“Seperti cerita dalam dongeng ya ki…..” Kata Maula setelah membaca headline berita di media elektronik
“Apa yang seperti cerita dalam dongeng Nak Mas…?”Tanya Ki Bijak.
“Ini ki…, wanita ini putrid mantan seorang rector yang top, kemudian dia menjadi seorang putrid yang top, hingga kemudian masuk kedalam parpol yang sedang top, dan sekarang menjadi Top news, karena dijadikan tersangka kasus suap wisma atlet….., sebuah perjalanan yang sangat menarik…, dari orang top hingga menjadi bahan berita yang top.., lengkap sudah, semuanya top….” Kata Maula menjelaskan cerita dongeng yang dimaksud;
Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar penuturan Maula, ia juga merasakan prihatin dengan makin banyaknya orang-orang top yang sekarang menjadi bahan berita, bukan karena prestasi atau kepahlawanannya, melainkan justru mereka terjerembab kedalam lobang yang mereka gali sendiri…..
“Ya Nak Mas…., memang sangat disayangkan dan sangat memprihatinkan, ketika sesuatu yang baik, harus berakhir dengan sebuah antiklimaks….., yang dalam hemat Aki semua ini berawal dari makin banyaknya orang yang lupa, bahwa semua kita akan menjadi orang ‘TOP’…..” Kata Ki Bijak.
“Semua kita akan menjadi orang TOP ki…?” Tanya Maula heran.
“Ya Nak Mas…., kita semua akan menjadi TOP, Tua-Ompong-Peyot, dan kemudian mati….., ini top yang Aki maksud….” Kata Ki Bijak
“Waah Aki bisa saja.., TOP; Tua-Ompong-Peyot……” Kata Maula sambil tersenyum
“Aki tidak bermaksud membuat lelucon Nak Mas…., tapi itulah sunatullah…, setiap kita, setiap manusia, akan mengalami proses seperti itu, mulai dari bayi, menjadi balita, menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi dewasa, dan kemudian beranjak tua…..,dan kemudian kita akan dikembalikan kepada awal penciptaan kita…”
“Ketika masih bayi, kita tidak memiliki gigi, maka setelah kita tua, maka gigi kita pun satu persatu akan tanggal, kita kembali menjadi ompong….”
“Ketika masih bayi, penglihatan kita tidak langsung jelas, maka ketika setelah kita tua, mata kitapun kembali menjadi rabun, menjadi minus atau menjadi plus…”
“Ketiak masih bayi, pendengaran kita belum sepenuhnya jelas…, maka setelah kita tua, pendengaran kita pun akan berkurang bahkan banyak yang tuli…”
“Ketika masih bayi, kita tidak tahu apa-apa, maka setelah kita tua, daya ingat kita pun berkurang, kemampuan intelegensia kita pun berkurang, dan bahkan banyak orang tua yang tidak lagi mengenal sanak keluarganya, banyak orang tua yang kemudian menjadi pikun….”
“Ketika masih bayi, tubuh kita lemah, maka setelah tua, tubuh kita akan menjadi renta, tulang kita rapuh, dan tidak gagah lagi…”
“Ketika masih bayi, keseharian kita bergantung pada orang-orang sekitar kita, kepada ibu, kepada ayah, kepada banyak orang, maka setelah kita menjadi tua, kembali kita akan banyak bergantung kepada orang lain….., dan seperti itulah sunatullah, seperti yang Allah maklumkan dalam surah Yassin:68….” Kata Ki Bijak mengutip ayat yang dimaksud;
`tBur çnöÏdJyèR çmó¡Åe6uZçR Îû È,ù=sø:$# ( xsùr& tbqè=É)÷èt ÇÏÑÈ
68. Dan barangsiapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian(nya)[1271]. Maka apakah mereka tidak memikirkan?
[1271] Maksudnya: kembali menjadi lemah dan kurang akal.
Maula menghela nafas, demi menyadari bahwa definisi TOP yang dimaksud gurunya, berbeda dengan apa yang dipahaminya…..” Benar Ki……,
“Tidak akan ada orang yang akan muda selamanya…, mau pakai anti aging apapun, mau pakai operasi plastic sekalipun, tua ada sebuah kepastian…..”
“Tidak akan ada orang yang akan gagah selamanya, tidak akan ada orang yang akan cantik selamanya, tidak aka nada orang yang akan jaya selamanya, dan tidak akan ada manusia yang akan hidup selamanya, semuanya pasti akan mengalami kematian ya ki……” Kata Maula.
“Ya Nak Mas…, dan sayangnya sekarang ini sudah banyak orang yang lupa atau sengaja melupakan kodratnya sebagai manusia yang akan tua dan kemudian mati, banyak orang lupa bahwa ada kehidupan yang kekal dan abadi setelah kehidupan dunia yang fana ini…”
“Kealfaan manusia terhadap kematian inilah yang kemudian menjadikan manusia lupa diri, dia berbuat semaunya, dia berbuat sehendaknya, dia berbuat hanya berdasarkan hawa nafsunya…;
“Mereka berusaha memperkaya diri dengan berbagai cara yang melampuai batas dan melanggar hukum dan aturan yang ada..:,
“Mereka mengambil hak orang lain..”,
“Mereka mencuri uang orang lain..”,
“Mereka merampas hak-hak orang lain…”,
“Mereka korupsi….”,
“Mereka menerima suap…”,
“Mereka menggelembungkan anggaran…”,
“Mereka…., dengan tanpa merasa bersalah memakan uang rakyat yang bukan haknya..”,
“Sementara rakyat justru hampir mati kelaparan karena harga beras yang hampir tidak terjangkau,
“Sementara rakyat hampir mati kedinginan, karena harga murah hanya untuk orang beruang…”,
“Sementara rakyat hampir putus asa karena tidak lagi punya harapan…”,
“Sementara rakyat menjadi bodoh karena mahalnya pendidikan..”,
“Sementara rakyat harus berobat ke orang pintar, karena mahalnya biasa kesehatan….”,
“Dan semua dilakukan mereka dengan sadar bahkan dilakukan secara kolektif dan sistematis…., dan sekali lagi, akar dari semua kebobrokan ini bersumber pada kealfaan manusia akan sunatullah yang bernama ‘mati…!!” Kata Ki Bijak panjang lebar.
Maula menghelas nafas panjang, “Benar Ki….., ketika kita berbicara kematian, banyak orang justru menertawakan.,banyak orang yang menganggapnya angin lalu, banyak orang yang menganggapnya kampungan, padahal dengan kealfaan terhadap kematian itulah salah satu akan yang menjadikan manusia rakus seperti srigala lapar ya Ki….” Kata Maula.
“Benar Nak Mas…, kita berbicara kematian, bukan untuk menakut-nakuti, kita berbicara kematian, bukan berarti kita tidak punya harapan, kita berbicara kematian, justru untuk mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini sementara, bahwa kehidupan dunia ini adalah ujian, bahwa kehidupan dunia ini adalah tipuan, bahwa ada kehidupan yang kekal yang harus kita perjuangkan untuk kita dapatkan kebahagiaan dikehidupan berikutnya yang abadi…..” kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki….;kalau banyak orang berlomba membangun rumah megah dengan fasilitas serba mewah…., dengan berbagai cara mendapatkan uang, paling lama kita akan menempatinya lima puluh atau enam puluh tahun, itupun mungkin tidak setiap hari kita tinggal didalamnya…., sementara kehidupan alam kubur, yang lamanya entah berapa ribu tahun hingga datangnya kiamat, banyak orang yang tidak pernah memikirkannya….’ Kata Maula.
“Karenanya mari kita senantiasa mengingat kematian, bahwa kematian akan datang, bahwa kita akan kembali kepadanya, bahwa kita hidup didunia ini sementar, jadi salah bodoh kalau kita mengorbankan kebahagiaan abadi kita diakhirat kelak, dengan menukarnya dengan kesenangan sementara didalam kehidupan dunia ini….” Kata Ki Bijak.
“Iya Ki…..” Kata Maula mengakhiri perbincangannya.
Wassalam;
mohon ijin utk mencuplik kata2 bijak
ReplyDeletemohon ijin utk mencuplik kata2 bijak
ReplyDeleteAkhi...silahkan; syukron sdh berkunjung ke blog ini, wassalam
ReplyDelete