“Subhanallah......, panorama pemandangan dimana ini Nak Mas, indah sekali......” Kata Ki Bijak sambil melihat beberapa photo pemandangan yang keindahannya melebihi lukisan.
“Ooh, ini ki..., ini photo-photo yang ana ambil sepanjang perjalanan menuju pesantren Hidayatul Ihwan – Purwakarta, memang indah sekali ki, sawahnya hijau menghampar, bak permadani yang tergelar dengan sempurna, sungainya gemerik mengalir, berkelok indah, mengundang orang untuk mandi disana, gunungnya tinggi menjulang, gagah mewarnai alam desa yang masih asri, disamping kelok jalannya yang sangat menantang untuk dititi..............” Kata Maula sambil menerawang, membayangkan kembali keindahan panorama alam desa yang mempesona.
“Nak Mas kemarin jadi kepesantren..................?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, ana ingin ikut menyaksikan peletakan batu pertama renovasi pondok pesantren yang dilaksanakan kemarin ki...........” Kata Maula.
“Subhanallah, puji syukur kepada-Mu ya Allah yang telah meringakan kaki dan tangan anak-anak muda ini, semoga Allah meridhai jerih payah mereka untuk menyisihkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk berbagi dengan sesamanya.......” Kata Ki Bijak, mendengar penuturan Maula, bahwa renovasi pondok pesantren ini dikordinr oleh anak-anak muda yang datang jauh-jauh dari Jakarta, ditengah kesibukan dan rutinitasnya.
“Iya ki, ana juga sangat kagum dan terharu dengan totalitas mereka dalam kegiatan ini, bahkan ana merasa ‘malu’, karena ana belum bisa seperti mereka ki.......” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, kita memang pantas bangga dengan mereka, karena ditengah kondisi masyarakat kita yang cenderung acuh tak acuk akhir-akhir ini, justru mereka tampil kedepan untuk ambil bagian dalam kegiatan seperti ini..., subhanallah............’ Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, semoga peletakan batu pertama ini akan menjadi awal yang baik bagi perkembangan pendidikan dipesantren ini ya ki............” Kata Maula.
“Iya Nak Mas.........., peletakan batu pertama memang sebuah momentum yang sangat penting bagi sebuah proses pembangunan, karena sekuat dan sebagus apa nantinya bangunan yang sedang dibangun itu, akan sangat tergantung pada seberapa kuat dan seberapa pondasi yang ditanamnya...........” Kata Ki Bijak.
“Seperti ini Nak Mas...................” Kata Ki Bijak sambil menunjuk photo galian untuk pelatekan batu pertama dan pondasi bangunan.
Maula kembali mengamati dengan seksama photo-photo yang ditunjukan Ki Bijak.
“Nak Mas perhatikan, sebelum batu pertama diletakan dan pondasi dibuat, terlebih dahulu dibuat galian, agar batu yang ditanam sebagai pondasi akan ternaman dengan kokoh sehingga kelak akan mampu menopang struktur bangunan diatasnya............” Kata Ki Bijak.
“Dan sekuat apa pondasi ini, sekali lagi Aki ulangi, akan sangat menentukan sekuat apa bangunan diatasnya mampu berdiri kelak.............” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, kemarin pun arsitek renovasi pondok banyak berdiskusi tentang struktur pondasi ini, tujuannya agar pondai ini bisa menopang beban bangunan diatasnya.........” kata Maula
“Ya Nak Mas, dari sini, kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa pondasi memang sangat penting, karenanya harus benar-benar kita perhatikan........” kata Ki Bijak.
“Yang Aki maksud bukan hanya pondasi bangunan ini khan ki.........?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, bukan hanya struktur pondasi bangunan ini, tapi juga ‘bangunan-bangunan’ lainnya.......” Kata Ki Bijak.
“Bangunan Islam misalnya, seperti Nak Mas ketahui, bahwa tatanan bagunan Islam terdiri dari lima rukun yang menopangnya, Syahadat, shalat, shaum ramadhan, zakat dan menunaikan ibadah haji..............” kata Ki Bijak.
“Lalu ki.............?” Tanya Maula.
“Jika kita analogikan struktur bangunan Islam ini, syahadat adalah ‘pondasi’ dari seluruh struktur bangunan islam ini, sebaik apa pemahaman syahadat kita dan seberapa baik dan seberapa kuat kualitas syahadat kita, akan sangat menentukan seberapa kokoh tiang shalat kita dapat menyangga kontruksi bangunan islam kita secara keseluruhan...............” kata Ki Bijak.
“Ki, jika ada orang yang ‘rajin’ shalat, tapi tidak zakat dan malas puasa, bahkan ada yang takut pergi haji, apakah ini sebuah indikasi rapuhnya pondasi akidah yang menopangnya ki............” Kata Maula.
“Wallahu’alam Nak Mas, hanya Allah yang mengetahui sebesar apa kualitas iman dan akidah seseorang, namun secara lahiriah, memang akan tampak gambaran seberapa baik kualitas iman dan akidah seseorang...........” kata Ki Bijak.
“Ibaratnya begini Nak Mas, kita tidak mengetahui seberapa kuat pondasi sebuah bangunan, karena pondasi itu tertanam didalam tanah, tapi kita bisa melihat gambaran seberapa kuat pondasi bangunan itu dari apa yang nampak diluarnya, misalnya, pondasi yang kurang kuat, akan menimbulkan keretakan-keretakan pada dinding bangunan, atau bahkan bangunan itu bisa jadi akan roboh dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama................” Kata Ki Bijak.
“Kalau dalam struktur bangunan Islam, pondasi akidah yang kurang memadai, agar tergambar dari ‘keretakan-keretakan’ ibadah lainnya, seperti shalatnya belum mampu memproteksi orang tersebut dari perbuatan keji dan munkar, kemudian juga akan timbul tanda-tanda tidak kokohnya pondasi akidah itu lewat keengganan mereka membayar zakat, akan terlihat dari kemalasan mereka menunaikan shaum ramadhan, serta tercermin dari keragu-raguan mereka untuk menunaikan rukun islam yang kelima, mereka ragu perlu tidaknya berangkat ketanah suci untuk berhaji.........” kata Ki Bijak
“Ooh, itu yang membuat sebagian orang memandang penting prosesi peletakan batu pertama ya ki...........” Kata Maula.
“Kalaupun tidak semua orang memandang demikian, setidaknya salah satu alasan kenapa sebagian orang memandang hal ini penting adalah karena alasan diatas.........” kata Ki Bijak.
“Kemudian, selain struktur bangunan Islam, dalam membangun atau membentuk pribadi putra-putri kita juga mensyaratkan sebuah pondasi akidah yang kokoh, sebelum anak kita mengenal matematika, sebelum anak kita diajari bahasa inggris atau ilmu komputer, sebagai orang tua muslim, seharusnya kita menanamkan pondasi akidah sekuat dan sedalam mungkin dihati anak-anak kita......” Kata Ki Bijak.
“Tantangan jaman kedepan, mungkin akan jauh lebih berat daripada yang kita hadapi saat ini, dan anak-anak kita, adalah orang-orang yang akan berhadapan dengan jaman itu secara langsung, Aki khawatir jika pondasi akidah anak-anak kita tidak kokoh dan kuat, mereka akan mudah digoncang dengan berbagai hal didalam kehidupannya.....”,
“Ooh, ini ki..., ini photo-photo yang ana ambil sepanjang perjalanan menuju pesantren Hidayatul Ihwan – Purwakarta, memang indah sekali ki, sawahnya hijau menghampar, bak permadani yang tergelar dengan sempurna, sungainya gemerik mengalir, berkelok indah, mengundang orang untuk mandi disana, gunungnya tinggi menjulang, gagah mewarnai alam desa yang masih asri, disamping kelok jalannya yang sangat menantang untuk dititi..............” Kata Maula sambil menerawang, membayangkan kembali keindahan panorama alam desa yang mempesona.
“Nak Mas kemarin jadi kepesantren..................?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, ana ingin ikut menyaksikan peletakan batu pertama renovasi pondok pesantren yang dilaksanakan kemarin ki...........” Kata Maula.
“Subhanallah, puji syukur kepada-Mu ya Allah yang telah meringakan kaki dan tangan anak-anak muda ini, semoga Allah meridhai jerih payah mereka untuk menyisihkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk berbagi dengan sesamanya.......” Kata Ki Bijak, mendengar penuturan Maula, bahwa renovasi pondok pesantren ini dikordinr oleh anak-anak muda yang datang jauh-jauh dari Jakarta, ditengah kesibukan dan rutinitasnya.
“Iya ki, ana juga sangat kagum dan terharu dengan totalitas mereka dalam kegiatan ini, bahkan ana merasa ‘malu’, karena ana belum bisa seperti mereka ki.......” Kata Maula.
“Iya Nak Mas, kita memang pantas bangga dengan mereka, karena ditengah kondisi masyarakat kita yang cenderung acuh tak acuk akhir-akhir ini, justru mereka tampil kedepan untuk ambil bagian dalam kegiatan seperti ini..., subhanallah............’ Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, semoga peletakan batu pertama ini akan menjadi awal yang baik bagi perkembangan pendidikan dipesantren ini ya ki............” Kata Maula.
“Iya Nak Mas.........., peletakan batu pertama memang sebuah momentum yang sangat penting bagi sebuah proses pembangunan, karena sekuat dan sebagus apa nantinya bangunan yang sedang dibangun itu, akan sangat tergantung pada seberapa kuat dan seberapa pondasi yang ditanamnya...........” Kata Ki Bijak.
“Seperti ini Nak Mas...................” Kata Ki Bijak sambil menunjuk photo galian untuk pelatekan batu pertama dan pondasi bangunan.
Maula kembali mengamati dengan seksama photo-photo yang ditunjukan Ki Bijak.
“Nak Mas perhatikan, sebelum batu pertama diletakan dan pondasi dibuat, terlebih dahulu dibuat galian, agar batu yang ditanam sebagai pondasi akan ternaman dengan kokoh sehingga kelak akan mampu menopang struktur bangunan diatasnya............” Kata Ki Bijak.
“Dan sekuat apa pondasi ini, sekali lagi Aki ulangi, akan sangat menentukan sekuat apa bangunan diatasnya mampu berdiri kelak.............” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, kemarin pun arsitek renovasi pondok banyak berdiskusi tentang struktur pondasi ini, tujuannya agar pondai ini bisa menopang beban bangunan diatasnya.........” kata Maula
“Ya Nak Mas, dari sini, kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa pondasi memang sangat penting, karenanya harus benar-benar kita perhatikan........” kata Ki Bijak.
“Yang Aki maksud bukan hanya pondasi bangunan ini khan ki.........?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, bukan hanya struktur pondasi bangunan ini, tapi juga ‘bangunan-bangunan’ lainnya.......” Kata Ki Bijak.
“Bangunan Islam misalnya, seperti Nak Mas ketahui, bahwa tatanan bagunan Islam terdiri dari lima rukun yang menopangnya, Syahadat, shalat, shaum ramadhan, zakat dan menunaikan ibadah haji..............” kata Ki Bijak.
“Lalu ki.............?” Tanya Maula.
“Jika kita analogikan struktur bangunan Islam ini, syahadat adalah ‘pondasi’ dari seluruh struktur bangunan islam ini, sebaik apa pemahaman syahadat kita dan seberapa baik dan seberapa kuat kualitas syahadat kita, akan sangat menentukan seberapa kokoh tiang shalat kita dapat menyangga kontruksi bangunan islam kita secara keseluruhan...............” kata Ki Bijak.
“Ki, jika ada orang yang ‘rajin’ shalat, tapi tidak zakat dan malas puasa, bahkan ada yang takut pergi haji, apakah ini sebuah indikasi rapuhnya pondasi akidah yang menopangnya ki............” Kata Maula.
“Wallahu’alam Nak Mas, hanya Allah yang mengetahui sebesar apa kualitas iman dan akidah seseorang, namun secara lahiriah, memang akan tampak gambaran seberapa baik kualitas iman dan akidah seseorang...........” kata Ki Bijak.
“Ibaratnya begini Nak Mas, kita tidak mengetahui seberapa kuat pondasi sebuah bangunan, karena pondasi itu tertanam didalam tanah, tapi kita bisa melihat gambaran seberapa kuat pondasi bangunan itu dari apa yang nampak diluarnya, misalnya, pondasi yang kurang kuat, akan menimbulkan keretakan-keretakan pada dinding bangunan, atau bahkan bangunan itu bisa jadi akan roboh dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama................” Kata Ki Bijak.
“Kalau dalam struktur bangunan Islam, pondasi akidah yang kurang memadai, agar tergambar dari ‘keretakan-keretakan’ ibadah lainnya, seperti shalatnya belum mampu memproteksi orang tersebut dari perbuatan keji dan munkar, kemudian juga akan timbul tanda-tanda tidak kokohnya pondasi akidah itu lewat keengganan mereka membayar zakat, akan terlihat dari kemalasan mereka menunaikan shaum ramadhan, serta tercermin dari keragu-raguan mereka untuk menunaikan rukun islam yang kelima, mereka ragu perlu tidaknya berangkat ketanah suci untuk berhaji.........” kata Ki Bijak
“Ooh, itu yang membuat sebagian orang memandang penting prosesi peletakan batu pertama ya ki...........” Kata Maula.
“Kalaupun tidak semua orang memandang demikian, setidaknya salah satu alasan kenapa sebagian orang memandang hal ini penting adalah karena alasan diatas.........” kata Ki Bijak.
“Kemudian, selain struktur bangunan Islam, dalam membangun atau membentuk pribadi putra-putri kita juga mensyaratkan sebuah pondasi akidah yang kokoh, sebelum anak kita mengenal matematika, sebelum anak kita diajari bahasa inggris atau ilmu komputer, sebagai orang tua muslim, seharusnya kita menanamkan pondasi akidah sekuat dan sedalam mungkin dihati anak-anak kita......” Kata Ki Bijak.
“Tantangan jaman kedepan, mungkin akan jauh lebih berat daripada yang kita hadapi saat ini, dan anak-anak kita, adalah orang-orang yang akan berhadapan dengan jaman itu secara langsung, Aki khawatir jika pondasi akidah anak-anak kita tidak kokoh dan kuat, mereka akan mudah digoncang dengan berbagai hal didalam kehidupannya.....”,
“Dari itu, sekali lagi, persiapkan pondasi akidah anak kita sedini mungkin, sekuat mungkin, sekokoh mungkin, insya Allah, jika pondasi akidahnya sudah kuat, kelak, ketika anak kita menjadi pejabat, maka ia akan menjadi pejabat yang berakidah, kelak, jika anak-anak kita menjadi teknokrat, mereka akan menjadi teknokrat yang beriman, kelak, jika anak-anak kita menjadi pengusaha, mereka akan jadi pengusaha yang berimana, kelak, akan menjadi apapun anak kita, setinggi apapun pangkat dan jabatannya, sekaya apapun harta yang dimilikinya, insya Allah, dengan pondasi akidah yang mumpuni, mereka akan mampu berdiri kokoh diatas landasan iman dan akidah yang benar................” Kata Ki Bijak lagi.
“Sudah banyak contoh mereka yang landasan akidahnya kurang kokoh, mereka menjadi korban kerasnya tantangan jaman, ketika menjadi pejabat, mereka yang tidak memiliki pondasi akidah, akan cenderung korup, ketika menjadi teknokrat, mereka cenderung korup, ketika mereka kaya, mereka yang tidak memiliki landasan akidah yang memadai akan cenderung ‘lupa’ seperti qarun yang lupa dari mana kekayaannya berasal, dan masih banyak lagi contoh diberbagai bidang kehidupan yang menggambarkan betapa pondasi akidah yang lemah, telah melahirkan sedemikian banyak kemunkaran..............” tambah Ki Bijak lagi.
“Iya ki, ana mengerti sekarang, batu pertama, pembangunan pondasi yang kokoh, adalah merupakan syarat utama bagi kekokohan sebuah bangunan, baik itu bangunan secara fisik, bangunan tatanan islam atau pun bangunan kepribadian kita dan anak-anak kita ya ki............” kata Maula.
“Ya, Nak Mas, semoga Nak Mas bisa terus ikut serta dalam prosesi renovasi itu, karena didalam setiap tahapan, disana ada ibrah yang besar untuk kita....................” Kata Ki Bijak.
“Insya Allah ki................” kata Maula sambil pamitan.
Wassalam
February 25, 2008
No comments:
Post a Comment