Wednesday, January 8, 2014

DZIKRULLAH



“Alhamdulillah.., tenang rasanya kalau sudah shalat ya Nak Mas….” Kata Ki Bijak ba’da shalat berjamaah bersama para santrinya.

“Alhamdulillah Ki…..” Kata Maula pendek.

“Oh ya Ki…, menyambung obrolan yang tadi mengenai dzikir, Aki tadi bilang kalau orang yang sudah baca bacaan tertentu dengan sangat banyak, tapi belum menunjukan perubahan itu artinya dzikirnya belum bener Ki…?” Tanya Maula

Setelah berdiam sejenak, Ki Bijak kemudian melanjutkan wejangannya; “Dzikir itu secara bahasa berarti Ingat Nak Mas….;

“Kalau ada orang ingat hutang, dia juga sedang berdzikir, dzikir hutang namanya..”
“Kalau ada orang ingat masalah pekerjaan, dia juga sedang berdzikir, dzikir pekerjaan namanya..”
“Kalau ada orang ingat masalah, dia juga sedang berdzikir,dzikir pada masalah namanya…”
“Setiap aktivitas untuk mengingat sesuatu, itu namanya ‘dzikir’…; dan dzikir seperti inilah yang kemudian bukan membuat orang menjadi tenang, tapi justru membuatnya semakin jauh dari Allah dan hatinya menjadi tidak tentram….., itu yang pertama….”

“Yang kedua, yang banyak orang masih salah dan menyamakan dzikir dan bacaan dzikir Nak Mas….; Subhanallah, Alhamdulillah,Allahu akbar itu sebagian contoh bacaan dzikir, tapi aktivitas dzikir lebih daripada sekedar membaca, karena dzikir atau ingat itu bukan dengan mulut, tapi dengan ini dan ini….” Kata Ki Bijak sambil menunjuk hati dan keningnya.

“Dzikir itu dengan hati dan fikiran Ki…?” Tanya Maula memastikan.

“Benar Nak Mas…., Hati dan Fikiran kitalah yang beri kemampuan untuk berdzikir, kemampuan untuk mengingat Allah, sementara lisan kita itu ibarat starter, yang berfungsi untuk ‘memancing dan menggerakan’ hati dan fikiran kita untuk berdzikir….”

“Jadi kalau yang dibaca tadi, terlepas dari apapun itu bacaannya, tapi hanya sebatas menggunakan lisan, dan tanpa melibatkan hati dan fikiran kita,itu analoginya seperti orang yang sedang manasin mesin kendaraan Nak Mas…, setelah distarter, kemudian dibiarkan mesin hidup, tapi kendaraan tidak bergerak kemana-mana, hanya diam ditempat…..;pun ketika ‘dzikir’ kita hanya menyebut-nyebut nama Allah tanpa konsentrasi, tanpa memfungsikan hati dan fikiran untuk mengingat Allah, dzikir kita belum bisa disebut dzikir,karena sekali lagi, yang diberi kemampuan mengingat itu adalah Hati dan Fikiran kita, dan dzikir yang sudah benar,dzikir yang sudah matang, akan menjadikan pengamalnya orang-orang yang memiliki ‘kesadaran ilahiyah serta akhlaqul karimah yang natural dan tentu memiliki ketentraman hati sebagaimana yang Allah maklumkan dalam surat Ar-Rad:28….” Kata Ki Bijak panjang lebar sambil menutip ayat yang dimaksud.

28.  (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

“Selain itu, dzikir yang benar, akan memiliki daya sembuh bagi hati yang sakit, bahkan ketika seseorang sudah mampu dzikir dalam taraf tertentu, orang itu akan mampu ‘menghidupkan hati yang ‘mati’….” Kata Ki Bijak lagi.

Maula manggut-manggut mendengarkan penuturan gurunya; Akan halnya dengan dzikir amal amal Ki..?” Tanya Maula.

“Dzikir amal Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak.

“Ya Ki…” Kata Maula

“Amal Shaleh itu adalah buah dari hati yang shaleh Nak Mas, Hati yang shaleh itu adalah hati yang mampu mengendalikan fikirannya untuk senantiasa terhubung dengan Allah dan fikiran yang memiliki kesadaran bahwa hidup adalah anugrah yang harus disyukuri, dan salah satu bentuk syukur itu adalah dengan amal-amal shaleh tadi Nak Mas….”

“Orang yang hatinya selalu terhubung dengan Allah, orang yang fikirannya senantiasa terhubung dengan Allah, niscaya akan melahirkan akhlaqul karimah tadi yang kemudian diterjemahkan kedalam amaliah sehari-harinya….”

“Orang yang hati dan fikirannya senantiasa bersama Allah, pasti dia akan menjaga shalatnya dengan baik, itulah dzikir amal,amaliah shalat namanya…”

“Orang yang hati dan fikirannya senantiasa bersama Allah, pasti tidak akan lalai akan kewajiban zakatnya, itupun dzikir amal, amaliah zakat namanya…”

“Orang yang hati dan fikirannya senantiasa bersama Allah, pasti dia akan memiliki kepekaan social yang tinggi, ia suka menolong yang lemah, ia akan gemar membantu orang yang membutuhkan, ia rajin bersedekah, ia rajin mengajarkan ilmu kepada sesamanya, ia tidak akan pernah jenuh atau bosan untuk senantiasa menambah ilmu dan amalnya, singkatnya ia akan mengabdikan dirinya pada Allah dengan jalan membantu dan menolong mereka-mereka yang membutuhkan, itulah dzikir amal Nak Mas….” Kata Ki Bijak lagi.

“Oooh ana paham sekarang Ki….; sebaliknya, orang yang hati dan fikirannya senantiasa bersama dunia, ketika ia kaya, ia akan menjadi kikir ya Ki…” Kata Maula.

“Ya Nak Mas…, pun ketika seseorang hati dan fikirannya semata jabatan, maka ketika ia berkuasa,maka ia akan semena-mena…”

“Orang yang hati dan fikirannya melulu pekerjaan, dia akan menjadi budak dari pekerjaannya…..”

“Orang yang hati dan fikirannya melulu pada harta, maka ia akan menjadi budak hartanya…dan seterusnya Nak Mas…..” kata Ki Bijak lagi.

“Ana mengerti Ki….” Kata Maula

“Karena itulah Aki tidak bosan-bosannya mengulang dan mengulang pelajaran dan latihan dzikir ini, tujuannya tidak lain adalah agar hati dan fikiran kita benar-benar terlatih untuk senantiasa mengingat Allah…..” Kata Ki Bijak lagi sambil mengutip ayat mengenai dzikir dengan hati dan fikiran.

205.  Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.


“Alhamdulillah Ki…tambah ilmu lagi….” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, menambah ilmu itu wajib, seperti juga wajibnya kita mengamalkan ilmu yang sudah Allah karuniakan kepada kita…”

“Dan Nak Mas harus ingat, ilmu kita itu bukan untuk berdebat, ilmu kita itu bukan untuk dipamer-pamerkan, ilmu kita itu bukan karena kita ingin dianggap alim,ilmu itu bukan karena kita ingin disebut ahli hadits dan lain sebagainya, ilmu itu untuk diamalkan…..” Tambah Ki Bijak.

“Iya Ki…, memang sekarang ini banyak sekali orang pandai Ki…, hafal ratusan hadits, hafal puluhan ayat, tapi hanya sebatas bahan untuk berdebat dan pamer….” Kata Maula.

“Pengetahuan yang dipamer-pamerkan itu belum menjadi ilmu Nak Mas, itu baru wawasan, sementara ilmu itu adalah pengetahuan yang kita pahami untuk kemudian kita amalkan dengan baik, dengan benar, dan dengan ikhlas, itu baru ilmu namanya…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya Ki….” Kata Maula menutup perbincangan sore itu.

Wassalam

08 Januari 2014

No comments:

Post a Comment