghidangkannya kepada kita, tujuannya agar kita lebih mudah meminumnya…” Kata Ki Bijak.

“Iya ya Ki,masak orang minum langsung dari thermosnya…., jadi kitab-kitab ulama itu ibarat gelas yang mempermudah kita meminum air nya ya Ki….” Kata Maula.

“Iya Nak Mas…, kitab ulama itu ibarat gelas yang dituangi air agar dapat disuguhkan dan kita dapat meminum airnya..”

“Kitab-kitab ulama itu ibarat kolam-kolam yang isinya adalah hasil tangkapan mereka dari lautan al qur’an yang sangat luas dan dalam, agar kita yang tidak bisa berenang atau menyelam,tetap bisa menikmati ilmu-ilmu yang terkandung didalam al qur’an….”

“Jadi dalam hemat Aki, sangat-sangat berlebihan kalau kemudian kita menuduh ulama itu telah berpaling dari al qur’an dan hadits hanya karena mereka telah menyarikan al qur’an dan hadits dalam kitab-kitabnya….” Kata Ki Bijak lagi.  

“Iya Ki…., lagi pula ulama-ulama itu bukan ‘orang sembarangan’ ya Ki…” Kata Maula.

“Mungkin ada orang-orang yang mengarang kitab dengan tujuan diluar yang Aki sebutkan tadi, tapi itu namanya bukan ulama,karena ulama sejatinya adalah mereka yang ‘takut kepada Allah’, jadi hampir tidak mungkin mereka bermain-main dengan Al Qur’an dengan tujuan-tujuan rendah seperti yang dituduhkan sebagian orang….” Kata Ki Bijak lagi.

“Ana juga kadang heran Ki, mereka mengatakan untuk tidak taklid kepada kyai dan ulama, sementara mereka sendiri sedemikian fanatic dengan buku-buku karangan ulamanya, padahal mereka sendiri yang bilang harus kembali pada al qur’an dan hadits, tapi tetap saja yang mereka bangga-banggakan itu kitab karangan ulama yang menjadi idolanya….” Kata Maula.

“Itulah romantika dunia Nak Mas…, mudah-mudahan kita dimasukan kedalam golongan orang-orang yang menghormati ulama, kyai dan guru-guru kita, karena dengan wasilah beliau-beliaulah kita bisa sedikit memahami apa yang dikandung al qur’an, apa yang diterangkan dalam hadits dan berbagai hikmah yang sebelumnya kita tidak tahu….” Kata Ki Bijak.

“Iya Ki….” Kata Maula mengakhiri perbincangan.

Wassalam

06 Februari 2014.  

1 comment: