“Ada-ada saja ya Ki cara orang buat iklan…” Kata Maula.
“Iklan yang mana Nak Mas maksud..?” Tanya Ki Bijak.
“Itu ki…, iklan ‘galau’ gara-gara tidak punya pulsa….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, itulah kreativitas…., orang berlomba-lomba cari cara dan slogan agar barang dagangannya dikenal dan laku…., tapi bukan itu yang membuat Aki ikut tertarik dengan iklan tersebut, melainkan kenapa iklan dengan semboyan ‘galau’ ini sedemikian ‘laku’ dipasaran, Aki sering denger mulai dari anak-anak, remaja dan bahkan orang dewasa mengatakan kata ‘galau’ ini……” Kata Ki Bijak.
Maula terdiam sejenak, dia baru menyadari bahwa memang benar apa yang dikatakan gurunya tersebut, sekarang ini kata ‘galau’ seperti menjadi sebuah semboyan dari banyak orang, tidak punya pulsa, galau, tidak punya uang, galau, tidak punya pekerjaan, galau, dan bahkan orang yang sudah kerja, masih galau, orang yang punya banyak duit, juga galau…
“Benar Ki…, sekarang ini, kegalauan seperti sebuah endemik yang memang ada ditengah masyarakat kita, apakah memang seperti itu Ki…?” Tanya Maula.
“Aki ingin menjawab ‘bukan’ Nak Mas…, tapi kita tidak bisa menutup-nutupi kenyataan bahwa memang ‘kegalauan’ ditengah masyarakat kita, benar adanya…..” Kata Ki Bijak.
“Ibarat rerumputan.,sekarang ini masyarakat kita tengah dilanda ‘kekeringan’ yang sangat Nak Mas…..”
“Secara akidah…, kekeringan nampak dimana-mana, banyak orang sudah jauh meninggalkan rabb_nya, mereka memilih bersekutu dengan jin dan setan, mereka memilih menuhankan bebatuan dan berhala, mereka memuja harta, mereka memuji-muji jabatan, mereka bahkan tidak lagi tahu siapa Allah swt yang tidak memberinya kehidupan…”
“Secara psikologis…, mereka juga mengalami kekeringan dan kegersangan jiwa, mereka tidak lagi tahu kemana arah dan tujuan hidupnya, mereka tidak lagi bisa membedakan mana kebutuhan dan mana dorongan hawa nafsu, mereka sering merasa tertekan oleh angan-anganya sendiri, mereka sering merasa depresi karena mimpinya yang muluk, mereka juga stress karena selalu melihat keatas, merasa kurang dan kurang dalam hal bendawi….”
“Secara emosional…, mereka juga mengalami kekeringan, mengalami kegersangan….; banyak orang jadi mudah marah, mudah tersinggung, mudah tawuran, bentrokan, saling serang, saling menyakiti satu sama lain hanya karena alas an yang sepele….” Kata Ki Bijak menggambarkan kondisi sebagian masyarakat dewasa ini
“Benar Ki…, sulit untuk menutup-nutupi bahwa kegalauan itu memang tengah terjadi dan melanda sebagian masyarakat kita…, bahkan hanya permasalahan yang relative kecilpun, bisa menimbulkan ‘tekanan’ yang sangat kuat pada sebagian orang, seperti menumpuknya pekerjaan kantor yang mengharuskan seseorang pulang kerja hingga larut malam atau bahkan kadang tidak pulang, belum lagi tuntutan anak istri yang menginginkan agar memiliki waktu lebih banyak dengan ayahnya, telah membuat sebagian orang merasa tertekan…, meskipun mereka mencoba menutup-nutupinya, tapi raut keletihan dan kejenuhan terlihat dengan jelas pada wajah mereka yang tampak murung dan kelihatan seperti lebih tua dari usia sebenarnya, rambutnya mulai ditumbuhi uban premature sebagai ekpresi tekanan yang dihadapinya…..” Kata Maula.
“Iya Nak Mas…., namun demikian, sebagai seorang muslim, kita harus meyakini jika ‘galau’ itu penyakit, maka pasti Allah telah menyiapkan obatnya, hanya banyak diantara kita yang belum tahu atau tidak mau tahu seperti apa resep anti galau yang Allah sediakan untuk kita…..” Kata Ki Bijak.
“Resep anti galau ki…?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas…., namun ada baiknya kita cari apa yang menjadi penyebabnya dulu,hingga kita bisa mendapatkan ‘resep’ yang tepat untuk mengobati penyakit ‘galau’ ini…..”
“Menurut hemat Aki…, pangkal dari semua kegalauan, akar dari segala kegelisahan, pemicu dari setiap keresahan, dan penyebab utama dari berbagai disharmoni yang terjadi dalam akidah,psikologis dan mental kita adalah karena kita semakin jauh dengan Allah Nak Mas….”Kata Ki Bijak.
“Jauhnya kita dari nur ilahiyah inilah yang kemudian membuat hati kita gelap gulita, jiwa kita jadi merana, fikiran kita jadi kacau, semakin jauh seseorang dari titik evisentrum fitrahnya, maka ia akan semakin kehilangan jati dirinya….”
“Hal inilah yang kemudian menimbulkan depresi, hal inilah yang kemudian menimbulkan kegalauan, hal inilah yang kemudian menyebabkan frustasi, hal inilah yang kemudian membuat orang tidak tahu lagi jalan yang harus ditempuhnya, bahkan tidak jarang orang yang mengakhiri hidupnya, karena dia sudah tidak lagi melihat ‘cahaya’ kehidupan yang bisa menuntun langkahnya……” Kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang demi mendengar penuturan gurunya; “Benar Ki…, ana juga melihat fenomena ini, dimana banyak orang yang salah menempatkan Allah pada posisinya yang benar, Allah yang harusnya disembah, justru diabaikan, seolah Allah hanya sebuah nama tanpa makna, Allah yang mestinya dijadikan tempat menggantungkan asa dan harapan, sekarang justru disekutukan dengan bermacam hal, banyak orang tidak lagi menggantungkan harapannya pada Allah, tapi justru pada atasan, menggantungkan harapannya pada sesama mahluk, Allah yang mestinya disembah, justru sekarang ini banyak orang yang berpaling darinya dan menyembah berhala, dan lain sebagainya…” Kata Maula.
Ki Bijak menghela nafas panjang, “Iya Nak Mas…, dan setelah kita tahu penyebabnya, maka kita tahu obatnya, yaitu kembali kepada Allah dengan memurnikan tauhid dan ibadah kita semata kepada Allah…., Laa ilaha ilallah….,tiada tuhan selain Allah, Laa ma’buda ilallah, tidak ada patuh wajb disembah dan diibadi kecuali Allah, Laa maujuda ilallah, tidak ada yang maujud dialam ini kecuali disana terlihat kemaha besaran Allah, Laa maksuda ilallah…., tidak ada satu apapun yang dimaksud dan dituju kecuali Allah, bukan bonus, semuanya kita kembalikan pada Allah, Allah dulu, Allah lagi,dan Allah selamanya……” Kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang, “Resep pertama agar terhindar dari kegalauan adalah kembali pada Allah…..,yang kedua ki….?” Tanya Maula.
“Yang kedua, kembali pada Al Qur’an Nak Mas…..” Kata Ki Bijak.
“Kembali pada Al Qur’an Ki…?” Tanya Maula
“Ya Nak Mas…, harimau yang gagah, akan kehilangan kegagahannya ketika harimau itu sudah keluar dari hutan yang menjadi habitatnya, gajah yang kuat, akan kehilangan kekuatannya manakala gajah sudah keluar dari hutan yang menjadi habitatnya, Hiu yang sangat gesit akan kehiilanga kegesitannya manakala sudah keluar dari air yang menjadi habitatnya, pun dengan seorang muslim yang sudah jauh dari Al Qur’an yang merupakan ‘air kehidupannya’, maka ia akan kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim yang cakap, yang cerdas, yang mempunyai sandaran vertical yang kuat, yang dipuji Allah sebagai umat terbaik yang pernah diturunkan dimuka bumi dan lain sebagainya…”
“Seorang muslim yang telah kehilangan identitasnya tidak lebih akan menjadi manusia cengeng, manusia rapuh, manusia kerdil yang hanya karena tidak punya pulsa, galau, tidak punya duit,pusing, tidak punya pekerjaan, stress, tidak naik gaji, ngambek, tidak naik jabatan, pundung, tidak dapat bonus, nyalahin orang,dan cenderung bersifat kekanak-kanakan……..” Kata Ki Bijak lagi.
Lagi-lagi Maula menghela nafas panjang, “Benar Ki….,sekarang ini banyak anak SMP yang belum bisa mengaji,anak SMA yang belum bisa baca tulis al qur’an, bahkan banyak juga sarjana yang KTPnya islam, tapi tidak bisa baca Al Qur’an……” Kata Maula.
“Kalau baca al qur’an saja tidak bisa, bagaimana kemudian bisa menjadikan Al qur’an sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupannya? Bagaimana kemudian orang yang tidak bisa baca qur’an menjadikan al qur’an sebagai penawar dari sakit lahir dan bathinnya…?”
“Padahal tidaklah Allah menurunkan Al Qur’an ini melainkan untuk dijadikan petunjuk,
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
2. Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
“Sebagai pegangan, sebagai acuan,
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù öàÿõ3t ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# w tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿx îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
“Sebagai penerangan dan cahaya..,
@÷dr'¯»t É=»tGÅ6ø9$# ôs% öNà2uä!$y_ $oYä9qßu ÚúÎiüt7ã öNä3s9 #ZÏW2 $£JÏiB öNçFYà2 cqàÿøéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètur Ætã 9ÏV2 4 ôs% Nà2uä!%y` ÆÏiB «!$# ÖqçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7B ÇÊÎÈ
15. Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan[408].
[408] cahaya Maksudnya: nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab Maksudnya: Al Quran.
Bahkan sebagai obat dari berbagai macam penyakit dan permasalahan yang ada….”
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
57. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
“Dan masih banyak lagi kandungan al qur’an yang jika kita baca dan kita pahami, merupakan solusi paling sempurna dari setiap permasalahan apapun yang kita hadapi, karena al qur’an diturunkan oleh Allah yang menciptakan kita, yang pasti tahu secara detail setiap kebutuhan dan permasalahan kita, sekaligus solusinya…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat-ayat al qur’an;
“Iya Ki…,dan ana fikir,kedua solusi tadi, kembali kepada Allah dan kembali pada Al Qur’an sudah menjawab semua pertanyaan bagaimana mengatasi kegalauan ya ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…, kembali pada Allah…, selalu koreksi akidah kita, jangan sampai tercemar oleh kurafat dan syirik apapun, sekecil apapun…, insha Allah ketika kita sudah ‘menemukan Allah’,ketika kita sudah ‘bersama Allah’, tidak akan ada lagi yang membuat kita gelisah, tidak akan ada lagi yang membuat kita resah, tidak akan ada lagi yang membuat kita cemas, tidak akan ada lagi yang membuat kita depresi dalam kondisi dan keadaan apapun end toh kita sudah berserah diri sepenuhnya pada Dzat yang menciptakan dan pemelihara kita….”
“Kembali pada Al Qur’an…., al qur’an adalah air kehidupan kita, al qur’an adalah cahaya penerang jalan kita, al qur;an adalah tongkat kita, al qur’an adalah petunjuk kita, al qur’an adalah obat kita, maka pegang al qur’an erat-erat, jangan pernah tertukar dengan apapun, baca,hafal,pahami dan amalkan dan ajarkan al qur’an kepada anak-anak kita, pada keluarga kita, pada lingkungan kita….”
“Kalau belum bisa baca al qur’an, jangan malu, belajar sekarang, tanggalkan ego, jangan mentang-mentang sarjana, tidak mau belajar al qur’an, jangankan sarjana, seorang professor sekalipun, jika ia tidak bisa baca al qur’an, ia tidak akan lebih seperti buah yang pahit rasanya lagi tidak harum aromanya…” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki…, kenapa harus malu pada manusia, harusnya lebih malu pada diri sendiri dan pada Allah ya Ki……” Kata Maula.
“Ya…,harusnya kita malu pada Allah yang telah memberi kita berbagai fasilitas untuk mempelajari al qur’an tapi kita tidak bisa memanfaatkannya dengan baik, karenanya Aki tidak bosan-bosan mengingatkan Nak Mas, mengingatkan semua santri disini untuk terus belajar dan belajaral qur’an agar kita bisa selamat dalam menjalani kehidupan didunia ini dan insha alla diakhirat kelak….” Kata Ki Bijak.
“Aamiin…….” Sahut Maula menutup perbincangan.
Wassalam
May01,2012
No comments:
Post a Comment