“Ki….ana
suka mendengar orang berkata bahwa kita bisa belajar sendiri tanpa perlu guru,
menurut Aki gimana Ki….?Tanya Maula.
“Boleh
Nak Mas…,silahkan belajar sendiri sekiranya kita mampu….;hanya dalam hemat
Aki,keberadaan seorang guru atau ustadz dan kyai tetap memiliki arti penting
bagi kita Nak Mas….” Kata Ki Bijak
“Iya
Ki…;misalnya apa saja arti penting seorang guru bagi para penuntut ilmu Ki…?” Tanya
Maula.
“Pertama,
guru adalah wakil dari orang tua kita Nak Mas….; tidak setiap kita terlahir
dari orang tua yang terdidik, ada banyak orang tua yang tidak mengenyam pendidikan
formal maupun non formal, dan dengan kondisi seperti inilah kemudian
orang-orang tua kita menitipkan kita kesekolah, kemadrasah maupun ke pesantren
dengan satu tujuan agar anak-anaknya memiliki bekal ilmu lebih dari mereka, dan
mereka berharap dengan pendidikan dan didikan guru,ustadz atau kyai yang
linuwih, anak-anak mereka akan menjadi anak yang sholeh dan shohah.., jadi sangat
berlebihan kalau kemudian kita mengatakan tidak perlu atau meremehkan seorang
guru atau ustadz, karena itu tadi, kita terlahir dengan kondisi yang berbeda…”
Kata Ki Bijak
“Kedua,
guru memiliki ‘sesuatu’ untuk melihat kelebihan dan kekurangan kita.., Aki
masih ingat manakala Nak Mas bercerita seorang pemain sepakbola yang empat kali
mendapat predikat pemain terbaik dunia, siapa namanya Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak
“Lionel
Messi Ki…..” Kata Maula pendek.
“Ya..,Lionel
Messi, logikanya seorang yang sudah menyandang predikat terbaik didunia, tidak
memerlukan seorang pelatih lagi, tapi kenapa hingga sekarang sang pemain tetap
berlatih dengan panduan pelatihnya…, jawabannya adalah karena setiap kita
selalu memiliki ‘kelemahan’ yang mungkin kita tidak bisa lihat sendiri, dan
dengan alas an itulah seorang pemain terbaik dunia pun memerlukan seorang
pelatih,seorang pendamping dan seorang pembimbing untuk menemukan titik mana
yang ia masih memerlukan perbaikan, atau bisa pula ia memerlukan seorang
pelatih atau seorang guru untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya…,sampai
disini Nak Mas paham…?” Tanya Ki Bijak.
“Insya
Allah paham Ki…,jangankan potensi kita yang ‘abstrak’ ya Ki, sementara telinga
kita yang dekat sekalipun kita tidak bisa melihatnya secara langsung, harus
pakai bantuan cermin atau lainnya….” Kata Maula.
“Ya
Nak Mas, dan boleh jadi guru kita adalah cermin yang sangat bening untuk kita
bisa berkaca dimana titik lemah kita untuk kita perbaiki, dan dimana titik
lebih kita unukt kita kembangkan..”Kata Ki Bijak lagi.
“Ketiga,kemampuan
kita sangat-sangat terbatas Nak Mas, sesuai fitrahnya, setiap kita diberi
keterbatasan-keterbatasan, sehingga kemudian kita memerlukan orang lain untuk menutupi keterbatasan kita
tersebut…..”
“Pun
dalam hal belajar, ambil contoh belajar al qur’an saja…., mungkin kita sudah
bisa baca al qur’an, tapi Al Qur’an itu ibarat lautan yang sangat luas, sangat
dalam dan penuh dengan segala potensi untuk kebahagiaan kita….; tapi sayangnya
tidak semua orang bisa berenang dilautan, tidak semua orang punya sampan atau
perahu untuk mengarunginya, tidak semua orang bisa menyelam untuk mengambil
mutiaranya, tidak semua orang punya kail dan jala untuk mendapatkan
ikan-ikannya….”
“Dan
para guru kita, para kyai, para alim ulama dan orang-orang yang diberi
kelebihan oleh Allah, ibarat mereka yang mampu berenang dilautan, memiliki
sampan dan perahu, memiliki alat untuk mengail ikan atau bahkan mereka memiliki
kemampuan untuk menyelami kedalaman al qur’an…; dan hasilnya adalah kitab-kitab
yang mereka tulis, kitab-kitab yang mereka ringkas dan permudah,tujuannya tidak
lain agar orang awam sekalipun, orang yang tidak berenang sekalipun, bisa
menikmati perbendaharaan al qur;an yang sudah disarikan oleh para ulama-ulama
kita…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Tapi
Ki ada orang yang mengatakan jangan taklid ke kyai, kembali saja ke al qur’an
dan hadits, sebagainya….” Kata Maula.
“Yang
Taklid itu siapa…? Dan yang meninggalkan al qur’an itu siapa sehingga harus
kembali ke al qur’an, insya Allah apa yang ditulis dalam kitab-kitab ulama itu
sumbernya al qur’an dan hadits, dan kenapa para ulama itu tidak menyodorkan al
qur’an secara langsung dan utuh kepada kita, ya itu tadi, kemampuan kita dalam
memahami al qur’an tidak sebaik mereka, jadi wajar kalau kemudian ulama-ulama
itu menuangkan ‘air kedalam gelas dulu, sebelum menghidangkannya kepada kita,
tujuannya agar kita lebih mudah meminumnya…” Kata Ki Bijak.
“Iya
ya Ki,masak orang minum langsung dari thermosnya…., jadi kitab-kitab ulama itu
ibarat gelas yang mempermudah kita meminum air nya ya Ki….” Kata Maula.
“Iya
Nak Mas…, kitab ulama itu ibarat gelas yang dituangi air agar dapat disuguhkan
dan kita dapat meminum airnya..”
“Kitab-kitab
ulama itu ibarat kolam-kolam yang isinya adalah hasil tangkapan mereka dari
lautan al qur’an yang sangat luas dan dalam, agar kita yang tidak bisa berenang
atau menyelam,tetap bisa menikmati ilmu-ilmu yang terkandung didalam al qur’an….”
“Jadi
dalam hemat Aki, sangat-sangat berlebihan kalau kemudian kita menuduh ulama itu
telah berpaling dari al qur’an dan hadits hanya karena mereka telah menyarikan
al qur’an dan hadits dalam kitab-kitabnya….” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya
Ki…., lagi pula ulama-ulama itu bukan ‘orang sembarangan’ ya Ki…” Kata Maula.
“Mungkin
ada orang-orang yang mengarang kitab dengan tujuan diluar yang Aki sebutkan tadi,
tapi itu namanya bukan ulama,karena ulama sejatinya adalah mereka yang ‘takut
kepada Allah’, jadi hampir tidak mungkin mereka bermain-main dengan Al Qur’an
dengan tujuan-tujuan rendah seperti yang dituduhkan sebagian orang….” Kata Ki
Bijak lagi.
“Ana
juga kadang heran Ki, mereka mengatakan untuk tidak taklid kepada kyai dan
ulama, sementara mereka sendiri sedemikian fanatic dengan buku-buku karangan
ulamanya, padahal mereka sendiri yang bilang harus kembali pada al qur’an dan
hadits, tapi tetap saja yang mereka bangga-banggakan itu kitab karangan ulama
yang menjadi idolanya….” Kata Maula.
“Itulah
romantika dunia Nak Mas…, mudah-mudahan kita dimasukan kedalam golongan
orang-orang yang menghormati ulama, kyai dan guru-guru kita, karena dengan
wasilah beliau-beliaulah kita bisa sedikit memahami apa yang dikandung al qur’an,
apa yang diterangkan dalam hadits dan berbagai hikmah yang sebelumnya kita tidak
tahu….” Kata Ki Bijak.
“Iya
Ki….” Kata Maula mengakhiri perbincangan.
Wassalam
06
Februari 2014.
sae kang......mantap!
ReplyDelete