25. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Dia berkata): "Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,
26. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". (Hud:25~26)
Kaum Nabi Nuh adalah kaum yang diberitakan pertama kali oleh Al Qur’an sebagai umat yang dibinasakan karena mereka mengingkari dakwah Nabi Nuh as agar mereka menyembah Allah saja, seperti termaktub dalam dua ayat tersebut diatas.
Mereka, para pemuka kaum Nabi Nuh as mengatakan bahwa Nabi Nuh as tidak lebih dari manusia biasa yang tidak memiliki kelebihan (tidak mendapat wahyu) apapun, bahkan mereka menantang Nabi Nuh as untuk untuk mendatangkan azab kepada mereka;
32. Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu Telah berbantah dengan kami, dan kamu Telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (Hud:32).
Maka setelah sekian lama dakwahnya tidak “berhasil” mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah dan sikap kaumnya yang sudah melampaui batas, Nabi Nuh as kemudian memohon kepada Allah untuk menurunkan azab kepada kaumnya yang membangkang, hingga akhirnya Allah menimpakan gelombang besar yang membinasakan kaumnya yang membangkang itu, sementara orang-orang yang beriman kepada Allah diselamatkan dengan bahtera yang dibuat Nabi Nuh atas perintah Allah Swt, termasuk mereka yang binasa adalah putra Nabi Nuh yaitu Kan’an.
Kemudian Al qur’an menceritakan bagaimana kaum ‘Ad yang mengingkari dakwah Nabi Hud untuk untuk menyembah Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya, dan bahkan mereka mengatakan bahwa Nabi Hud menderita penyakit gila, dan kemudian Allah-pun membinasakan mereka
Kaum Nabi Shaleh, yaitu kuam Samud, mengingkari seruan Nabi Shaleh untuk menyembah Allah swt, bahkan mereka membunuh unta yang diwasiatkan oleh Nabi Shaleh untuk tidak dibunuh.
Dan atas keingkaran mereka untuk menyembah Allah dan seruan Nabi Shaleh, Allah menimpakan guntur sehingga mereka mati bergelimpangan dirumah-rumah mereka sendiri.
Kemudian kita juga mendapati kisah kaum Luth yang tidak mau mengikuti seruan Nabi-nya untuk meyembah Allah swt, dan bahkan mereka melakukan perbuatan yang melampau batas, yaitu melakukan penyimpangan seksual dengan sesama jenis, dan akhir kisah kaum Nabi Luth adalah mereka mati ditimpa azab Allah berupa dijungkir balikannya bumi tempat mereka berpijak dan hujan batu dari tanah yang terbakar, Naudzubillah.
Penduduk Madyan, kaum Nabi Syu’aib, adalah contoh lain dari umat yang dibinasakan Allah karena mereka mengurangi takaran dan timbangan serta tidak memenuhi hak-hak orang lain, selain mereka mengingkari Allah sebagai satu-satunya ilah yang berhak dan wajib disembah serta tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia. Maka akhir yang tragis pun menimpa mereka, Allah membinasakan mereka dengan suara yang mengguntur sehingga mereka mati bergelimpangan dirumahnya.
Dan kisah terbesar yang paling banyak diingat adalah bagaimana Fir’an, sang raja mesir yang mengaku dirinya tuhan dan tidak mengakui kenabian Nabi Musa serta memperbudak bani israil dengan kekejamananya, ditenggelamkan Allah dilautan ketika Fir’an dan pasukannya hendak mengejar Nabi Musa dan kaumnya.
Salah satu kaum Nabi Musa lain yang tercatat sebagai salah seorang yang diazab Allah adalah Qorun sebagaimana tergambar dalam surat Al Qashas ayat 76~81;
76. Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa[1138], Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
77. Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
78. Karun berkata: "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".
81. Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
[1138] Karun adalah salah seorang anak paman nabi Musa a.s.
[1139] menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya.
Ditenggelamkannya kaum Nabi Nuh, kebinasaan yang menimpa kaum ‘Ad (Kaum Nabi Hud), kehancuran kaum Samud, diazabnya kaum Nabi Shaleh, kehancuran penduduk Madyan, kaum Nabi Luth sampai dengan tenggelamnya Fir’an ditelan gelombang lautan serta harta kekayaan Qarun yang ditelan bumi, semuanya merupakan ibrah bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, agar kita bisa selamat fi dunya wal akhirat.
Apa saja “kesalahan-kesalahan” mereka?
1. Mereka tidak mau menyembah Allah
2. Mereka mengingkari seruan nabi-Nya
3. Mereka mempersekutukan Allah dengan berhala dan sesembahan lain
4. Mereka berlaku tidak adil dengan mengurangi takaran dan timbangan serta tidak memenuhi hak-hak orang lain – kaum Nabi Syu’aib
5. Mereka berlaku maksiat dengan melakukan penyimpangan seksual, - kaum Nabi Luth
6. Mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan mengangap dirinya tuhan serta haus kekuasaan – seperti fir’aun
7. Mereka mentuhankan harta dan sombong karena ilmunya– seperti Qarun
Mari kita tengok sekarang kedalam diri kita masing-masing atau keseliling kita, adakah sebab-sebab yang telah menghancurkan kaum-kaum terdahulu itu dalam diri dan lingkungan kita?
Kalau mereka binasa karena tidak mau menyembah Allah swt, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang enggan untuk menyembah Allah dengan meninggalkan shalat dengan senang hati misalnya?
Kalau mereka binasa karena mengabaikan seruan para nabi dan rasul, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang dengan bangga membelakangi sunnah-sunnah junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw,bahkan sekedar shalat nafilah saja misalnya?
Kalau mereka binasa karena mereka mempersekutukan Allah dengan berhala dan patung, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang mempersekutukan Allah dengan harta, pangkat dan jabatan?
Kalau mereka binasa karena mereka berlaku tidak adil dengan mengurangi timbangan dan takaran serta mengabaikan hak-hak orang lain, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang masih bisa tertawa terbahak-bahak diatas penderitaan orang lain yang hak-haknya kita rampas? Kita masih bisa tersenyum padahal kita tidak mengeluarkan zakat yang didalamnya ada hak fakir miskin, anak yatim, musafir dan orang-orang yang terlantar?
Kalau mereka binasa karena penyimpangan perilaku seksual, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang masih bangga dengan SLI (Selingkuh Itu Indah) yang jelas-jelas tidak ada syariatnya?
Kalau mereka binasa karena merasa dirinya paling hebat dan berkuasa, lalu kenapa masih banyak diantara kita justru menjadi orang yang gila hormat, mabuk jabatan dan memimpikan kekuasaan dengan berbagai cara yang kadang melampaui batas dan tidak dibenarkan secara syari’at?
Kalau mereka binasa karena sombong dengan hartanya dan bangga dengan ilmu yang dimilikinya, lalu kenapa masih banyak diantara kita yang berlomba mengumpulkan harta dengan mengesampingkan kewajiban kita sebagai hamba untuk mengabdi kepada Allah swt? Masih banyak pula diantara kita yang merasa paling pintar, sok jago, paling segalanya?
Bahkan yang lebih memprihatinkan, tindak tanduk kita, tingkah polah kita, tutur kata kita seolah-olah “menantang Allah” untuk segera menurunkan azab sebagaimana kaum durhaka dulu.
“Aaah, shalat tidak shalat sama saja, toh saya tidak apa-apa”
“Aaah, mau musyrik kek, mau kafir kek, itu khan urusan saya, bukan urusan ustadz”
“Aaah, ustadz mah nggak usah ikut-ikutan, uang ini khan uang saya, hasil keringat
saya, kenapa saya harus bayar zakat segala”
Dan masih banyak lagi ucapan dan perilaku bernada menantang, ketika kita diingatkan oleh ustadz atau kyai.
Apakah benar kita sudah siap menerima azab Allah? Ingat azab Allah itu sangat pedih!!!
Jangankan untuk menerima azab yang besar sebagaimana ditimpakan Allah kepada kaum-kaum terdahulu, lha wong sakit gigi aja kita teriaknya kayak orang kesurupan!!
Agar kita selamat dan terhindar dari azab Allah, mari kita mohon kepada Allah untuk diselamatkan dari siksa dunia dan siksa akhirat, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan kaum terdahulu dengan mengikuti secara penuh dan secara benar apa yang digariskan Allah lewat Al qur’an dan Rasul-Nya.
Ingin Selamat, Laksanakan Ajaran Muhammad, yaitu Islam dengan sempurna.
Wassalam
May 30, 2007
No comments:
Post a Comment