Tuesday, May 15, 2012

SEGALA PUJI BAGI ALLAH YANG TELAH MELEBIHKANKU...

“Nak Mas pernah dengar cerita Abu Ibrahim yang mendapat sebuah pelajaran dari seseorang yang ditemuinya disebuah gubuk tua...” Tanya Ki Bijak pada Maula.

“Belum Ki.., kalau Aki berkenan, ana mau mendengarnya ki....” Kata Maula.

“Abu Ibrahim bercerita bahwa suatu ketika ia berjalan-jalan dipadang pasir, hingga akhirnya ia tersesat dan tidak menemukan jalan pulang...; Ki Bijak mengawali ceritanya.

Maula diam, mendengarkan dengan seksama dan menanti kelanjutan cerita gurunya;

“Disana ia menemukan sebuah kemah tua..., lama ia memperhatikan kemah lusuh tersebut, dan ternyata didalamnya terdapat seorang tua yang tengah duduk diatas tanah dengan sangat tenang...”

“Abu Ibrahim mendekat dan memperhatikan si kakek tua tadi, dan ternyata kedua tangan orang ini kutung..., ia hidup sendiri ditenda tersebut, tidak ada sanak saudara...., namun yang menarik perhatiannya Abu Ibrahim adalah bibir kakek tua itu yang selalu bergerak-gerak seperti tengah melantunkan dzikir....”

“Dengan rasa penasaran, Abu Ibrahim makin mendekat untuk mendengarkan ucapakan kakek tadi, ternyata sang kakek tengah mengulang-ngulang pujian terhadap Allah....”

“Alhamdulillahi ladzi fadhalnaa ‘ala katsirii mimman kholaq tafdhilan.....; Alhamdulillahi ladzi fadhalnaa ‘ala katsirii mimman kholaq tafdhilan...”

“Segala puji bagi Allah yang melebihkanku diatas kebanyakan manusia......., Segala puji bagi Allah yang melebihkanku diatas kebanyakan manusia...”

“Abu Ibrahim terheran-heran mendengar ucapan si kakek tua, keadaannya sekarang ini secara lahiriah tidak bisa dibilang baik, apalagi memiliki kelebihan seperti yang diucapkannya, bahkan setelah Abu Ibrahim mendekat, bukan hanya hanya tangannya yang buntung, tapi kedua mata si kakek juga ternyata buta,dan dia tidak memiliki apa-apa didalam kemahnya tersebut...”

“Abu Ibrahim semakin penasaran, kemudian ia mencari adakah anak atau istri si kakek tinggal disana dan mengurusinya, dan ternyata anak dan istrinya pun tidak ada disana...., Abu Ibrahim kemudian beranjak mendekat, hingga si kakek merasakan kehadirannya disana....”

“Si Kakek bertanya demi merasakan ada orang lain didekatnya, ‘siapa? Siapa? Tanya Si kakek pada Abu Ibrahim yang tidak dapat dilihatnya....”

“Abu Ibrahim menjawab, ‘Assalamu’alaikum..,aku seorang yang tersesat dan kemudian menemukan kemah ini, lalu anda sendiri siapa...’dan balik menanyakan siapa kakek tersebut...”

“Abu Ibrahim bertanya,’Anda ini siapa, mengapa anda tinggal seorang diri ditempat ini?, Dimana istrimu, anakmu dan kerabatmu..., Tanya Abu Ibrahim.....”

“Si kakek menjawab,’Aku seorang yang sakit,semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal.., jawab si kakek...”

“Abu Ibrahim diam, ia merasa heran mendengar jawaban sikakek, sikakek yang hidup tanpa anak,tanpa istri,tanpa lengan,dengan mata yang buta, dan tidak punya apa-apa didalam tendanya, tapi yang keluar dari mulutnya justru pujian terhadap Allah, hingga Abu Ibrahim kemudian berkata pada si kakek,” Tadi Aku mendengar engkau mengulang-ngulang perkataan,’ Segala puji bagi Allah yang melebihkanku diatas kebanyakan manusia.......”

Demi Allah,kelebihan apa yang Allah berikan kepadamu, sedangkan engkau buta,engkau fakir, dan kedua tanganmu buntung,dan engkau tinggal sebatangkara...? Tanya Abu Ibrahim penuh heran..”

“Aku akan menceritakannya padamu, tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah engkau mengabulkannya untukku...” Jawab Si kakek tua.

“Abu Ibrahim tidak serta merta mengiyakan permintaan sikakek, ia justru meminta sikakek menjawab pertanyannya dulu,karena sangat penasaran dengan apa yang dialami sikakek, ‘Jawab pertanyaanku dulu, baru aku akan mengabulkan permintaanmu...;kata Abu Ibrahim.

“Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku atas kebanyakan manusia...,bukankah Allah member akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir....” Kata sikakek.

“Betul....” Jawab Abu Ibrahim.

“Berapa banyak orang yang gila...?Tanya Sikakek.

“Banyak juga...” Jawab Abu Ibrahim

“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku diatas banyak manusia...” Jawab Sikakek.
Degh.....Maula tertegun demi mendengar jawaban sikakek, diantara sekian banyak kekurangan yang dimilikinya, ternyata si kakek menemukan kelebihan atas akal sehat yang Allah berikan kepadanya diantara banyak manusia yang justru akalnya sakit dan bahkan gila...

“Masya Allah....., indah sekali ya ki...” Kata Maula.

“Ya Nak Mas....” Kata Ki Bijak, kemudian meneruskan ceritanya.

Kemudian kakek tadi melanjutkan jawabannya kenapa ia senantiasa memuji Allah ditengah berbagai ‘kekurangannya...

“Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan,memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi disekelilingku....,kata sikakek

“Iya..,benar..”Jawab Abu Ibrahim

“Maka segala puji bagi Allah yang telah melebihkanku diatas kebanyakan manusia, betapa banyak orang tuli yang tidak mendengar...?” Kata Si kakek lagi.

“Banyak juga...” Jawab Abu Ibrahim

“Maka segala puji bagi Allah yang telah melebihkanku diatas kebanyakan manusia.....” Jawab Si kakek.

Maula kembali terdiam seribu bahasa, betapa indah jawaban sikakek, dia tidak meratapi kekurangannya, tapi justru memuji Allah yang telah memberinya pendengaran, yang dengannya ia mendengar adzanm, yang dengan pendengaran itu ia bisa memahami ucapan orang lain dan mengenali apa yang terjadi disekilingnya...,

Sementara disisi lain, orang yang sempurna fisiknya, sempurna pendengarannya,justru acuh tak acuh ketika adzan berkumandang,ia lebih tertarik dengan pekerjaan dan kesibukannya dibanding mendengar adzan dan segera memenuhi seruan Allah., betapa banyak orang yang shalatnya diakhir waktu, padahal kumandang adzan sudah sedemikian nyaring terdengar...?

Sementara disisi lain, ada banyak orang yang sempurna fisiknya, baik pendengarnnya, tapi tidak mampu memahami ucapan orang lain karena keangkuhan telah menyumbat telinganya..?

Sementara disisi lain, banyak orang yang sempurna pendengarannya, tapi tidak mampu mendengar keprihatinan dan jerit tangis kelaparan orang-orang disekitarnya....???

Tidak ada yang bisa Maula ucapkan selain menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba menyelami jiwanya, adakah ini juga terjadi pada dirinya, yang acuk ketika adzan berkumandang, yang tak hirau dengan ucapan orang lain dan tak peka terhadap lingkungan disekitarnya...?

Ki Bijak membiarkan Maula menyelam dalam jiwanya, sejenak kemudian ia kembali menuturkan cerita penuh hikmah ini;

“Bukankah Allah memberiku lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” Tanya si kakek.

“Iya benar....” Jawab Abu Ibrahim

“Lantas berapa banyak orang yang bisu tidak bisa berbicara..?Tanya si kakek lagi.

“waah banyak itu...” Jawab Abu Ibrahim.

“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkan aku diatas banyak orang itu....” Kata sikakek lagi.

Benar.....,benar sekali jawaban sikakek, betapa banyak orang yang lisannya tidak bisa berdzikir menyebut nama Allah, betapa banyak orang yang lisannya tidak mengucap syukur atas semua karunia Allah, betapa banyak orang yang lisannya tidak bisa melafadzkan ayat-ayat Allah, maka benarlah sikakek mengucap syukur dan memuji Allah karena telah diberi lisan yang senantiasa memujiNya....!!

“Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembahNya, mengharap pahalanya dan bersabar atas apa yang menimpaku...?” Kata sikakek.

“Iya Benar...” Jawab Abu Ibrahim.

“Padahal betapa banyak orang yang menyembah berhala, menyembah salib dan sebagainya dan mereka juga sakit, mereka merugi dunia akhirat...” Kata Si kakek.

“Banyak sekali...” Jawab Abu Ibrahim

“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkan aku diatas banyak orang itu....” Kata sikakek lagi.

Pak tua terus menyebut ‘kenikmatan Allah atas dirinya satu persatu..,dan Abu Ibrahim semakin takjub dengan kekuatan iman sikakek, ia begitu mantap keyakinannya, dan begitu rela terhadap pemberian Allah...

Sementara betapa banyak pesakitan selain sikakek, yang musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah si kakek...,ada yang lumpuh, ada yang kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada juga yang kehilangan organ tubuhnya, tapi bila dibanding dengan sikakek, mereka tergolong ‘sehat’ dan lebih baik kondisinya, pun demikian mereka meronta-ronta, mengeluh,menangis,bahkan kerap menyalahkan Allah..., mereka amat tidak sabar dan sangat tipis keimanannya terhadap balasan Allah atas musibah yang menimpa mereka, padahal pahala tersebut sedemikian besar...;

Abu Ibrahim makin tenggelam dan fikirannya, hingga akhirnya lamuannya terputus saat pak tua itu berkata kepadanya;

“Bolehkah kusebutkan permintaanku sekarang.., maukah kamu mengabulkannya...? Kata si kakek.

“Iya...apa permintaanmu...” Jawab Abu Ibrahim

Maka sikakek menundukan kepalanya sejenak dan kemudian berkata sambil menahan tangis;”Tidak ada lagi yang tersisa dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun...,dialah yang memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala keperluanku..,sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan hingga kini belum kembali...” Kata Si kakek

“Aku tidak tahu apakah dia masih hidup dan diharapkan kepulangannya, ataukah dia telah tiada dan kulupakan saja...,dan kamu tahu sendiri keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya....” Kata sikakek lagi.

Abu Ibrahim kemudian menanyakan cirri-ciri sianak tadi, dan setelah mendapat jawaban dari sikakek, ia berjanji untuk mencarikan bocah itu untuk sikakek.

Abu Ibrahim kemudian meninggalkan sikakek untuk mencari bocah tadi,ia sendiri tidak tahu kearah mana harus mencarinya...

Namun tatkala Abu Ibrahim berjalan dan bertanya-tanya kepada orang-orang disekitar tentang sianak tadi, ia kemudian melihat sebuah bukit dan sekawanan burung gagak yang sedang mengerumuni sesuatu...

Abu Ibrahim kemudian mendaki bukit tersebut untuk melihat apa yang terjadi disana, ketika sampai disana, ternyata gagak itu tengah mengerumuni jasah bocah yang telah tewas dengan tubuh terpotong-potong, rupanya seekor srigala telah menerkamnya dan memakan sebagian tubuh sibocah tadi dan meninggalkan sisanya untuk kawanan gagak...
Abu Ibrahim sangat sedih memikirkan nasib kakek tua daripada nasib sianak, ia pun turun dari bukit dengan langkah kaki yang berat karena kesedihan yang mendalam...;

Hatinya bergemuruh, haruskah ku tinggalkan kakek tua menghadapi nasibnya sendirian atau ia kembali kemahnya untuk mengabarkan kematian sibocah yang biasa mengurusinya...;

Abu Ibrahim akhirnya berjalan menuju kemah sikakek..dengan kebingungan apa yang harus ia katakan pada sikakek..

Akhirnya terlintaslah kisah tentang Nabi Ayyub as dibenaknya, maka Abu Ibrahim segera menemui sikakek dikemahnya, dan ketika sampai, si kakek duluan yang bertanya kepadanya tentang nasib sibocah.

Abu Ibrahim tidak  buru-buru menjawab pertanyaan sikakek, melainkan ia mengajukan pertanyaan terlebih dahulu; ‘jawablah....siapa yang lebih dicintai Allah, engkau atau Ayyub as...’ Tanya Abu Ibrahim pada sikakek.

Sikakek menjawab; “tentu nabi Ayyub as..”

“Lantas siapakah diantara kalian yang ujiannya lebih berat, engkau atau nabi ayyub as..”Tanya Abu Ibrahim lagi.

“Tentu nabi Ayyub as...” Jawab sikakek.

“Kalau begitu, berharaplah pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas dilereng gunung..,ia diterkan srigala dan dikoyak-koyak tubuhnya....” kata Abu Ibrahim.

Maka sikakek pun tersedak-sedak seraya berkata “Laa ilaha ilallah...” dan Abu Ibrahim berusaha meringankan bebannya dan berusaha menyabarkannya...., namun sedakannya semakin keras hingga Abu Ibrahim mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya hingga akhirnya sikakek meninggal dihadapannya.

Abu Ibrahim mencari orang untuk membantu mengurusi jenazah sikakek, sehingga kemudian ia menemukan musafir yang bersedia membantunya mengurusi jenazah sikakek..’

“Dan ketika musafir-musafir itu menyingkap penutup wajah jenazah sikakek, mereka tiba-tiba saling berteriak ‘Abu Qilabah...Abu Qilabah....!!

Ternyata Abu Qilabah adalah seorang ulama mereka,akan tetapi berbagai musibah datang silih berganti menimpanya, hingga kemudian sikakek yang ternyata Abu Qilabah pergi menyendiri ditengah padang pasir ini...

Selesai penguburan jenazah, malamnya Abu Ibrahim bermimpi bertemu dengan Abu Qilabah dengan penampilan yang indah, ia mengenakan gamis putih dengan badan yang sempurna..,ia berjalan-jalan ditanah hijau, dan Abu Ibrahim bertanya kepadanya’

“Hai Abu Qilabah...apa yang menjadikanmu seperti kulihat ini...” Tanya Abu Ibrahim

“Abu Qilabah menjawab “Allah telah memasukanku kedalam jannahnya dan dikatakan kepadaku;
íN»n=y /ä3øn=tæ $yJÎ/ ÷Län÷Žy9|¹ 4 zN÷èÏYsù Ót<ø)ãã Í#¤$!$# ÇËÍÈ
24.  (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum"[772]. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
[772]  artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu

Maula tidak berkomentar apapun setelah mendengar cerita dari gurunya, ia lebih tertarik untuk menyelami relung hatinya yang terdalam dan bercermin dari cerita tersebut...., ia berharap semoga kesempurnaan dan nikmat yang ia terima selama ini, dapat ia syukuri, dapat ia gunakan sebaik-baiknya untuk mempersebahkan pengabdian terbaik untuk Allah swt.

Wassalam

10 May 2012.

No comments:

Post a Comment