“Kita harus marah Nak Mas…, bahkan wajib ‘marah’…….” Jawab Ki Bijak menanggapi pertanyaan Maula bagaimana menanggapi berbagai provokasi dari pihak lain dengan membuat karikatur dan berbagai statement yang tidak patut terhadap nabi dan keluarga.
“Namun harus diingat, kita bukanlah sekelompok preman, kita bukanlah sekelompok orang tidak beradab, kita adalah umat islam, umat terbaik yang Allah turunkan kemuka bumi ini, umat yang didik dengan teladan akhlaq rasulnya yang agung, yang memiliki kesabaran, yang memiliki ketangguhan, yang memiliki kesantunan yang tidak ada bandingan dan taranya, dan kita adalah umat yang dikarunia akal dan fikiran sehat, sehingga tidak boleh kemudian kita membabi buta menanggapi ocehan sampah dari para pengecut seperti mereka…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Tapi ini sudah keterlaluan ki…..” Kata Mauala dengan nada yang masih emosi.
Ki Bijak menghela nafas panjang dan dalam, “Nak Mas…, mari kita berfikir dengan jernih mengenai hal ini….”
“Pertama, hanya orang mulia yang akan coba dihinakan…., dan penghinaan mereka yang semakin sering dan semakin tidak patut, sebenarnya merupakan ‘pengakuan’ mereka atas kemuliaan nabi itu…..; mereka sebenarnya menyadari sepenuhnya bahwa nabi adalah sosok paripurna, sosok pilihan Allah yang dibekali Allah dengan keluhuran budi dan keagungan akhlaq….;jadi olok-olok dan penghinaan mereka tidak lebih ‘kecemburuan’ mereka dengan kesempurnaan akhlaq nabi kita…, lagi pula ketika Allah yang memuliakan, tidak ada satupun yang akan mampu membuat nabi kita hina….,sampai sini Nak Mas paham…?” Kata Ki Bijak.
“Paham ki…., tapi ana belum bisa menerima perlakuan mereka yang kurang ajar seperti itu….” Kata Maula masih belum sepenuhnya menerima.
Ki Bijak tersenyum melihat Maula yang masih diliputi kekesalan, “ Nak Mas……, kalau kemudian kita membalas olok-olok dan penghinaan mereka, lalu apa bedanya kita dengan mereka??
“Baginda Rasul pernah mengalami penghinaan yang jauh lebih jahat dari sekarang, beliau pernah dilempari batu oleh penduduk thaif, beliau pernah dicaci maki oleh yahudi buta, tapi toh beliau tidak pernah mengajarkan kita untuk membalas lemparan dan caci maki mereka dengan hal serupa…”
“Kalaulah memang nabi menganjurkan kita untuk membalas hinaan yang diterimanya, tentu baginda Rasul akan mengizinkan malaikat Jibriil untuk membinasakan penduduk thaif yang melemparinya, tapi beliau justru melarang Jibril melakukannya, beliau hanya berkata “Jangan Jibril, mungkin mereka belum tahu,…”
“Kalau memang baginda Rasul mencontohkan kita membalas perlakukan yahudi buta yang terus menerus menjelek-jelekannya, tentu baginda Rasul tidak akan memperlakukan yahudi buta itu sedemikian rupa, hingga beliau tiap hari pergi kepasar, membeli roti dan menyuapi yahudi itu hingga akhir hayat beliau…..”
“Lalu akankah kita melakukan sesuatu ‘pembalasan’ yang tidak pernah nabi contohkan…?” Tanya Ki Bijak lagi.
Emosi Maula sedikit mereda setelah mendengar penjelasan gurunya; “Lalu apakah kita harus diam saja ki….?” Tanya Maula.
“Tidak Nak Mas, kita tidak boleh diam dan harus bertindak…, kita harus memberi tahu mereka seperti apa sebenarnya sosok yang mereka hina itu, seperti kata beliau kepada Jibril ‘mungkin mereka belum tahu’, maka sekarang tindakan kita adalah memberi tahu mereka siapa Muhammad bin Abdullah SAW itu sebenarnya…..” Kata Ki Bijak.
“Bagaimana caranya ki…?” Tanya Maula mulai tenang.
“Caranya adalah dengan ‘menghidupkan’ keluhuran budi Rasulullah ditengah-tengah kita Nak Mas….”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasulullah adalah manusia yang sabar…,dengan cara kita selaku umatnya jangan cepat emosian, jangan cepat marah, jangan cepat terprovokasi, jangan cepat terpancing….., karena sangat mungkin gambaran mereka terhadap Rasulullah adalah dari hasil pengamatan mereka terhadap umat islam yang radikal, yang sering melakukan kekerasan dan lain sebagainya….”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasul itu adalah sosok santun dan ramah…., dengan cara kita berperilaku santun dan ramah kepada siapapun, jangankan kepada sesame muslim, kepada umat lain pun kita tetap harus menjaga nilai-nilai kesantunan ini, sehingga mereka bisa melihat betapa agungnya perilaku rasul seperti yang tercermin dalam perilaku umatnya…..”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasul itu adalah sosok pemaaf…, dengan cara kita berperilaku selayaknya orang islam yang memiliki kesempurnaan teladan dalam diri Rasulnya…”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasul bukanlah sosok yang suka melecehkan wanita…, tentu dengan cara kita menghormati dan menyayangi istri kita, menempatkan istri kita dalam proporsi yang benar sebagaimana mestinya….”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasul adalah sosok yang dermawan…., dengan cara kita untuk berusaha mengulurkan tangan membantu sesamanya….”
“Kita beritahu mereka bahwa Rasul adalah sosok pemberani…., tentu dengan cara kita tampilkan sosok keberanian itu dengan cara-cara ksatria, dengan cara-cara beradab, dengan cara-cara selayaknya seorang pemenang…., bukan dengan cara-cara preman dan berangansan……”
“Dan seterusnya Nak Mas…., Nak Mas ingat pepatah yang mengatakan ‘tindakan jauh lebih keras dampaknya dari sekedar ucapan.?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki…..” Kata Maula dengan nada yang lebih rendah.
“Ketika kita berteriak lantang sebagai pembela kehormatan nabi, tapi justru tindakan kita seperti abu jahal yang tidak pernah baca qur’an, bukan kebaikan yang akan kita dapat, tapi justru malah merusak….”
“Ketika kita berteriak lantang sebagai penjaga dan pembela kehormatan nabi, tapi gaya kita angkuh dan sombong layaknya fir’uan, kebaikan apa yang bisa kita dapat..?
“Ketika kita berteriak lantang sebagai penjaga dan pembela kehormatan nabi, tapi shalat saja kita hanya seminggu sekali, lalu apa kata dunia…?
“Ketika kita berteriak lantang sebagai penjaga dan pembela kehormatan nabi, tapi bicara kita kasar, perilaku kita berangasan, kebaikan macam apa yang sebenarnya kita inginkan…?
“Maka dari itu sekali lagi mari kita menjadi pembela dan penjaga kehormatan nabi dengan meneladani dan mengamalkan keluhuran akhlaq budi beliau….”
“Mari kita shalat tepat waktu, seperti sabda beliau “asshalata ‘ala waktiha…”
“Mari kita santuni fakir miskin dan anak yatim, sebagaimana beliau begitu menyayangi kaum dhuafa dan anak yatim…:
“Mari kita laksanakan qiyamual lail,sebagaimana beliau melakukannya sebagai cerminan hamba yang bersyukur…”
“Mari kita baca, kita hafal, kita pahami, kita amalkan dan kita ajarkan al qur’an sebagaimana nabi perintahkan…”
“Mari kita berlaku santun, ramah dan sopan sebagaimana beliau tunjukan selama hidupnya…”
“Mari kita berlaku jujur dan amanah, sebagaimana sifat dan keutamaan beliau…”
“Mari kita berlaku hidup sederhana, sebagaimana beliau senantiasa hidup dalam kebersahajaan…”
“Mari kita maju berperang, berjihad,bertempur melawan hawa nafsu…,karena itulah sebesar-besarnya medan laga…..”
“Mari kita mendahulukan pengabdian kepada Allah, sebagaimana beliau contohkan…”
“Insha Allah…., ketika nilai-nilai luhur baginda Rasul itu sudah hidup ditengah-tengah kita, tanpa harus berperang kata-kata dan ejekanpun, mereka akan melihat, mereka akan melihat bahwa apa yang mereka fikirkan tentang nabi itu salah besar dan tidak berdasar…..” Kata KI Bijak lagi.
Maula menghela nafas dalam-dalam, hatinya kini sudah tenang, karena ia makin menyadari bahwa hinaan atas nabi itu tidak lebih dari ulah manusia-manusia bodoh yang tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar atas diri Rasul.
“Sekarang yuk kita bela kehormatan nabi Nak Mas…., sudah masuk waktu ashar…..” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan.
“Mari ki……” Kata Maula sambil mengiringi langkah Ki Bijak untuk menunaikan shalat ashar.
Wasssalam;
02 May 2012.
No comments:
Post a Comment