Kata-kata ‘galau,stress,depresi,tertekan,dan
semacamnya,dewasa ini merupakan kosa kata yang dengan mudah ditemukan disetiap
sisi kehidupan.
Diperkantoran,
gejala-gejala semacam itu menghinggapi hampir seluruh penghuni kantor, mulai
dari office boy yang stress karena pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan
dapurnya, karyawan yang tertekan dengan loading pekerjaanya, akunting yang
stress dengan tumpukan data-datanya, hingga direktur yang notabene memiliki kemampuan
financial yang lebih,tetap tidak bisa terlepas dari jeratan stress dan masalah.
Dirumah yang
megah, perasaan gelisahm,cemas,takut dan khawatir menghinggapi hampir seluruh
anggota keluarga. Mulai dari ayah yang super sibuk untuk memenuhi kebutuhan
dapur, seorang ibu yang stress mengalokasikan dana belanja,stress ngurus anak, stress
dengan melambungnya harga-harga kebutuhan yang hampir tidak terjangkau, seorang
anak juga stress karena tekanan orang tuanya yang kadang bertentangan dengan
keinginannnya.
Dimasyarakat
pun sering sekali terjadi friksi, gesekan, pertikaian dan bahkan tawuran yang
penyebabnya tidak lain adalah ‘tekanan social ekonomi’ yang sekarang ini menjerat
hampir seluruh lapisan.
Beragam cara
dan solusi dilakukan orang untuk menghilangkan atau menyembuhkan masalah ini,
tua muda, pria dan wanita, anak-anak dan lansia, semua disibukan dengan masalah
ini.
Pertanyaannya
sekarang adalah kenapa kondisi seperti ini terjadi? Kalau kita sulit untuk
mendeskripsikan dan menyimpulkan penyebab semua itu, maka hal terbaik yang bisa
kita lakukan adalah apa cara terbaik untuk mengatasinya, dan jawabannya adalah
bagaimana kita menjadi DEWASA dalam menjalani kehidupan ini.
Dewasa yang
dimaksud disini adalah bukan dewasa dalam bilangan umur, melainkan kedewasaan
kita dalam menyikapi kehidupan ini, kedewasaan untuk memahami bahwa apa yang
terjadi dengan diri kita,dengan keluarga kita,dengan lingkungan kita,dengan
pekerjaan kita,apapun bentuk dan namanya, semuanya sudah diGARISKAN oleh Allah
Swt, semua yang terjadi adalah sesuai kehendakNya,semua yang terjadi adalah
sesuai dengan kadar yang telah ditentukan oleh Allah.
Tidak ada
selembar daun yang jatuh kebumi tanpa sepengetahuan dan izin Allah, tidak ada
seberat biji zarrah-pun masalah yang terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa
sepengetahuan dan izinNya.
Dan
kesadaran-kesadaran dan kedewasaan cara berfikir seperti inilah yang kemudian
bisa mereduksi tingkat stress ke level yang paling rendah, bukankah semua kita
hafal dengan ayat ke 156 dari surat Al Baqarah?:
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"[101].
[101]
artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada
Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun
kecil.
Semua dari
Allah, dan akan kembali kepada Allah……..
No comments:
Post a Comment