Thursday, December 6, 2007

BENARKAH ALAM TLAH ENGGAN DENGAN KITA?

“Ki, benarkah alam sudah enggan dengan kita ki..........?” Tanya Maula

“Kenapa Nak Mas.............?” Tanya Ki Bijak memastikan.

“Iya ki, belakangan ini kan bencana seolah ‘berebut’ untuk datang disekitar kita, Tsunami belum lagi selesai, gempa bumi menjelang, disusul banjir bandang dan sekarang gunung berapi seolah tak mau ketinggalan untuk menghadirkan kecemasan pada kita dengan muntahan lahar panasnya............”Kata Maula.

“Masya Allah, laa haula walaaquata ila billah, inna lillahi wa inna ilaihi rojiun........., itu yang seharusnya kita ucapkan Nak Mas.........” Kata Ki Bijak.

“Maksud Aki..............?” Tanya Maula.

“Sebagai orang yang mengaku beriman, sekali lagi kita harus berhati-hati dalam bertutur kata Nak Mas, jangan sampai kata-kata kita menjadikan kita syirik kepada Allah tanpa kita menyadarinya (syirik khofi), seperti tadi, Alam mulai enggan, kemudian alam marah, seolah alam memiliki kekuatan sendiri disamping kekuatan Allah, mungkin maksud kita bukan seperti itu,tapi alangkah baiknya ketika kita menyikapi semua kejadian dengan melihat af’al Allah dibelakang semua peristiwa itu.............” Kata Ki Bijak.

“Astaghfirullah, iya ki............, lalu hikmah apa yang dapat kita petik dari semua yang telah dan tengah terjadi belakangan ini ki...............?” Tanya Maula.

“Alam tidak pernah enggan apalagi marah kepada kita, alam ‘berlaku’ demikian semata demi melaksanakan perintah Allah swt, untuk mengingatkan kita akan akibat yang harus kita tanggung karena ulah tangan-tangan kita yang tidak terjaga.............” Kata Ki Bijak


41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar ruum)


“Nak Mas perhatikan ayat diatas, 14 abad yang lalu, al qur’an telah memaklumkan bahwa telah nampak kerusakan didarat dan dilaut karena perbuatan tangan manusia, kerusakan inilah yang kemudian menjadi asbab terjadinya bencana sesuai dengan kehendak Allah............”

“Kerusakan didarat, seperti hutan yang gundul akibta pembalakan liar, gunung yang rata karena semena-menaan, bumi yang keropos karena ekploitasi, dan kerusakan-kerusakan lainnya, dikembalikan Allah kepada manusia sebagai pelaku utama kerusakan itu.........”,

“Pun dengan kerusakan dilaut, pencemaran, pendangkalan, abrasi dan kerusakan terumbu karang dan habitat alam laut, akan dikembalikan Allah kepada manusia sebagai pelaku utama kerusakan itu.............”

“Itulah yang kemudian kita sebut sebagai bencana, tanah longsor karena kerusakan hutan, banjir karena pendangkalan laut dan lain sebagainya, semuanya terjadi atas kehendak Allah, bukan karena alam marah atau sudah enggan dengan kita....................” Kata Ki Bijak.

“Ki, apakah Allah marah kepada kita ki...............?” Tanya Maula.

“Wallahu’alam Nak Mas, tapi Aki lebih senang untuk mengatakan bahwa apa yang telah dan tengah terjadi belakang ini tetap merupakan sebuah bentuk kasih sayang Allah kepada kita, bukan sebuah kemarahan..........” Kata Ki Bijak.

“Bencana sebagai sebentuk kasih sayang Allah kepada kita ki..........? Kata Maula heran.

“Coba Nak Mas perhatikan sekali lagi ayat yang tadi Aki sebutkan, diujung ayat itu, Allah menyatakan ‘supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’, jadi menurut hemat Aki, dibalik semua apa yang kita sebut ‘bencana’ itu tersirat sebuah rahmat Allah yang besar bagi kita, Allah menghendaki kita agar tidak tersesat jauh dan berbuat kerusakan terus-menerus, karenanya Allah ‘menegur’ kita dengan bahasa yang menurut kita berupa bencana tadi............” Kata Ki Bijak.

“Ki, rasanya sulit sekali ya ki untuk dapat memahami bencana sebagai sebuah bentuk kasih sayang Allah kepada kita............” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar kata-kata Maulana, ia maklum, karena memang berat dan sangat sulit bagi siapapun untuk memahami bencana sebagai sebuah bentuk kasih sayang Allah.

“Nak Mas pernah ‘marah’ sama Dinda...........?” Tanya Ki Bijak.

“Pernah ki.............” Kata Maula.

“Kenapa Nak Mas marah pada Dinda......?”Tanya Maula.

“Ana kadang marah, kalau Dinda melakukan hal-hal yang ana anggap Dinda melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya, atau kalau ana menganggap Dinda melakukan hal yang kurang patut ki.........” Kata Ki Bijak.

“Apakah Nak Mas marah pada Dinda karena Nak Mas tidak menyayanginya..........?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Ana memarahi Dinda justru karena ana sangat mencintai dan menyayangi Dinda, ana tidak ingin Dinda mendapat hal yang kurang baik, apalagi sampai celaka, sama sekali bukan karena ana tidak menyayanginya ki.............” Kata Maula.

“Subhanallah tidak ada hal apapun yang dapat dibandingkan dengan Allah, demikian pula Allah Yang Maha Rahman dan Rahim, yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, banyaknya bencana, banyak peringatan dan teguran Allah kepada kita, justru menunjukan betapa Allah sangat-sangat menginginkan kebaikan bagi kita, agar kita segera sadar akan kelalaian kita dan segera kembali menuju kejalan-Nya, agar kita tidak terjerumus lebih dalam kedalam jurang kebinasaan yang kita gali sendiri............”Kata Ki Bijak.

“Benar Ki, seandainya ana membiarkan Dinda yang belum mengerti betul bahaya tidaknya apa dia lakukan, itu berarti ana justru tidak menyayanginya, ya ki............” Kata Maula.

“Pernah tidak Nak Mas marah karena Dinda melakukan hal yang sudah benar............?” Tanya Maula.

“Tidak Ki, hanya ana kadang ingin menguji kesungguhan dan kecermatan Dinda dengan apa yang dilakukannya saja ki.....” Kata Maula.

“Kalau ada orang beriman dan beramal shaleh, kemudian dia juga masih merasakan dampak dari ‘teguran’ Allah, itu juga dapat kita maknai sebagai ujian apakah sudah benar keimanananya, sehingga dengan sadar ia mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, terhadap apa yang menimpanya, bukan menyalahkan alam yang marah atau bosan, orang beriman tidak akan mengatakan hal itu semacam itu, karena takut akan merusak tauhidnya kepada Allah swt..............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, semoga kita bisa memaknai semua kebijakan Allah dengan lebih arif ya ki..........” Kata Muala.

“Belajarlah untuk bisa memaknai segala hal yang terjadi disekitar kita dengan arif dan bijaksana, bukan hanya dengan membaca literatur yang tersurat dalam buku dan kitab, Nak Mas juga harus belajar membaca kitab yang tersirat dialam sekitar kita, dengan satu tujuan : untuk menuntun Nak Mas kepada sang Pencipta Alam Semesta ini yaitu Allah swt..............” Kata Ki Bijak lagi.

“Terima kasih ki, semoga ana diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah untuk dapat mempelajari semuanya ya ki...........” Kata Maula.

“Amiin...........semoga Nak Mas..........” Kata Ki Bijak mengakhiri percakapan hari itu.

Wassalam

Nopember 30, 2007

No comments:

Post a Comment