“Nak Mas, baru pulang.............?” Tanya Ki Bijak melihat Maula yang basah kuyup kehujanan sepulang kerja.
“Iya ki...........” Jawab Maula pendek, sambil melepas mantelnya, sementara baju dan celananya pun basah kena air hujan.
“Bukannya Nak Mas kalau pulang bareng sama teman yang bawa mobil..............?” Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.
“Iya ki, biasanya ana ikut teman, tapi tadi teman yang bawa mobil, tidak ada semua, ada yang keluar kota, ada yang lembur dan ada yang masih meeting, jadi ana ke Cikarang, dan disana kemarin hujan lebat sekali ki...............” Kata Maula.
“Masya Allah....., tapi Nak Mas baik-baik saja...............?” Tanya Ki Bijak sedikit khawatir.
“Alhamdulillah ki, hanya sedikit masuk angin karena baju dan celana ana basah kemarin, sementara perut ana belum terisi...............” Kata Maula.
“Ngomong-ngomong, kok Nak Mas tidak tahu kalau teman Nak Mas tidak pada pulang............?” Tanya Ki Bijak.
“Yaah, itu salah ana ki...............” Kata Maula menghela napas panjang.
“Salah apa Nak Mas............?” Tanya Ki Bijak.
“Ana tadi tidak telpon dulu, ana sedikit ‘sombong’ dengan meyakini kalaupun ana tidak telpon, ana bisa ikut salah satunya ki.............” Kata Maula.
“Astaghfirullah......, semoga ini menjadi pelajaran bagi Nak Mas, bahwa kita tidak boleh mendahului kehendak Allah, seperti Nak Mas tadi itu, yang beranggapan akan dapat mobil tanpa telpon dulu, apapun keadaanya, Nak wajib berusaha dulu untuk menanyakan kepada teman Nak Mas, bukan langsung memastikan..............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki......., Lalu ki, mungkinkah karena hal itu, Allah membuat ana kehujanan, ana dapat mobilnya telat, ana juga harus menahan dingin dan rasa lapar karena baru sampai rumah pukul delapan malam..............?” Kata Maula.
“Wallahu’alam Nak Mas........, bersyukurlah kalau memang itu sebuah ‘imbalan’ atas kesalahan Nak Mas, karena merunut sebuah hadits "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat". (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi), semoga Nak Mas masuk kategori orang yang dikehendaki Allah seperti dalam hadits itu……….” Kata Ki Bijak.
“Amiin…………” Kata Maula.
“Tapi satu hal yang harus Nak Mas ingat, bahwa jikapun benar apa yang Nak Mas alami tadi merupakan ‘teguran’ dari Allah atas kelalaian Nak Mas, jangan sampai hal itu menjadikan Nak Mas memiliki rasa bahwa Nak Mas ‘sudah dekat dengan Allah’, karena itu sangat berbahaya………..” Kata Maula.
“Orang yang sudah masuk kedalam wilayah ‘rasa mulia’, merasa sudah baik, sudah merasa dekat dengan Allah, kemudian menjadi jumawa karenanya, sangat tidak disukai oleh Allah, bahkan ada sebuah petuah para ahli hikmah yang mengatakan;
“Dosa yang membuat seseorang berusaha bertobat dan mendekat kepada Allah, jauh lebih baik daripada ketaatan yang membuat seseorang menjauh dari Allah dari rasa ujub dengan ketaatannya”,
“Karena itu maknai semua yang Nak Mas alami sebagai sebuah pelajaran dan hikmah, jauhkan diri Nak Mas dari ‘rasa mulia’ tadi, karena hal itu cenderung melalaikan kita....................” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar ki, ana pun merasakan dorongan yang sedemikian besar untuk mengatakan hal itu, untuk mengatakan bahwa ana langsung ditegur Allah karena kedekatan ana, tapi Alhamdulillah, dengan nasehat dari Aki, ana dihindarkan dari hal itu ki..........” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, kita harus berhati-hati sekali, karena sifat ujub atau ‘rasa mulia’ tadi bisa menjalar dalam diri kita dengan cara yang sangat halus, bahkan lebih halus dari rambatan semut terkecil sekalipun, sehingga kadang kita sama sekali tidak menyadarinya................” Kata Ki Bijak.
“Sangat halus ya ki............” Kata Maula.
“Rasa mulia itu bisa muncul lewat perkataan kita, ketika kita bercerita kepada orang lain, bisa lewat perilaku, cara kita memandang dan menatap orang lain, atau bahkan mungkin rasa mulia itu muncul dengan bahasa tubuh kita, misalnya kita membuang muka, atau muka kita yang terlihat masam atau kurang senang manakala kita bertemu seseorang, mengeryitkan dahi atau lain sebagainya, karenanya sekali lagi kita harus sangat berhati-hati akan bahaya rasa mulia ini..........” Kata Ki Bijak lagi.
“Lalu bagaimana Nak Mas akhirnya dapat mobil kemarin............?” Tanya Ki Bijak.
“Awalnya ana sedikit bingung karena setelah ana menunggu sekitar setengah jam didekat pintu tol dan tidak juga dapat mobil, ana dapat informasi dari pedagang gorengan bahwa memang tidak ada lagi mobil yang kearah Cikampek, dan ana disarankan untuk menunggu mobil dijalan sebelah, ana kemudian kesana, meskipun jalanan banjir..............” Kata Maula.
“Lalu.............?” Tanya Ki Bijak.
“Ditengah kebingungan itulah ana menyadari ‘kesalahan’ yang tadi ana ceritakan pada Aki, dan ana teringat pula pesan Aki untuk memperbanyak istighfar manakala kita dalam kebingungan, dan ditengah hujan yang mulai agak reda, ana terus menerus membaca istighfar, dan alhamdulillah, ana dipertemukan dengan sebuah mobil carry merah dengan tujuan Cikampek, hingga ana sampai dirumah sekitar pukul 8.00 malam.............” Kata Maula.
“Oooh, pantes tadi Aki nggak lihat Nak Mas shalat Isya dimasjid.............., syukurlah Nak Mas baik-baik saja..........” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana tadi shalat dirumah.............” Kata Maula.
“Ooh ya Ki, ana sedikit alpa mengenai istighfar, ada di surat apa ya ki.........?” Tanya Maula
“Di Surat Nuh (71) ayat 10 sampai 12 dan disurat Hud (11) ayat 3 Nak Mas.....................” Kata Ki Bijak.
Maula bergegas membuka Al qur’an untuk mencari ayat yang dimaksud oleh Ki Bijak.
10. Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-,
11. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
3. Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
“Subhanallah, besar sekali keutamaan istighfar ya ki........”Kata Maula
“Benar Nak Mas, merugilah mereka yang tidak mau atau enggan untuk beristighfar, selain juga Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat kepada_Nya............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, semoga Allah memelihara ana dari kealpaan seperti kemarin, dan semoga pula ana senantiasa beristighfar, doakan ana ya ki...........” Kata Maula.
Ki Bijak mengangguk sambil tersenyum menyalami Maula yang pamitan.
Wassalam
December 07, 2007
“Iya ki...........” Jawab Maula pendek, sambil melepas mantelnya, sementara baju dan celananya pun basah kena air hujan.
“Bukannya Nak Mas kalau pulang bareng sama teman yang bawa mobil..............?” Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.
“Iya ki, biasanya ana ikut teman, tapi tadi teman yang bawa mobil, tidak ada semua, ada yang keluar kota, ada yang lembur dan ada yang masih meeting, jadi ana ke Cikarang, dan disana kemarin hujan lebat sekali ki...............” Kata Maula.
“Masya Allah....., tapi Nak Mas baik-baik saja...............?” Tanya Ki Bijak sedikit khawatir.
“Alhamdulillah ki, hanya sedikit masuk angin karena baju dan celana ana basah kemarin, sementara perut ana belum terisi...............” Kata Maula.
“Ngomong-ngomong, kok Nak Mas tidak tahu kalau teman Nak Mas tidak pada pulang............?” Tanya Ki Bijak.
“Yaah, itu salah ana ki...............” Kata Maula menghela napas panjang.
“Salah apa Nak Mas............?” Tanya Ki Bijak.
“Ana tadi tidak telpon dulu, ana sedikit ‘sombong’ dengan meyakini kalaupun ana tidak telpon, ana bisa ikut salah satunya ki.............” Kata Maula.
“Astaghfirullah......, semoga ini menjadi pelajaran bagi Nak Mas, bahwa kita tidak boleh mendahului kehendak Allah, seperti Nak Mas tadi itu, yang beranggapan akan dapat mobil tanpa telpon dulu, apapun keadaanya, Nak wajib berusaha dulu untuk menanyakan kepada teman Nak Mas, bukan langsung memastikan..............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki......., Lalu ki, mungkinkah karena hal itu, Allah membuat ana kehujanan, ana dapat mobilnya telat, ana juga harus menahan dingin dan rasa lapar karena baru sampai rumah pukul delapan malam..............?” Kata Maula.
“Wallahu’alam Nak Mas........, bersyukurlah kalau memang itu sebuah ‘imbalan’ atas kesalahan Nak Mas, karena merunut sebuah hadits "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat". (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi), semoga Nak Mas masuk kategori orang yang dikehendaki Allah seperti dalam hadits itu……….” Kata Ki Bijak.
“Amiin…………” Kata Maula.
“Tapi satu hal yang harus Nak Mas ingat, bahwa jikapun benar apa yang Nak Mas alami tadi merupakan ‘teguran’ dari Allah atas kelalaian Nak Mas, jangan sampai hal itu menjadikan Nak Mas memiliki rasa bahwa Nak Mas ‘sudah dekat dengan Allah’, karena itu sangat berbahaya………..” Kata Maula.
“Orang yang sudah masuk kedalam wilayah ‘rasa mulia’, merasa sudah baik, sudah merasa dekat dengan Allah, kemudian menjadi jumawa karenanya, sangat tidak disukai oleh Allah, bahkan ada sebuah petuah para ahli hikmah yang mengatakan;
“Dosa yang membuat seseorang berusaha bertobat dan mendekat kepada Allah, jauh lebih baik daripada ketaatan yang membuat seseorang menjauh dari Allah dari rasa ujub dengan ketaatannya”,
“Karena itu maknai semua yang Nak Mas alami sebagai sebuah pelajaran dan hikmah, jauhkan diri Nak Mas dari ‘rasa mulia’ tadi, karena hal itu cenderung melalaikan kita....................” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar ki, ana pun merasakan dorongan yang sedemikian besar untuk mengatakan hal itu, untuk mengatakan bahwa ana langsung ditegur Allah karena kedekatan ana, tapi Alhamdulillah, dengan nasehat dari Aki, ana dihindarkan dari hal itu ki..........” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, kita harus berhati-hati sekali, karena sifat ujub atau ‘rasa mulia’ tadi bisa menjalar dalam diri kita dengan cara yang sangat halus, bahkan lebih halus dari rambatan semut terkecil sekalipun, sehingga kadang kita sama sekali tidak menyadarinya................” Kata Ki Bijak.
“Sangat halus ya ki............” Kata Maula.
“Rasa mulia itu bisa muncul lewat perkataan kita, ketika kita bercerita kepada orang lain, bisa lewat perilaku, cara kita memandang dan menatap orang lain, atau bahkan mungkin rasa mulia itu muncul dengan bahasa tubuh kita, misalnya kita membuang muka, atau muka kita yang terlihat masam atau kurang senang manakala kita bertemu seseorang, mengeryitkan dahi atau lain sebagainya, karenanya sekali lagi kita harus sangat berhati-hati akan bahaya rasa mulia ini..........” Kata Ki Bijak lagi.
“Lalu bagaimana Nak Mas akhirnya dapat mobil kemarin............?” Tanya Ki Bijak.
“Awalnya ana sedikit bingung karena setelah ana menunggu sekitar setengah jam didekat pintu tol dan tidak juga dapat mobil, ana dapat informasi dari pedagang gorengan bahwa memang tidak ada lagi mobil yang kearah Cikampek, dan ana disarankan untuk menunggu mobil dijalan sebelah, ana kemudian kesana, meskipun jalanan banjir..............” Kata Maula.
“Lalu.............?” Tanya Ki Bijak.
“Ditengah kebingungan itulah ana menyadari ‘kesalahan’ yang tadi ana ceritakan pada Aki, dan ana teringat pula pesan Aki untuk memperbanyak istighfar manakala kita dalam kebingungan, dan ditengah hujan yang mulai agak reda, ana terus menerus membaca istighfar, dan alhamdulillah, ana dipertemukan dengan sebuah mobil carry merah dengan tujuan Cikampek, hingga ana sampai dirumah sekitar pukul 8.00 malam.............” Kata Maula.
“Oooh, pantes tadi Aki nggak lihat Nak Mas shalat Isya dimasjid.............., syukurlah Nak Mas baik-baik saja..........” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana tadi shalat dirumah.............” Kata Maula.
“Ooh ya Ki, ana sedikit alpa mengenai istighfar, ada di surat apa ya ki.........?” Tanya Maula
“Di Surat Nuh (71) ayat 10 sampai 12 dan disurat Hud (11) ayat 3 Nak Mas.....................” Kata Ki Bijak.
Maula bergegas membuka Al qur’an untuk mencari ayat yang dimaksud oleh Ki Bijak.
10. Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-,
11. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
3. Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
“Subhanallah, besar sekali keutamaan istighfar ya ki........”Kata Maula
“Benar Nak Mas, merugilah mereka yang tidak mau atau enggan untuk beristighfar, selain juga Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat kepada_Nya............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, semoga Allah memelihara ana dari kealpaan seperti kemarin, dan semoga pula ana senantiasa beristighfar, doakan ana ya ki...........” Kata Maula.
Ki Bijak mengangguk sambil tersenyum menyalami Maula yang pamitan.
Wassalam
December 07, 2007
No comments:
Post a Comment