“Ki….;menurut
Aki modifikasi cuaca seperti kemarin itu bagaimana Ki…,ana sepertinya kok sreg
dengan ‘gaya bahasa’ mereka yang seolah-olah teknologi bisa melakukan apa
saja,termasuk merekayasa atau bahkan mengalihkan hujan dari satu tempat ke
tempat lainnya…..” kata Maula dalam sebuah kesempatan.
“Islam
adalah agama modern Nak Mas, Islam adalah agama yang sangat menghargai dan
bahkan sangat mendukung kemajuan dibidang apapun, termasuk dibidang teknologi,
bahkan Al Qur’an ‘menantang’ kita untuk bisa melintasi penjuru langit atau penjuru bumi….” Kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah
ayat didalam Ar-Rahman;
33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
“Tapi tidak berarti
kemudian kecanggihan teknologi bisa menggantikan posisi dan eksistensi Allah
sebagai Tuhan…;justru dengan kecanggihan teknologi ini mestinya mengantarkan
manusia untuk mengetahui dan kemudian meyakini adanya sang pencipta langit dan
bumi, adanya sang pemilihara semesta ini…”Kata Ki Bijak lagi.
“Aki
juga sempta mendengar kabar itu Nak Mas…;silahkan..,hanya memang ‘bahasa yang
dipakai banyak orang pintar dinegeri inimenyiratkan ‘kesombongan dan
mengesankan bahwa kita tidak perlu Allah untuk mengatasi semua permasalahan
yang ada, seolah dengan kecanggihan teknologi,semua masalah akan beres….”
“Membangun
waduk, menormalisasi sungai,buat kanal banjir itu sah-sah saja dan memang harus
dilakukan sebagai ikhtiar kita untuk menanggulangi bencana, tapi sebagai bangsa
yang katanya berada,sebagai bangsa yang katanya berketuhanan, seyogyianya semua
upaya apapun disandarkan pada kemaha besaran Allah Swt…….” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya
Ki….; dari semua rencana-rencana penanggulangan bencana yang sempat ana dengar
diberita, semuanya berorientasi pada pembenahan fisik, pembangunan lahiriah
saja,sama sekali tidak menyentuh ‘perbaikan disisi manusianya….”Kata Maula.
“Itu
yang menurut Aki harus diseimbangkan Nak Mas..,Al Qur’an jelas-jelas
memperingatkan kita bahwa kerusakan yang sekarang terjadi, baik didaratan
maupun dilautan adalah karena ‘perbuatan tangan manusia’,karenya cara
penanggulangannya adalah bagaimana memperbaiki sumber kerusakan tersebut yaitu
manusianya…”Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat dari surat Ar-rum:
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
“Kalau
hanya satu sisi saja yang diperbaiki,kalau hanya difisik dan lahiriyahnya saja
yang dibenahi, dalam hemat Aki itu seperti kita menambal perahu yang berlubang
Nak Mas.., seperti kita bangun waduk atau bendungan,sementara disisi lain
penggundulan hutan terus berlangsung,maka waduk seluas apapun,tidak akan mampu
menampung luapan air yang tidak tersaring oleh akar pepohonan…,atau kita
normalisasi sungai,sementara pembuangan sampah terus berlangsung,maka itu sama
saja,menambal satu sisi,sementara sisi yang lain dilubangi….”Kata Ki Bijak.
“Jadi
menurut Aki gimana Ki….?”Tanya Maula.
“Sekali
lagi dalam pandangan Aki yang sangat terbatas ini,Aki berpendapat bahwa
penanggulangan bencana itu tidak sekedar objeknya yang dibenahi,tidak sekedar
fisik dan infrastrukturnya yang harus disiapkan, tapi juga subjeknya, pelaku
utama perusakan dan kerusakan itu sendiri, yaitu membenahi sisi manusianya…”
“Manusia
– (insan-bhs arab), sesuai dengan asal katanya adalah INSUN yang artinya
Harmonis, Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang harmonis, baik itu
secara vertical dengan Allah, maupun secara horizontal dengan sesama manusia
dan alam lingkungannya….”
“Ketika
kemudian keharmonisan ini dirusak oleh manusia, ketika manusia lebih dominan
dan kemudian berbuat semena-mena terhadap lingkungannya,maka yang terjadi
kemudian adalah dis-harmoni, alam, dengan izin Allah kemudian membalas
kesemena-mena-an manusia, alam kemudian dengan izin Allah kemudian
mengembalikan kepongahan dan kesombongan manusia itu kepada manusia, dan itu
yang kemudian kita kenal sebagai bencana…..” Kata Ki Bijak lagi.
Maula
menghela nafas dalam-dalam demi mendengar penjelasan Ki Bijak yang panjang
lebar, “Iya Ki…, hanya saja sangat jarang orang yang berfikir sejauh itu Ki..,umumnya
mereka selalu saja menyalahkan alam, mereka bilang cuaca ekstrim, cuaca yang
tidak bersahabat, alam yang sudah enggan bersahabat dengan manusia dan lain
sebagainya…..” Kata Maula.
“Kita
tidak bisa memaksa mereka untuk memiliki pandangan dan pemikiran yang sama
dengan kita Nak Mas…,hanya sekali lagi, kita sebagai orang yang mengaku
beriman, seyogyanya cara pandang dan pola fikir kitapun disesuaikan dengan apa
yang digariskan dalam al qur’an…”
“Menyalahkan
alam, adalah sebuah kejahilan yang hanya menunjukan rendahnya kualitas
kecerdasan spiritual mereka…; apalagi sampai kemudian menyalahkan Allah,
sungguh ini sebuah dekadensi keimanan yang sangat memiriskan hati….”
“Dengan
sangat jelas al qur’an menjelaskan bahwa ‘pelaku utama’ perusakan adalah
manusia, dan tidaklah akan membuat suatu kerusakan kecuali manusia itu sendiri
dalam keadaan ‘rusak’..!, jadi subjek maupun objeknya bernama MANUSIA…” Kata Ki
Bijak lagi.
“Kerusakan
dibuat oleh manusia yang rusak, begitu Ki….?”Tanya Maula.
“Benar
Nak Mas,kerusakan diakibatkan oleh manusia yang rusak…..” Kata Ki Bijak.
“Lalu
bagaimana memperbaiki kerusakan manusia Ki…?” Tanya Maula.
“Nak
Mas ingat hadits yang menyebutkan didalam dada manusia ada segumpal daging…?” Tanya
Ki Bijak.
“Ya
Ki….” Kata Maula sambil menyebutkan hadits dimaksud;
“Alaa wainna fiil jasadi
mudhghatan idzaa shalahat shalahal jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasadal
jasadu kulluhu alaa wahiyal kalbu - “Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh
ada segumpal daging. Jika daging itu baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya.
Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya.
Ketahuilah bahwasanya segumpal daging itu adalah kalbu.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
“Hati…kalbu ini yang harus
disegera diperbaiki Nak Mas….” Kata Ki Bijak setelah mendengar hadits yang
diucapkan Maula.
“Karena dari sinilah baik
buruknya perilaku manusia bersumber…, hanya hati yang baik yang akan melahirkan
perbuatan-perbuatan baik…”
“Hanya hati yang baik yang akan
menuturkan perkataan-perkataan yang baik…”
“Hanya hati yang baik yang bisa melahirkan
kebajikan dan kebijakan yang selaras dan harmonis….”
“Dan karenanyalah hati ini yang
harus segera kita perbaiki…..” Kata Ki Bijak sambil menunjuk dadanya.
“Otak yang cerdas, otak yang
cemerlang, otak yang pinter, yang tidak dibarengi oleh hati yang bijak, hanya
melahirkan robot-robot yang ber-tuhan pada teknologi seperti yang baru saja
kita saksikan…..; mereka orang-orang hebat,mereka orang-orang pinter,mereka
orang-orang ahli teknologi, tapi sayangnya semua keunggulan yang mereka miliki
belum dilandasi dengan kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga perkataan dan
perbuatan mereka cenderung arogan..”Kata Ki Bijak lagi.
Maula menghela nafas dalam-dalam
demi mendengar perkataan gurunya, “Bagaimana cara membersihkan hati Ki…?” Tanya
Maula.
”Inna likulli sai in sokola.wainna
sokolatul qulub dzikrulloh -Sesungguhnya segala sesuatu itu ada pembersihnya, dan
pembersih hati adalah dzikir pada Alloh “ Jawab Ki Bijak singkat.
“Dzikir adalah pembersih
hati...,bagaimana cara dzikirnya Ki,karena banyak orang yang kelihatannya suka
berdzikir,tapi perilakunya masih jauh dari kata ‘baik..” Tanya Maula lagi.
“Tanya pada ahli Dzikir Nak
Mas....” Kata Ki Bijak sambil mengutip surat al-anbiyaa:
7. Kami tiada mengutus
Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang
kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui.
“Iya Ki...” kata Maula
sambil pamit.
Wassalam
28
Januari 2014
No comments:
Post a Comment