Tuesday, January 21, 2014

LANGIT YANG BOCOR



“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…..” Ki Bijak dan Maula hampir bersamaan demi melihat banjir yang makin meluas, bukan hanya didaerah-daerah langganan banjir, tapi sudah meluas,bahkan hampir merata diseluruh pelosok negeri.

Hening…,nampak keprihatinan yang mendalam dari raut wajah kedua orang guru dan murid tersebut.

“Ki….;apakah Allah sudah tidak lagi sayang sama kita Ki…?”Tanya Maula memecah keheningan.

“Astaghfirullah…, kenapa Nak Mas bertanya seperti itu..?” Tanya Ki Bijak.

“Kemarin ana baca disebuah berita, selama Januari ini saja, sudah 91 bencana alam yang melanda negeri ini,padahal bulan ini belum lagi genap sebulan Ki……” Kata Maula.

“Nak Mas…., ketika putra Nak Mas melakukan hal yang membahayakan dirinya, apa yang akan Nak Mas lakukan pada putra Nak Mas tersebut..?”Tanya Ki Bijak.

“Tentu ana akan menegurnya pelan-pelan Ki,ana nasehati dengan baik-baik, dan memberikan penjelasan padanya bahwa apa yang dilakukannya tersebut berbahaya bagi dirinya….”Jawab Maula.

“Kalau kemudian putra Nak Mas tidak mengindahkan teguran,nasehat dan penjelasan Nak Mas…?”Tanya Ki Bijak lagi.

Maula sempet terdiam sejenak,sebelum kemudian menjawab; “Paling ana jewer Ki….” Katanya kemudian.

“Bukankah Nak Mas sangat menyayangi putra Nak Mas, kenapa Nak Mas menjewernya..?” Tanya Ki Bijak.

“Justru karena ana sangat sangat pada putra ana, ana tidak ingin anak ana mengalamai kecelakaan karena perbuatannya yang mungkin dia belum mengerti….” Kata Maula lagi.

“Nak Mas..,perilaku sebagian kita ini masih kayak anak kecil, yang berbuat seenaknya, tanpa mengindahkan keselamatan dirinya dan orang lain…..” Kata Ki Bijak.

“Perilaku sebagian kita masih seperti anak kecil Ki…?”Tanya Maula.

“Benar Nak Mas…, penggundulan hutan yang semena-mena, pengurukan laut, pemapasan gunung, peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya, pembuangan sampah sembarangan, adalah sebagian kecil perilaku kekanak-kanakan yang tidak bertanggung jawab, yang tidak memperhatikan keselamatan, baik itu keselamatan dirinya, pun dengan keselamatan orang lain….”Kata Ki Bijak.

“Lalu Ki….”Tanya Maula.

“Lalu seperti apa yang Nak Mas lakukan terhadap putra Nak Mas, dengan kasih sayangNya, Allah memperingatkan kita dengan firman-firmanNya bahwa telah kerusakan yang nampak dimuka bumi ini yang diakibatkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia yang jahil, Nak Mas perhatikan ini ayatnya….” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat Ar-rum:41;

tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ
41.  Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).


“Tapi kemudian manusia, termsasuk mungkin kita didalamnya, tidak mengindahkan peringatan tersebut, bahkan semakin semena-mena,semakin sombong,semakin angkuh,dan semakin merasa berkuasa, sehingga wajar kalau kemudian kita ‘dijewer’ Allah dengan bencana banjir seperti sekarang ini Nak Mas….”Kata Ki Bijak.

Maula menghela nafas dalam-dalam mendengarkan penuturan gurunya;

“Iya Ki…., memang banyak orang yang ngeyel dan merasa pintar, seperti malam tahun baru kemarin Ki, di ibukota saja, berapa puluh panggung hiburan yang disiapkan untuk menyambut pergantian tahun, dan isinya semua sama, joget-joget,teriak-teriak, nyanyi-nyanyi,niup teropet dan puncaknya adalah ‘memberondong langit’ dengan tembakan kembang api dan mercon,pantes saja langitnya pada bocor, lha wong ditembaki pake mercon…!” Kata Maula.

“Iya Nak Mas…, terlepas dari bocor atau tidaknya langit karena dentuman mercon dan petasan, yang jelas,sekarang Allah tengah memperlihatkan kasih sayangNya kepada kita bahwa perbuatan kemarin dimalam tahun baru itu sia-sia, mubazir dan bahkan mengikuti perilaku setan yang gemar foya-foya dan takabur…..; coba kalau bukan karena kasih sayang Allah, mungkin tembakan kembang api dan mercon kemarin dibalas dengan hujan meteor, bisa apa kita..? dengan air hujan ini saja kita sudah kalang kabut……, sementara Allah dengan sangat santun memperingatkan kita untuk tidak bermaksiat kepadaNya….” Kata Ki Bijak lagi mengutip surat Al A’raf ayat 55-56:

(#qãã÷Š$# öNä3­/u %YæŽ|Øn@ ºpuŠøÿäzur 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÏtF÷èßJø9$# ÇÎÎÈ Ÿwur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷Š$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=ƒÌs% šÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ
55.  Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549].
56.  Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

[549]  Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.


“Iya Ki…,sudah dikasih banjir saja masih ‘ngeyel’, pake acara modifikasi cuaca, milyaran rupiah habis terbuang percuma, hanya untuk menuruti keangkuhan dan kesombongan segelintir orang yang merasa hebat dan merasa mampu mengendalikan hujan, emang hujan takut sama garam apa….” Kata Maula agak sengit.

“Iya Nak Mas…; seharusnya kita bisa lebih arif dan lebih bijak dalam menyikapi ‘teguran’ ini, bukan dengan mengedepankan kesombongan dan merasa mampu….;tidak ada satu tetespun air hujan yang akan turun kecuali dengan izin Allah, karena Dia_lah yang Maha Mengatur dan Maha Berkendak, jadi kalau memang perlu menggunakan teknologi, bahasanya yang santun, bahasa yang menunjukan keterkaitan kita dengan Allah, bukan dengan bahasa-bahasa orang yang seolah-olah tidak bertuham, bahasa orang yang mempertuhankan teknologi…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya Ki….;semoga banjirnya segera reda, dan semoga para elit kita ini segera menyadari bahwa hujan itu bukan semata awan,hujan itu ada yang mengatur, dan kemudian kita semua segera bertobat, jangan sampai hujan meteor benar-benar terjadi karena kedurhakaan kita kepada Allah ya Ki….” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas….” Kata Ki Bijak mengakhiri perbincangan.

Wassalam;

21 Januari 2014

No comments:

Post a Comment