“Ki…., hampir setiap hari kitakan ketemu dengan banyak orang, seperti ana sekarang ini, mulai dirumah, bertemu dengan anak dan istri, kemudian dijalan raya, ketemu sopir yang ugal-ugalan, ketemu sopir yang marah-marah terus, ketemu pengendara sepeda motor yang tidak sabaran, main serobot saja, ketemu polisi yang lagi nilang, belum lagi sampai kantor, kadang lihat atasan marah-marah, mukanya dijelek-jelekin, ketemu teman yang ngeselin, ketemu bawahan yang susah diatur, juga kadang ketemu pegawai bank yang menjengkelkan, ketemu pegawai instansi yang mata duitan, dan masih banyak lagi berbagai kejadian dan sikap yang kita temukan dalam keseharian kita….”
“Selain tentu juga ana sering bertemu dengan orang yang ramah, orang yang sabar, tutur katanya sopan, dan sikapnya ramah…., dari sekian banyak karakteristik manusia yang kita temui sepanjang hari yang berlainan seperti itu, apa yang harus kita lakukan ki….?” Tanya Maula dalam sebuah kesempatan.
Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula; “Karakter orang boleh beda-beda Nak Mas, seperti yang Nak Mas sebutkan tadi, tapi dari sedemikian banyak perbedaan itu, ada satu yang sama, bahwa mereka semua adalah ciptaan Allah…..”
“Allah yang menciptakan orang yang suka marah, Allah juga yang menciptakan orang yang santun…”
“Allah yang menciptakan orang yang suka ugal-ugalan, Allah juga yang menciptakana orang yang sabar…”
“Allah yang menciptakan atasan yang otoriter, Allah juga yang menciptakan atasan yang baik dan bijak….”
“Allah yang menciptakan bawahan yang susah diatur, Allah juga yang menciptakan bawahan yang penurut….”
“Allah yang menciptakan pegawai yang malas, Allah juga yang menciptakan pegawai yang rajin..”
“Allah yang menciptakan teman yang sering membuat kita kesel, Allah juga yang menciptakan teman yang bisa membuat kita tertawa…”
“Allah yang menciptakan orang jahil, Allah juga yang menciptakan orang yang cerdas….”
“Semuanya Nak Mas…,semua karakter yang kita temukan adalah ciptaan Allah…, tentu dengan satu tujuan yang jelas, tidak mungkin Allah menciptakan semua itu sia-sia dan asal-asalan….” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Lalu apa tujuannya Ki…..?” Tanya Maula.
“Tujuannya adalah untuk sarana belajar dan ladang pahala bagi kita Nak Mas….” Kata Ki bijak.
“Tujuan Allah menciptakan berbagai type manusia itu sebagai sarana belajar dan ladang amal kita ki…?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas…., ketika misalnya Nak Mas dipertemukan dengan seorang atasan yang pemarah, yang sukanya main tunjuk saja, yang otoriter, yang tidak mau mendengar pendapat orang lain, yang sukannya menyalahkan orang lain dan sebagainya…, dari perilaku seperti itu kita bisa belajar, belajar untuk menjadi seorang yang tidak seperti itu, belajar menjadi seorang atasan yang sabar, seorang atasan yang tidak main perintah, seorang atasan yang demokratis, seorang atasan yang bisa mengayomi bawahan..,dengan melihat langsung ‘contoh buruk’ pada atasan kita, maka dengan mudah kita bisa belajar untuk bersikap sebaliknya……,menjadi seorang yang berbeda dari atasan yang berperilaku buruk tadi…” kata Ki Bijak.
Maula menghela nafas panjang, “Benar Ki…, ini bisa dijadikan semacam barometer untuk mengukur seperti apa sikap kita ya ki….” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…, tepatnya seperti cermin, ketika kita ingin gambar kita didepan cermin itu indah, maka kita harus memperindah diri kita, karena pantulan dalam cermin akan menampilkan apa yang menjadi objeknya, tidak lebih dan tidak kurang…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki….” Kata Maula.
“Kemudian ketika kita dipertemukan Allah dengan teman yang suka ngeselin, teman yang sukanya menang sendiri, teman yang tidak mau bekerja sama, juga merupakan sarana kita untuk belajar bagaimana menjadi teman yang baik, belajar untuk bagaimana menjadi teman yang setia kawan, belajar menjadi teman yang bisa dijadikan panutan oleh teman-teman kita…”
“Ketika kita dipertemukan dengan bawahan yang suka ngeyel, suka malas, kerjanya asal-asalan, itu juga merupakan sarana belajar kita agar kita tidak terjebak dalam kondisi seperti itu, kita bisa belajar untuk menjadi ‘abdi’ yang penurut, abdi yang taat, abdi yang senantiasa melaksanakan perintah sesuai dengan aturan yang ada…”
“Pun ketika kita dipertemukan dengan sopir yang ugal-ugalan, pengendara sepeda motor yang tidak sabaran…,semuanya adalah sarana kita untuk senantiasa memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang dikehendaki Allah….” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar Ki….., akan sulit mengukur seperti apa orang sabar itu kalau tidak ada orang yang grusa-grusu ya ki…” Kata Maula.
“Ya Nak Mas, akan sulit mengukur seperti apa seorang dermawan itu, kalau tidak ada orang bakhil…”
“Akan sulit mengukur seperti apa orang rajin itu, kalau tidak ada pemalas…”
“Akan sulit mengukur seperti apa atasan yang bijak itu, kalau tidak atasan yang otoriter…”
“Akan sulit mengukur seperti apa orang taat itu, kalau tidak ada pembangkang…”
“Akan sulit mengukur seperti apa teman sejati itu, kalau tidak ada teman yang suka berkhianat..”
“Akan sulit mengukur seperti apa orang pintar itu, kalau tidak ada orang bodoh….”
“Seterusnya dan seterusnya……, Allah menciptakan semua hal ini, sekali lagi sebagai sarana kita belajar….”
“Dan jangan lupa, dengan belajar kita akan dapat pahala, dengan memberi nasehat kepada orang lain untuk berbuat baik juga dapat pahala, dengan mengingatkan orang malas untuk shalat tepat waktu juga pahala, dengan menenangkan pemarah juga dapat pahala, mengajak orang pelit berderma,juga pahala, dengan mengajari orang jahil, juga pahala….., jadi semuanya tidak ada yang rugi, selama kita bisa menyikapinya dengan baik dan benar Nak Mas….” Kata Ki Bijak lagi.
“Ana faham ki…, terimakasih Ki…, semoga ana bisa belajar banyak dari apa yang ana temukan setiap hari….” Kata Maula.
“Tidak perlu berterimakasih pada Aki Nak Mas, berterimakasihlah pada semua orang yang telah Nak Mas temui selama ini, baik itu yang ‘jelek’ atau yang ‘baik’, semuanya adalah ladang kita untuk memperoleh pahala……” kata Ki Bijak.
“Terimakasih kepada semua teman-teman yang pernah membuatku jengkel, kalian adalah guruku untuk belajar sabar…”
“Terimakasih atasanku yang suka nyalahin bawahan, engkau adalah guruku untuk belajar menjadi pemimpin teladan….”
“Terimakasih bawahanku yang suka ngeyel, kalian adalah guruku untuk belajar kepatuhan….”
“Terimakasih sopir yang ugal-ugalan, kalian adalah guruku untuk belajar kesantunan….”
“Terimakasih pengendara motor yang nggak sabaran, kalian adalah guruku untuk belajar mematuhi aturan…..”
“Terimakasih semuanya, syukurku kepadaMu ya Allah yang telah membukakan matahati ini untuk bisa mendapatkan kebaikan dalam setiap kesempatan…..aamiin….” Kata Maula.
“Aamiin…..” Ki Bijak mengamini.
Wassalam;
16 Mei 2012
No comments:
Post a Comment