Friday, October 26, 2007

BELAJAR TANPA HENTI

“Rasanya kita harus berbesar hati untuk bisa dan mau belajar dari seorang anak kecil sekalipun Nak Mas.......” kata Ki Bijak, mengomentari cerita Maula tentang putranya yang sedang belajar jalan.

“Apa yang bisa kita pelajari dari tingkah laku ade sekarang ki.........” Tanya Maula.

“Nak Mas masih ingat perbincangan kita tentang sifat kekanak-kanakan yang masih mungkin terdapat pada kita yang mengaku sudah dewasa.....? Kata Ki Bijak.

“Iya ki, sebagian sifat anak kecil yang masih melekat pada sebagian orang dewasa adalah sikap suka pamer, baik itu ketika ia memiliki sesuatu, atau bahkan suka pamer ketika melakukan kebaikan dan amal ibadah kepada Allah, kemudian juga sikap ‘kolokan’ dalam mengerjakan sesuatu, sebagian kita orang dewasa hanya mau melakukan suatu pekerjaan ketika diiming-imingi hadiah atau ditakut-takuti, bukan atas kesadaran sendiri, kemudian ada lagi sifat anak kecil yang masih melekat pada kita orang dewasa adalah suka bicara sekenanya, ceplas-ceplos dan cenderung tidak bertanggung jawab, begitukan ki.......” Kata Maula.

“Ya, seperti itu, masih banyak diantara kita yang tua-tua ini bahkan kadang lebih kekanak-kanakan dari seorang anak kecil sendiri, namun demikian, dibalik semua apa yang Nak Mas sebutkan tadi, kitapun bisa belajar hal-hal yang baik dari seorang anak kecil, dari Ade yang sedang belajar jalan misalnya...........” Kata Ki Bijak.

“Apa yang bisa kita pelajari ki........?” Tanya Maula.

“Pertama, kita bisa belajar dari seorang anak yang sedang belajar jalan mengenai bagaimana sebuah proses harus dilalui sebelum kita sampai pada tujuan kita................” Kata Ki Bijak

“Maksudnya ki...?” Tanya Maula.

“Nak Mas pasti lebih tahu dari Aki, bagaimana perkembangan Ade dari mulai bayi hingga sekarang, ia melalui berbagai tahapan sebelum ia benar-benar bisa berjalan nanti, ia belajar menggerakan-gerakan anggota badannya, kemudian ia belajar membalikan badan dan kemudian tengkurap, kemudian belajar duduk, merangkap, belajar berdiri, hingga sekarang Ade mulai belajar melangkahkan kakinya untuk berjalan..........” Kata Ki Bijak.

“Apa artinya bagi kita orang dewasa ki...........” Tanya Maula lagi.

“Artinya dalam hal apapun, ada sebuah sunatullah yang pasti berlaku bagi semua kita, yaitu sebuah proses, misalnya sekarang Nak Mas ingin menjadi manager sebuah perusahaan, pasti ada sebuah proses dan jenjang yang harus Nak Mas lalui terlebih dahulu, pertama mungkin ketika datang pertama kali, Nak Mas hanya seorang pemula yang tak tahu apa-apa tentang pekerjaan dan perusahaan baru itu, kemudian setelah sekian waktu, pengetahuan dan ketrampilan Nak Mas bertambah, status Nak Mas pun tidak lagi sebagai pemula, dan seiring dengan itu kedudukan Nak Mas pun akan naik, dari junior, senior, supervisor, assistan dan seterusnya hingga menjadi manager, itu adalah sebuah proses yang harus dilalui.........” Kata Ki Bijak.

“Dan seperti halnya Ade yang sedang belajar berjalan, yang harus jatuh bangun, kepentok meja, nabrak pintu atau terbentur tembok, proses kita dalam menuju keinginan kitapun niscaya akan menemui berbagai hambatan dan aral yang akan menjadi bumbu penyedapnya, akan ada tantangan dari rekan sekerja yang mungkin merasa tersaingi, ada hambatan dari atasan yang mungkin kurang peduli,ada kendala dan kekurangan kita dalam pengetahuan dan ketrampilan, dan masih banyak lagi hal-hal yang akan mewarnai dan menjadi penyedap perjalanan kita..........” Kata Ki Bijak.

“Apa yang harus kita lakukan jika menemukan hal-hal seperti itu ki.............” Tanya Maula.

“Apa yang Ade lakukan ketika ia harus jatuh, apa ia kemudian berhenti belajar berjalannya.......?” Ki Bijak balik bertanya.

“Ade tidak pernah menyerah, kalau ia jatuh, ia bangun lagi, jatuh lagi bangun lagi, sampai-sampai kakinya ada yang lebam.........” Kata Maula.

“Ya seperti itulah seharusnya kita, kita tidak boleh menyerah hanya karena adanya sedikit rintangan yang menghalangi perjalanan kita, kita nikmati saja prosesnya, karena memang wilayah kita ada dalam lingkaran proses saja, selebihnya terserah kepada Allah............” Kata Ki Bijak.

“Jadi kita ‘hanya’ wajib berusaha ya ki.............” kata Maula.

“Ya kita ‘hanya’ wajib berusaha, tapi tidak wajib berhasil, karena ada Allah yang menentukan apakah usaha dan upaya kita memang layak dibalas dengan keberhasilan, ditunda atau kita justru diharuskan menempuh upaya dan jalan lain yang menurut Allah lebih tepat buat kita............” Kata Ki Bijak.

“Hal kedua adalah semangat dan keberanian; Nak Mas perhatikan bagaimana Ade berjuang untuk mengalahkan rasa takut jatuhnya demi sebuah tujuan, yaitu ingin bisa jalan, dan ini juga merupakan sebuah sunatullah, bahwa tidak akan ada sebuah keberhasilan, dalam hal dan bidang apapun yang akan dicapai oleh seseorang, apabila dia tidak memiliki semangat dan keberanian untuk mencapainya.......” Kata Ki Bijak.

“Banyak sudah contoh bagaimana seseorang yang memiliki potensi sedemikian besar, harus layu sebelum berkembang,karena tidak memiliki semangat dan tekad baja untuk meraihnya............” Kata Ki Bijak.

“Benar Ki, ada seorang teman SMP dulu yang secara akademik memiliki sedemikian hebat prestasinya, tapi dia kerap takut dan gagap untuk memilih dan melakukan sesuatu yang sangat mungkin untuk dia capai, akhirnya sekarang dia tidak lebih hanya menjadi seperti orang kebanyakan, semua potensi yang dimilikinya hanya tersimpan dalam bentuk nilai diijazah sekolahnya..........” Kata Maula.

“Sebaliknya, seseorang yang secara akademik biasa-biasa saja, menjadi orang yang sangat ‘hebat’ karena keberanian dan kesungguhannya menggeluti usahanya, seperti teman Aki dikampung dulu, ia sekarang menjadi orang yang serba kecukupan secara materi.............” Tambah Ki Bijak.

“Hal ketiga yang dapat kita pelajari dari seorang anak kecil adalah keingin tahuannya yang sangat besar terhadap berbagai hal...., Nak Mas perhatikan lagi tingkah polah Ade, hampir setiap benda yang ada disekitarnya ingin diambil, atau dimasukan kedalam mulutnya, ini adalah sebuah naluri dasar dari seorang anak untuk mengenal dan mengetahui hal-hal diluar dirinya..............” Kata Ki Bijak.

“Kadang kita, orang-orang tua ini, sudah merasa cepat puas dengan ilmu dan pengetahuan yang sudah kita miliki, kita sudah merasa pintar atau bahkan paling pintar, sehingga kita menjadi malas untuk menggali dan belajar lagi.........” Kata Ki Bijak.

“Benar ki, kadang ana pun mengalami dan merasakan hal yang demikian.......” Kata Maula.

“Yah, karena itulah kita harus banyak belajar lagi, bahkan dari seorang anak kecil sekalipun...........” Kata Ki Bijak.

“Nak, terima kasih, engkau ajari Abi dengan dengan kesungguhan dan semangatmu, terima kasih Nak...............” Kata Maula.

Wassalam

October 26, 2007

No comments:

Post a Comment