Tuesday, May 29, 2007

ALL BEGINNING IS DIFFICULT

Maulana, namanya, bayi berusia enam bulan itu telah mengingatkan kembali ayahnya terhadap sebuah tulisan yang terpampang didinding Sekolah Teknik Menengahnya dulu, “All beginning is Difficult – Setiap permulaan adalah sulit”, begitu kira-kira bunyi pepatah tersebut.

Diusianya yang sekarang, ia sedang belajar merangkak, terasa sulit olehnya untuk memulai merangkak, satu, dua kali kaki dan tangannya melangkah, ia kembali tersungkur diatas kasur. Ia mencoba lagi meraih benda-benda yang berada dihadapannya, tapi kemampuan merangkapnya yang belum sempurna, membuat ia sangat kesulitan untuk mendekati apa yang diinginkannya.

Merangkak, adalah pekerjaan mudah bagi kita orang dewasa, atau untuk anak usia lima tahun sekalipun. Tapi tidak demikian untuk bayi yang baru memulai belajar merangkak, pekerjaan merangkak adalah sebuah kesulitan yang sangat, karena ia baru memulainya.

Kesulitan dalam memulai hal baru, bukan hanya dialami oleh seorang bayi, tapi juga akan dialami oleh siapapun, terlepas dari apakah ia seorang dewasa, seorang terdidik, seorang terpelajar atau ahli sekalipun, ketika kita kan memulai hal yang baru, pasti kita akan dihadang oleh kesulitan, ya sebuah kesulitan karena kita belum berpengalaman dibidang itu, belum memiliki kekuatan dan ilmu yang cukup atau berbagai hal lain yang merupakan sesuatu yang lumrah terjadi bagi mereka yang akan memulai sesuatu yang baru.

Ketika ada kawan atau teman yang menganjurkan dan mengajak kita shalat berjamaah dimasjid, terasa sangat sulit bagi kita untuk melangkahkan kaki ini kemasjid,

“Iya, Pak, Insya Allah,nanti saya kemasjid” Itu yang paling sering kita dengar dari orang yang diajak kemasjid, atau yang lebih ekstrim mereka akan mengatakan;

“Dirumah juga khan sama-sama shalat, kenapa mesti kemasjid?”

Kemasjid untuk shalat berjamaah adalah sesuatu yang mudah bagi mereka yang terbiasa melakukannya, tapi merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi orang yang baru akan memulainya, All beginning is difficult.

Tapi cobalah rasakan betapa kita akan merasakan suatu “kerugian” ketika kita melewatkan momen shalat berjamaah, karena disana ada kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sudah terbiasa kemasjid.

Membaca Al qur’an, terasa sangat menyakitkan geraham dan melelahkan lidah bagi mereka yang baru memulai membacanya.Apalagi kalau sudah belajar tahsin, susahnya minta ampun.
“Tidak sulit kok Pak, belajar tahsin dan membaca al qur;an itu nikmat dan menyenangkan...” , Kata Pak Ustadz yang memang setiap hari membaca al qur’an, lagi bahwa setiap permulaan pasti mengalami kesulitan.

“Saya seperti merasa punya utang, kalau saya belum mengeluarkan zakat dari harta dan penghasilan saya” Kata seorang dermawan.

Lain halnya ketika kita bertanya pada seorang yang baru memulai untuk membayar zakat, beraaaat sekali, susaaaah sekali, sampai kepikiran terus bahwa seandainya uang yang dizakatkan itu untuk membeli ini dan itu, karena memang setiap permulaan pasti ada kesulitan.

Lalu apakah karena setiap kita akan memulai sesuatu yang baru (yang baik tentunya), kita akan mengalami kesulitan, kemudian kita tidak akan pernah melakukan hal-hal baru?

Apakah jika kita merasakan kesulitan ketika pertama kali kemasjid, kita merasa susah, malu, minder atau berat, kemudian kita tidak akan pernah shalat berjamaah kemasjid selamanya?

Apakah kalau belajar tahsin dan membaca al qur’an untuk pertama kali itu susahnya setengah mati, kemudian kita memutuskan untuk meninggalkan membaca al qur;an untuk selamanya?

Apakah jika sedekah, zakat dan berderma untuk pertama kali itu berat sekali, kemudian lantas kita memutuskan untuk menjadi orang kikir selamanya?

Apakah kita siap menjadi orang yang paling merugi hanya karena kita takut memulai hal-hal baru yang lebih baik?

Akal sehat kita tidak akan menerima pendapat keliru bahwa kita lebih baik tidak melakukan pembaharuan karena kita akan mengalami kesulitan pada awalnya. Akal kita pasti mengarahkan kita untuk melakukan hal-hal baru yang lebih baik sesuai dengan kadar kemampuan kita.

Perlu kita ingat bahwa “kemudahan” yang kita rasakan adalah karena kita telah berjuang mengalahkan “rasa sulit” pada permulaannya.

Betapa kita merasakan nikmatnya bisa berjalan normal, dan ini tidak akan tercapai jika dulu kita tidak pernah merasakan sulit dan sakitnya kita belajar berjalan.

Betapa kita merasakan nikmatnya bisa membaca al qur’an, dan ini tidak akan tercapai jika kita dulu tidak pernah merasakan sulit dan susahnya belajar tajwid dan tahsin dengan benar.

Betapa kita merasakan nikmatnya bisa shalat berjamaah dimasjid, dan ini tidak akan tercapai jika kita selalu bilang “insya Allah, nanti” setiap ada rekan yang mengajak kita.

Pun dalam hal lain, kendaraan adalah sebuah jawaban terhadap kesulitan menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki

Pesawat terbang adalah jawaban terhadap kesulitan perjalanan yang tidak bisa dicapai dengan kendaraan darat.

Pun dengan kapal laut, kereta api, pesawat telepon, pasti mereka menemui dan mengalami kesulitan ketika pertama kali mereka berusaha menemukan dan menggunakan alat-alat dan kendaraan tersebut. Dan dari sana kita bisa belajar bahwa kesulitan bukan sesuatu yang harus kita hindari, tapi harus kita atasi.

Dengan apa kita mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?

Ilmu – dengan pengetahuan yang memadai, kita bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang pasti datang menghadang dalam setiap gerak dan langkah kita.

Kemauan dan tekad – ada banyak orang yang dikarunia ilmu dan pengetahuan yang memadai, tapi sangat miskin kemauan dan tekad, sehingga ilmu dan pengetahuannya hanya sebatas wacana. Seorang yang mampu memadukan ilmu dan kemauan serta tekadnya sajalah yang mempunyai potensi lebih besar untuk mampu mengatasi kesulitan.

Keyakinan – adalah pondasi utama yang akan mampu menopang secara kokok tingginya ilmu serta besarnya kemauan. Ilmu dan kemauan yang besar, tidak akan bisa mencapai tingkatan maksimal tanpa dilandasi oleh sebuah keyakinan yang besar pula.

Keberanian – Berani mencoba, berani berlatih, berani gagal, dan keberhasilan hanya milik mereka yang memiliki keberanian.

Dan yang terpenting adalah ridha Allah swt, Insya Allah, Allah akan memudahkan mereka dalam mengatasi kesulitan, selama mereka berada dijalan-Nya dan memiliki perpaduan sempurna antara Ilmu, kemauan dan tekad, keyakinan dan keberanian dalam dirinya.

Wassalam

May 22, 2007

No comments:

Post a Comment