Thursday, December 6, 2007

MENCINTAI ADALAH SATU-SATUNYA CARA UNTUK DICINTAI

“Ki, bisakah kita ‘mengetahui’ ridha tidaknya Allah dengan amal ibadah kita ki........?” Tanya Maula.

“Wallahu’alam Nak Mas, namun demikian, ada sebuah petuah bijak yang mengatakan ‘jika engkau ingin mengetahui seberapa ridha Allah terhadap amal ibadah kita, maka lihatlah seberapa ridha kita terhadap apa yang Allah berikan kepada kita............” Kata Ki Bijak.

“Maksudnya ki..........?” Tanya Maula.

“Jika kita ridha terhadap segala qadha dan qadhar Allah terhadap kita, betapapun hal itu tidak kita senangi, insha Allah, Allah-pun ridha terhadap amal ibadah kita yang masih banyak kurangnya ini....................”Kata Ki Bijak.

“Astagfirullah.....ana jadi merasa malu kepada Allah ki............” Kata Maula.

“Kenapa Nak Mas...............?” Tanya Ki Bijak.

“Ya ki, kadang ana lebih banyak ‘menuntut’ kepada Allah untuk ridha dengan kekurangan amal ibadah yang ana lakukan, ana kerap merasa Allah akan maklum kalau sesekali ana tidak bersegera melaksanakan perintahnya, ana juga kadang berpikir ‘aah tidak apa-apa, kalau shalat dirumah, toh Allah Maha ridha..........., tapi justru karena hal itu, ana malah ‘lupa’ untuk bisa menerima ketentuan Allah terhadap ana ki...........” Kata Maula.

“Bukan hanya Nak Mas, tapi juga kebanyakan dari kita, kita lebih sibuk meminta kepada Allah dari pada berupaya meningkatkan rasa syukur kita terhadap apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita, karena kesibukan kita mengadu, kadang melalaikan kita untuk berserah diri dan bertawakal kepada Allah, kesibukan kita berprasangka kurang baik kepada Allah, lebih sering menyebabkan kita ‘lupa’ bahwa kitalah yang membutuhkan Allah, bukan Allah yang memerlukan kita...........” Kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat al qur’an.

15. Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji (Al Fathir).

“Iya ki.............” Kata Maula pendek.

“Ki, bagaimana caranya agar kita bisa lebih banyak bersyukur daripada mengeluh, agar kita lebih banyak berserah diri dan tawakal daripada mengadu, dan lebih banyak berprasangka baik kepada Allah daripada berburuk sangka pada Allah ki, sehingga kita menjadi orang yang dicintai Allah.............?”

“Tidak ada satupun cara terbaik untuk dicintai Allah, kecuali kita ‘mencintai’ Allah dengan sepenuh hati dan jiwa kita Nak Mas............” Kata Ki Bijak.

“Untuk menjadi orang yang dicintai Allah, kita harus mencintai Allah ki.......?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, cintailah Allah, maka insha Allah, Allah akan lebih mencintai kita.........”Kata Ki Bijak.

“Bagaimana caranya ki.........?” Tanya Maula.

“Ciri utama cinta adalah ikhlas melakukan sesuatu untuk siapapun yang dicintainya, kalau kita mengatakan kita mencintai Allah, maka ungkapan cinta itu tidak bisa sebatas kita mengatakan bahwa kita cinta kepada Allah.........” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki.............?” Tanya Maula.

“Cinta memerlukan pembuktian, kalau kita memang benar cinta kepada Allah, tentu kita akan senang hati dan ikhlas untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan dengan ikhlas pula meninggalkan apa yang dibenci dan dilarang-Nya..........”

“Allah memerintahkan kita untuk hanya menyembah kepada-Nya saja, dan itu tidak boleh ditawar-tawar lagi, dengan penuh kesadaran, kita harus menjaga diri kita dari menyembah ilah lain selain Allah, kita harus dengan ikhlas dan sadar untuk tidak menyembah berhala-hala modern semisal harta, pangkat dan tahta.........”

“Allah memerintahkan kita untuk shalat dengan khusyu, maka orang yang benar-benar mencintai Allah dengan ikhlas, tak akan banyak menawar dalam melaksanakan shalat, tidak menunda-nunda dengan alasan dan dalih apapun, dan berusaha sebisa mungkin untuk dapat ‘bertatap’ dengan Allah dalam shalatnya..............”

“Allah memerintahkan kita untuk shaum, zakat, haji, itupun akan dilakukan dengan penuh keimaman dan keikhlasan jika benar kita mencintai Allah................” Kata Ki Bijak.

“Sepertinya kita harus segera memperbaharui cinta kita kepada Allah kalau kita masih berkutat seputar perlu tidaknya kita bertauhid, atau mempertanyakan syari’at shalat, menyangsikan shaum, zakat dan haji, karena sekali lagi cinta adalah sesuatu yang tulus tanpa pamrih.............” Kata Ki Bijak lagi.

“Berat juga ya ki............” Kata Maula.

“Tidak ada harga yang murah untuk sesuatu yang mahal Nak Mas, apa yang kita korbankan akan sebanding dengan apa yang akan kita peroleh............, jika kita menginginkan cinta Allah, maka itulah harga yang harus dibayar, lha wong ketika kita ingin dicintai orang lain saja sedemikian banyak syarat yang harus kita penuhi, terlebih untuk mendapatkan kecintaan Sang Pemilik Cinta hakiki, kita harusnya berupaya lebih dari sekedar mendapatkan cinta selain-Nya..............” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kalau kita berdoa, kita minta rezeki yang banyak, minta kedudukan yang tinggi, tapi ketika disuruh bangun tahajjud, kita malasnya minta ampun, kalau diperintah zakat, mikirnya ratusan kali, kalau diperintah shaum, dalilnya keluar semua, sementara shaumnya asal-asalan.............” Kata Maula.

“Itulah tidak adilnya kita Nak Mas, kita lebih sering berprasangka buruk kepada Allah kalau keinginan kita tidak segera dipenuhi Allah, kita jadi uring-uringan dan bahkan tidak jarang mencari tuhan alternatif untuk dapat segera memenuhi keinginan kita.................” Kata Ki Bijak.

“Tuhan alternatif ki..........?” Tanya Maula.

“Pergi ke orang pintar, pergi ketempat yang dianggap keramat dan sejenisnya adalah sebentuk ‘pelarian’ dari mereka yang tidak mempercayai keadilan Allah, sehingga mereka mencari-cari tuhan lain selain Allah yang mereka anggap bisa lebih cepat mengabulkan keinginan mereka, dan itu sebuah kedhaliman yang besar, itu syirik Nak Mas............” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas hapal ayat al baqarah 186...? Tanya Ki Bijak.

“Ya ki.................” Kata Maula sambil membaca ayat yang dimaksud.

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.


“Ayat itu adalah sebuah pesan yang sangat jelas dari Allah, bahwa Allah mengabulkan permohonan siapapun yang memohon kepada-Nya, dengan ketentuan ‘hendaklah kita memenuhi perintah-Nya, hendaknya kita ‘hanya’ beriman kepada_Nya, dan agar kita selalu berada dalam kebenaran.......”Kata Ki Bijak.

“Dan kita, sekali lagi, karena kesibukan kita menuntut Allah, kita jadi kerap lupa untuk memenuhi syarat untuk terpenuhinya permohonan kita kepada Allah....”Sambung Ki Bijak.

“Iya ki, lalu kenapa tadi Aki bilang ‘hanya beriman kepada-Nya saja’ ki.........” Tanya Maula.

“Kadang keimanan kita ini masih campur aduk Nak Mas, kita mengatakan kita percaya bahwa Allah-lah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki kita, tapi disisi lain kita menyakini bahwa perusahaan tempat kita kerja, atau atasan kita-lah yang menentukan sedikit banyaknya rezeki kita, sehingga kita lebih takut kepada atasan dari pada kepada Allah, seyogyanya hal ini tidak terjadi jika keimanan kita sudah berada pada tingkatan yang benar.............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, bahkan yang lebih lucu lagi, ada orang yang lebih takut kepada Jin dan Setan, sementara mereka sama sekali mengabaikan Allah yang notabene adalah Dzat yang menciptakan jin dan setan itu ya ki, sehingga mereka rutin memberikan sesajen atau sejenisnya dengan alasan agar jin dan setan tidak ‘marah’ kepada mereka..........” Kata Maula

“Iya, masih banyak yang harus kita benahi Nak Mas, mulai dari keimanan kita sendiri, kemudian pembuktian kecintaan kita kepada Allah, hingga tanggung jawab kolektif kita sebagai sesama muslim untuk saling menasehati dalam kebaikan...........,”Kata Ki Bijak.

“Ya Allah, tunjukilah hamba jalan kearah-Mu dan berikan kemampuan kepada hamba untuk dapat mencintai-Mu Allah..............” Guman Maula pelan, sambil menengadah kelangit, menyadari betapa selama ini ia belum bisa membalas cinta Allah kepadanya.

Wassalam

Desember 07, 2007

No comments:

Post a Comment