“Bahkan dari seeokor cicak pun kita bisa belajar banyak Nak Mas......” Kata Ki Bijak, menjawab pertanyaan Maula mengenai berbagai hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi kehidupan manusia.
“Apa yang bisa kita pelajari dari cicak ki......?” Tanya Maula.
“Nak Mas hafal lagu anak-anak ‘cicak-cicak didinding’.......?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, lagu anak yang sangat populer, karena selain baitnya pendek, cicak juga dengan mudah ditemukan hampir disetiap tempat........” Kata Maula.
“Terfikir tidak oleh Nak Mas, kalau cicak yang ‘hanya bisa merayap’ didinding, tapi makanannya utamanya justru nyamuk yang bisa terbang............?” Kata Ki Bijak.
Maula tampak merenung sejenak demi mendengar pitutur gurunya, “Iya ya ki, kenapa cicak yang hanya bisa merayap justru makanannya nyamuk yang bisa terbang.................?!” Kata Maula terheran-heran.
Ki Bijak tersenyum, “Secara logika, akan sangat sulit bagi cicak yang hanya bisa merayap, tapi makananya nyamuk yang bisa terbang, tapi hingga saat ini, Aki belum pernah mendengar ada cicak mati kelaparan karena susah cari makan, karena nyamuknya bisa terbang.............” Kata Ki Bijak.
“Hee...hee, iya ki, ana juga belum pernah membaca atau mendengar kalau ada cicak mati kelaparan karena susah cari makan..........” Maula tersenyum mendengar kata-kata Ki Bijak yang setengah berkelakar.
“Lalu, pernah tidak Nak Mas mendengar berita ada cicak ‘mengeluh’, karena susah menangkap nyamuk..............?” Tanya Ki Bijak.
“Belum ki.................” Kata Maula.
“Di sinilah yang Aki maksud dengan pelajaran yang bisa kita ambil dari cicak, sesulit apapun cicak menangkap nyamuk, cicak tidak pernah mengeluh kepada Allah atau ‘protes’ kepada allah kenapa cicak disuruh makan nyamuk yang terbang........, sementara kita, manusia, yang sudah dijamin Allah dengan berbagai kemudahan, lebih banyak mengeluhnya dari pada bersyukur..........” kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat al qur’an;
20. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. (Al Hijr)
“Kita lebih sering mendengar orang yang mengeluh kekurangan, dari pada mendengar mereka yang mengucap syukur atas apa yang diterimanya....., mengeluh kehujanan, mengeluh kepanasan, mengeluh kecapekan, mengeluhkan jadwal pekerjaan, mengeluhkan macetnya perjalanan, mengeluhkan teman yang ‘karep sorangan’, mengeluhkan atasan yang cerewetnya bukan kepalang, mengluhkan berbagai hal yang mereka anggap tidak sesuai dengan keinginannya............” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ya ki............, apa yang kurang dari kita ya ki, keperluan-keperluan hidup kita telah dipenuhi oleh Allah, buah-buahan, tanaman pangan, hewan ternak, dilaut, Allah menyediakan ikan yang tak terhitung banyaknya, diudara ada burung-burung yang halal lagi lezat rasanya, belum lagi hasil hutan, hasil pertanian, tambak, sawah dan ladang, apa lagi ya ki..............” Kata Maula, mulai menyadari betapa Allah telah menghamparkan sedemikian banyak nikmat dan kemudahan bagi umat manusia, yang tidak diberikan kepada mahluk-mahluk Allah yang lain.
“Yang kurang dari kita, umat manusia ini adalah rasa syukur Nak Mas, nikmat dan karunia Allah yang tidak terhingga itu, menjadi tidak terlihat dimata mereka yang tidak pandai mensyukurinya........., kurang atau hilangnya rasa syukur inilah yang kemudian menjadikan manusia lebih banyak mengeluh ditengah limpahan nikmat dan karunia yang tidak terhingga, sementara mahluk Allah yang lain, cicak, ikan, dan burung-burung, mereka mungkin memiliki keimanan dan rasa syukur yang jauh diatas manusia, sehingga apapun yang Allah karuniakan kepada mereka, mereka tidak pernah mengeluh menjalani takdirnya..........” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana jadi kepikiran, ikan hiu yang sebegitu besar, mungkin memerlukan makanan yang sangat banyak, mungkin puluhan atau bahkan ratusan kilo, tapi ikan hiu tetap bisa memenuhi kebutuhan makannya, meski ikan hiu tidak memiliki saham di perusahaan bursa, ikan hiu juga tidak memiliki perusahaan pencetak uang, ikan hiu juga tidak memiliki pekerjaan tetap...., apalagi jabatan ya ki............” Kata Maula.
“Sementara kita, manusia, yang hanya membutuhkan sepiring atau dua piring nasi, justru jauh lebih sibuk dan lebih pusing dari ikan hiu, meski banyak diantara kita yang memiliki saham, ada yang memiliki dua atau tiga perusahaan, tabungan diberbagai bank, deposito serta berbagai usaha lainnya, tapi ditengah berbagai kecukupan itu, masih saja banyak diantara kita yang mengeluh dan meratapi nasibnya, karena memang tidak ada kata cukup atau puas bagi mereka yang kufur.....................” Kata Ki Bijak
“Cicak-cicak didinding...”
“Diam-diam merayap...“
“Datang seekor nyamuk..”,
“Haaap, lalu ditangkap....”
Maula menirukan lagu anak-anak yang populer itu, sebelumnya ia tidak pernah memikirkan bahwa cicak yang hampir setiap hari dilihatnya, ternyata memberinya sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwa syukur dan mensyukuri nikmat Allah adalah sebuah ‘kunci rahasia’ bagi siapapun yang ingin hidupnya bahagia.
“Benar ki, rasa tidak puas, rasa kurang, keinginan terhadap dunia yang berlebihan, telah menjadikan banyak manusia terjebak untuk memperbudak dirinya, mereka rela menjadi budak nafsu duniawinya yang tanpa batas, ya ki................”Kata Maula sambil menerawang.
“Nak Mas harus berhati-hati ketika rasa kurang, rasa tidak puas itu muncul, jangan biarkan perasaan seperti itu menggerogoti rasa syukur kita kepada Allah, karena sifat kufur hanya akan membuat kita menderita, sifat kufur hanya akan menyeret kita kedalam jurang kehancuran yang terdalam............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, memang tidak bisa dipungkiri, keinginan dan rasa itu masih sering ‘menggoda’ ana, berterima kasih pada Aki yang selalu mengingatkan ana akan bahaya kufur ini ki, terima kasih ya ki...........” Kata Maula.
“Bukan Aki yang mengingatkan Nak Mas, Allah, Nak Mas, Allah yang telah membawa Nak Mas kesini, Allah yang telah menjadikan Nak Mas mau mendengar peringatan-Nya melalui apa yang Aki katakan, Aki tidak memiliki apapun untuk membantu dan mengingatkan Nak Mas, kecuali dengan izin dan kuasa Allah, apa yang Nak Mas anggap baik dari perkataan Aki, itu semata datangnya dari Allah, sementara khilaf dan salah, semua bersumber dari kedhaifan Aki sendiri................” kata Ki Bijak.
“Iya Ki, Yaa Hadii....., ihdinashirathalmustaqiem......, yaa hadii...ihdini........., Yaa Allah tunji hamba kejalan_mu yang lurus, wahai Maha Pemberi Petujuk, tunjuki hamba jalan-Mu ya Allah.................” Kata Maula, memohon kepada Allah agar diberi petunjuk menapaki jalan kehidupannya.
69. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (An-nissa)
[314] ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.
Wassalam
February 22, 2008
“Apa yang bisa kita pelajari dari cicak ki......?” Tanya Maula.
“Nak Mas hafal lagu anak-anak ‘cicak-cicak didinding’.......?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, lagu anak yang sangat populer, karena selain baitnya pendek, cicak juga dengan mudah ditemukan hampir disetiap tempat........” Kata Maula.
“Terfikir tidak oleh Nak Mas, kalau cicak yang ‘hanya bisa merayap’ didinding, tapi makanannya utamanya justru nyamuk yang bisa terbang............?” Kata Ki Bijak.
Maula tampak merenung sejenak demi mendengar pitutur gurunya, “Iya ya ki, kenapa cicak yang hanya bisa merayap justru makanannya nyamuk yang bisa terbang.................?!” Kata Maula terheran-heran.
Ki Bijak tersenyum, “Secara logika, akan sangat sulit bagi cicak yang hanya bisa merayap, tapi makananya nyamuk yang bisa terbang, tapi hingga saat ini, Aki belum pernah mendengar ada cicak mati kelaparan karena susah cari makan, karena nyamuknya bisa terbang.............” Kata Ki Bijak.
“Hee...hee, iya ki, ana juga belum pernah membaca atau mendengar kalau ada cicak mati kelaparan karena susah cari makan..........” Maula tersenyum mendengar kata-kata Ki Bijak yang setengah berkelakar.
“Lalu, pernah tidak Nak Mas mendengar berita ada cicak ‘mengeluh’, karena susah menangkap nyamuk..............?” Tanya Ki Bijak.
“Belum ki.................” Kata Maula.
“Di sinilah yang Aki maksud dengan pelajaran yang bisa kita ambil dari cicak, sesulit apapun cicak menangkap nyamuk, cicak tidak pernah mengeluh kepada Allah atau ‘protes’ kepada allah kenapa cicak disuruh makan nyamuk yang terbang........, sementara kita, manusia, yang sudah dijamin Allah dengan berbagai kemudahan, lebih banyak mengeluhnya dari pada bersyukur..........” kata Ki Bijak sambil mengutip sebuah ayat al qur’an;
20. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. (Al Hijr)
“Kita lebih sering mendengar orang yang mengeluh kekurangan, dari pada mendengar mereka yang mengucap syukur atas apa yang diterimanya....., mengeluh kehujanan, mengeluh kepanasan, mengeluh kecapekan, mengeluhkan jadwal pekerjaan, mengeluhkan macetnya perjalanan, mengeluhkan teman yang ‘karep sorangan’, mengeluhkan atasan yang cerewetnya bukan kepalang, mengluhkan berbagai hal yang mereka anggap tidak sesuai dengan keinginannya............” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ya ki............, apa yang kurang dari kita ya ki, keperluan-keperluan hidup kita telah dipenuhi oleh Allah, buah-buahan, tanaman pangan, hewan ternak, dilaut, Allah menyediakan ikan yang tak terhitung banyaknya, diudara ada burung-burung yang halal lagi lezat rasanya, belum lagi hasil hutan, hasil pertanian, tambak, sawah dan ladang, apa lagi ya ki..............” Kata Maula, mulai menyadari betapa Allah telah menghamparkan sedemikian banyak nikmat dan kemudahan bagi umat manusia, yang tidak diberikan kepada mahluk-mahluk Allah yang lain.
“Yang kurang dari kita, umat manusia ini adalah rasa syukur Nak Mas, nikmat dan karunia Allah yang tidak terhingga itu, menjadi tidak terlihat dimata mereka yang tidak pandai mensyukurinya........., kurang atau hilangnya rasa syukur inilah yang kemudian menjadikan manusia lebih banyak mengeluh ditengah limpahan nikmat dan karunia yang tidak terhingga, sementara mahluk Allah yang lain, cicak, ikan, dan burung-burung, mereka mungkin memiliki keimanan dan rasa syukur yang jauh diatas manusia, sehingga apapun yang Allah karuniakan kepada mereka, mereka tidak pernah mengeluh menjalani takdirnya..........” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, ana jadi kepikiran, ikan hiu yang sebegitu besar, mungkin memerlukan makanan yang sangat banyak, mungkin puluhan atau bahkan ratusan kilo, tapi ikan hiu tetap bisa memenuhi kebutuhan makannya, meski ikan hiu tidak memiliki saham di perusahaan bursa, ikan hiu juga tidak memiliki perusahaan pencetak uang, ikan hiu juga tidak memiliki pekerjaan tetap...., apalagi jabatan ya ki............” Kata Maula.
“Sementara kita, manusia, yang hanya membutuhkan sepiring atau dua piring nasi, justru jauh lebih sibuk dan lebih pusing dari ikan hiu, meski banyak diantara kita yang memiliki saham, ada yang memiliki dua atau tiga perusahaan, tabungan diberbagai bank, deposito serta berbagai usaha lainnya, tapi ditengah berbagai kecukupan itu, masih saja banyak diantara kita yang mengeluh dan meratapi nasibnya, karena memang tidak ada kata cukup atau puas bagi mereka yang kufur.....................” Kata Ki Bijak
“Cicak-cicak didinding...”
“Diam-diam merayap...“
“Datang seekor nyamuk..”,
“Haaap, lalu ditangkap....”
Maula menirukan lagu anak-anak yang populer itu, sebelumnya ia tidak pernah memikirkan bahwa cicak yang hampir setiap hari dilihatnya, ternyata memberinya sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahwa syukur dan mensyukuri nikmat Allah adalah sebuah ‘kunci rahasia’ bagi siapapun yang ingin hidupnya bahagia.
“Benar ki, rasa tidak puas, rasa kurang, keinginan terhadap dunia yang berlebihan, telah menjadikan banyak manusia terjebak untuk memperbudak dirinya, mereka rela menjadi budak nafsu duniawinya yang tanpa batas, ya ki................”Kata Maula sambil menerawang.
“Nak Mas harus berhati-hati ketika rasa kurang, rasa tidak puas itu muncul, jangan biarkan perasaan seperti itu menggerogoti rasa syukur kita kepada Allah, karena sifat kufur hanya akan membuat kita menderita, sifat kufur hanya akan menyeret kita kedalam jurang kehancuran yang terdalam............” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, memang tidak bisa dipungkiri, keinginan dan rasa itu masih sering ‘menggoda’ ana, berterima kasih pada Aki yang selalu mengingatkan ana akan bahaya kufur ini ki, terima kasih ya ki...........” Kata Maula.
“Bukan Aki yang mengingatkan Nak Mas, Allah, Nak Mas, Allah yang telah membawa Nak Mas kesini, Allah yang telah menjadikan Nak Mas mau mendengar peringatan-Nya melalui apa yang Aki katakan, Aki tidak memiliki apapun untuk membantu dan mengingatkan Nak Mas, kecuali dengan izin dan kuasa Allah, apa yang Nak Mas anggap baik dari perkataan Aki, itu semata datangnya dari Allah, sementara khilaf dan salah, semua bersumber dari kedhaifan Aki sendiri................” kata Ki Bijak.
“Iya Ki, Yaa Hadii....., ihdinashirathalmustaqiem......, yaa hadii...ihdini........., Yaa Allah tunji hamba kejalan_mu yang lurus, wahai Maha Pemberi Petujuk, tunjuki hamba jalan-Mu ya Allah.................” Kata Maula, memohon kepada Allah agar diberi petunjuk menapaki jalan kehidupannya.
69. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (An-nissa)
[314] ialah: orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.
Wassalam
February 22, 2008
No comments:
Post a Comment