“Lihatlah bagaimana shalatnya Nak Mas............” Kata Ki Bijak menjawab pertanyaan Maula tentang bagaimana seharusnya kita menilai baik-buruknya kinerja seseorang.
“Kenapa harus lihat shalatnya ki.........?” Tanya Maula lagi.
“Orang yang shalatnya baik dan benar, dalam arti ia menunaikan shalatnya tepat waktu, sempurna semua rukunya, serta tertib gerakan dan bacaanya, insya Allah kesempurnaan shalatnya akan tercermin dari bagaimana ia bekerja, bagaimana ia berperilaku, bagaimana ia menjalani kehidupannya, karena sesungguhnya shalat yang baik, akan mampu menjadikan orang yang mendirikannya terhindar dari perbuatan keji dan munkar, seperti ayat berikut;
45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Mereka yang mampu menjaga waktu shalatnya dengan istiqomah, insya allah ia akan menjadi orang yang akan menjaga dan memelihara kualitas pekerjaannya, baik dari segi akurasi dan waktunya........”
“Mereka yang mampu menjaga rukun fi’li shalat dengan baik, insya Allah akan mampu menjaga lidahnya dari perkataan yang tidak berguna, ia akan mampu menjaga matanya dari pandangan yang diharamkan oleh Allah, ia akan mampu memelihara tangannya dari perbuatan keji atau kikir, ia akan menjaga langkah kakinya kearah yang dimurkai Allah, ia insya Allah akan mampu membawa dirinya dengan baik....” Kata Ki Bijak.
“Sebaliknya, mereka yang kerap lalai menunaikan shalat, dengan melalaikan waktunya misalnya, cenderung akan menghasilkan pekerjaan yang kurang bermutu dan tidak efisien........” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki........?” Tanya Maula.
“Shalat adalah fardhu yang ditentukan waktunya bagi setiap kita, kalau ia mampu dan berani mengabaikan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah untuk melaksanakan shalat, niscaya ia lebih mampu dan lebih berani untuk mengabaikan amanah pekerjaan dari atasannya, lha sama Allah saja berani.......!!” Kata Ki Bijak.
“Ki, kalau ada orang yang shalatnya tepat waktu, tapi pekerjaannya molor terus bagaimana ki atau sebaliknya ada orang yang shalatnya telat-telat, tapi pekerjaannya bagus dan tepat waktu bagaimana ki.............” Tanya Maula.
“Nak Mas pernah mendapati orang seperti itu.............?” Tanya Ki Bijak
“Belum pernah sih ki..............” Kata Maula.
“Aki pun belum pernah menemukan orang yang shalatnya baik, tapi melalaikan pekerjaan atau sebaliknya orang yang shalatnya lalai tapi pekerjaanya baik, karena mustahil ayat Allah diatas salah, yang paling mungkin adalah pengamatan kita yang salah............” Kata Ki Bijak.
“Maksudnya ki........?” Tanya Maula.
“Tanpa bermaksud su’udzon, mungkin shalat tepat waktunya pas ada orang yang lihat saja, atau karena ada boss saja, atau karena ada pamrih tertentu, dan shalat yang baik dan tepat waktu yang “kebetulan” seperti itu tidak menjadi jaminan pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar yang dimaksud dalam ayat diatas...........” Kata Ki Bijak.
“Seperti Aki katakan diatas, bahwa shalat akan mampu membentuk karakter seseorang apabila shalat yang benar dan tepat waktunya itu dilaksanakan dengan ikhlas dan istiqomah, bukan karena kepentingan lain selain itu.........” Tambah Ki Bijak.
“Ki, bagaimana proses pembentukan karakter dalam shalat itu ki.......?” Tanya Maula.
“Sederhananya begini Nak Mas, dalam shalat kita diwajibkan hanya melakukan gerakan-gerakan yang telah ditentukan, takbir, ruku, sujud dan tahiyat, shalat kita dinyatakan batal, manakala kita secara sengaja melakukan gerakan lain diluar gerakan itu secara berlebihan..........”
“Kemudian, dalam shalat ucapan kitapun dibatasi dengan bacaan yang juga telah ditentukan, ketika kita ruku, sujud maupun tahiyat masing-masing bacaanya sudah ditentukan, kalau kita menukar bacaan ruku untuk bacaan tahiyat atau sebaliknya, shalat kitapun menjadi batal.......”
“Lalu dalam stadium lanjut, ketika kita shalat, hati, rasa dan pikiran kitapun terfokus pada satu titik, yaitu Allah swt, kalau ketika shalat pikiran kita dipasar, hati kita dirumah serta kita meraskan berbagai hal lain selain Allah, niscaya keabsahan shalat kitapun dipertanyakan........”
“Nah dari proses “pelatihan” shalat dengan membatasi bacaan dan gerakan serta hati dan pikiran kita secara terus menerus, secara istiqomah, ditambah dengan kemampuan kita untuk shalat pada waktu yang telah ditentukan, diharapkan hal ini akan membentuk sebuah “pola hidup yang benar” dalam keseharian kita, baik itu pola kita dalam berbicara, cara kita berperilaku, maupun “rasa” kebersamaan kita dengan Allah, sehingga akan menjadi filter yang sangat efektif bagi kita agar terhindar dari perbuatan yang dilarang Allah............” Kata Ki Bijak.
“Dan yang terpenting, ketika hati kita sudah benar shalatnya, ketika kita sudah “merasa” senantiasa dilihat Allah walaupun kita tidak melihat-Nya, insya Allah kita akan berpikir jutaan kali untuk melakukan kesalahan sekecil apapun, karena ia yakin bahwa Allah akan melihat dan membalas apa yang diperbuatnya......” Sambung Ki Bijak.
“Iya ki, ana mengerti sekarang, kenapa masih banyak orang yang secara lahiriah shalat, tapi masih belum memberi “bekas” dalam kesehariaanya..........” Kata Maula.
“Sedapat mungkin bergaulah dengan mereka yang taat dan benar shalatnya, Nak Mas akan banyak mendapat keuntungan dan pelajaran dari mereka.....” Kata Ki Bijak.
“Kalau ana justru “terpaksa” berada diantara mereka yang gemar melalaikan shalat bagaimana ki...?” Tanya Maula.
“Artinya Allah tengah memberi peluang pada Nak Mas untuk menambah pahala dengan memberikan contoh dan teladan yang baik pada mereka, anggap itu sebagai ladang dakwah, meski tidak harus lewat tabligh misalnya, tapi dengan berusaha menjadikan diri Nak Mas sebagai orang yang mengindahkan waktu-waktu shalat, insya Allah itupun sebuah kebajikan.........” Kata Ki Bijak.
40. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Hanya itu yang keluar dari mulut Maula, ia bermohon kepada Allah agar dijadikan orang yang mampu mendirikan shalat dengan baik dan benar.
“Amiiin..............” Ki Bijak mengaminkan do’a Maula.
Wassalam
October 05, 2007
“Kenapa harus lihat shalatnya ki.........?” Tanya Maula lagi.
“Orang yang shalatnya baik dan benar, dalam arti ia menunaikan shalatnya tepat waktu, sempurna semua rukunya, serta tertib gerakan dan bacaanya, insya Allah kesempurnaan shalatnya akan tercermin dari bagaimana ia bekerja, bagaimana ia berperilaku, bagaimana ia menjalani kehidupannya, karena sesungguhnya shalat yang baik, akan mampu menjadikan orang yang mendirikannya terhindar dari perbuatan keji dan munkar, seperti ayat berikut;
45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Mereka yang mampu menjaga waktu shalatnya dengan istiqomah, insya allah ia akan menjadi orang yang akan menjaga dan memelihara kualitas pekerjaannya, baik dari segi akurasi dan waktunya........”
“Mereka yang mampu menjaga rukun fi’li shalat dengan baik, insya Allah akan mampu menjaga lidahnya dari perkataan yang tidak berguna, ia akan mampu menjaga matanya dari pandangan yang diharamkan oleh Allah, ia akan mampu memelihara tangannya dari perbuatan keji atau kikir, ia akan menjaga langkah kakinya kearah yang dimurkai Allah, ia insya Allah akan mampu membawa dirinya dengan baik....” Kata Ki Bijak.
“Sebaliknya, mereka yang kerap lalai menunaikan shalat, dengan melalaikan waktunya misalnya, cenderung akan menghasilkan pekerjaan yang kurang bermutu dan tidak efisien........” Kata Ki Bijak.
“Kenapa ki........?” Tanya Maula.
“Shalat adalah fardhu yang ditentukan waktunya bagi setiap kita, kalau ia mampu dan berani mengabaikan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah untuk melaksanakan shalat, niscaya ia lebih mampu dan lebih berani untuk mengabaikan amanah pekerjaan dari atasannya, lha sama Allah saja berani.......!!” Kata Ki Bijak.
“Ki, kalau ada orang yang shalatnya tepat waktu, tapi pekerjaannya molor terus bagaimana ki atau sebaliknya ada orang yang shalatnya telat-telat, tapi pekerjaannya bagus dan tepat waktu bagaimana ki.............” Tanya Maula.
“Nak Mas pernah mendapati orang seperti itu.............?” Tanya Ki Bijak
“Belum pernah sih ki..............” Kata Maula.
“Aki pun belum pernah menemukan orang yang shalatnya baik, tapi melalaikan pekerjaan atau sebaliknya orang yang shalatnya lalai tapi pekerjaanya baik, karena mustahil ayat Allah diatas salah, yang paling mungkin adalah pengamatan kita yang salah............” Kata Ki Bijak.
“Maksudnya ki........?” Tanya Maula.
“Tanpa bermaksud su’udzon, mungkin shalat tepat waktunya pas ada orang yang lihat saja, atau karena ada boss saja, atau karena ada pamrih tertentu, dan shalat yang baik dan tepat waktu yang “kebetulan” seperti itu tidak menjadi jaminan pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar yang dimaksud dalam ayat diatas...........” Kata Ki Bijak.
“Seperti Aki katakan diatas, bahwa shalat akan mampu membentuk karakter seseorang apabila shalat yang benar dan tepat waktunya itu dilaksanakan dengan ikhlas dan istiqomah, bukan karena kepentingan lain selain itu.........” Tambah Ki Bijak.
“Ki, bagaimana proses pembentukan karakter dalam shalat itu ki.......?” Tanya Maula.
“Sederhananya begini Nak Mas, dalam shalat kita diwajibkan hanya melakukan gerakan-gerakan yang telah ditentukan, takbir, ruku, sujud dan tahiyat, shalat kita dinyatakan batal, manakala kita secara sengaja melakukan gerakan lain diluar gerakan itu secara berlebihan..........”
“Kemudian, dalam shalat ucapan kitapun dibatasi dengan bacaan yang juga telah ditentukan, ketika kita ruku, sujud maupun tahiyat masing-masing bacaanya sudah ditentukan, kalau kita menukar bacaan ruku untuk bacaan tahiyat atau sebaliknya, shalat kitapun menjadi batal.......”
“Lalu dalam stadium lanjut, ketika kita shalat, hati, rasa dan pikiran kitapun terfokus pada satu titik, yaitu Allah swt, kalau ketika shalat pikiran kita dipasar, hati kita dirumah serta kita meraskan berbagai hal lain selain Allah, niscaya keabsahan shalat kitapun dipertanyakan........”
“Nah dari proses “pelatihan” shalat dengan membatasi bacaan dan gerakan serta hati dan pikiran kita secara terus menerus, secara istiqomah, ditambah dengan kemampuan kita untuk shalat pada waktu yang telah ditentukan, diharapkan hal ini akan membentuk sebuah “pola hidup yang benar” dalam keseharian kita, baik itu pola kita dalam berbicara, cara kita berperilaku, maupun “rasa” kebersamaan kita dengan Allah, sehingga akan menjadi filter yang sangat efektif bagi kita agar terhindar dari perbuatan yang dilarang Allah............” Kata Ki Bijak.
“Dan yang terpenting, ketika hati kita sudah benar shalatnya, ketika kita sudah “merasa” senantiasa dilihat Allah walaupun kita tidak melihat-Nya, insya Allah kita akan berpikir jutaan kali untuk melakukan kesalahan sekecil apapun, karena ia yakin bahwa Allah akan melihat dan membalas apa yang diperbuatnya......” Sambung Ki Bijak.
“Iya ki, ana mengerti sekarang, kenapa masih banyak orang yang secara lahiriah shalat, tapi masih belum memberi “bekas” dalam kesehariaanya..........” Kata Maula.
“Sedapat mungkin bergaulah dengan mereka yang taat dan benar shalatnya, Nak Mas akan banyak mendapat keuntungan dan pelajaran dari mereka.....” Kata Ki Bijak.
“Kalau ana justru “terpaksa” berada diantara mereka yang gemar melalaikan shalat bagaimana ki...?” Tanya Maula.
“Artinya Allah tengah memberi peluang pada Nak Mas untuk menambah pahala dengan memberikan contoh dan teladan yang baik pada mereka, anggap itu sebagai ladang dakwah, meski tidak harus lewat tabligh misalnya, tapi dengan berusaha menjadikan diri Nak Mas sebagai orang yang mengindahkan waktu-waktu shalat, insya Allah itupun sebuah kebajikan.........” Kata Ki Bijak.
40. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Hanya itu yang keluar dari mulut Maula, ia bermohon kepada Allah agar dijadikan orang yang mampu mendirikan shalat dengan baik dan benar.
“Amiiin..............” Ki Bijak mengaminkan do’a Maula.
Wassalam
October 05, 2007
No comments:
Post a Comment