Friday, January 24, 2014

IBADAH;SEBUAH KEBUTUHAN.



“Ki…..;adakah formula khusus yang membuat kita bisa beribadah dengan ‘enteng’ Ki….?”Tanya Maula pada sebuah kesempatan.

“Enteng bagaimana Nak Mas…?” Tanya Maula.

“Maksud ana,bagaimana agar kita tidak merasa ‘terbebani’ dengan kewajiban shalat kita, bagaimana agar kita bisa ber-zakat tanpa harus merasa harta kita akan berkurang, bagaimana agar shaum kita terasa ringan ditengah rutinitas pekerjaan yang kadang seperti tidak ada habisnya, bagaimana agar kita bisa berangkat ke tanah suci tanpa merasa mahal dan seterusnya Ki…”Kata Maula.

“Maksud Nak Mas bagaimana kita bisa beribadah dengan ikhlas, begitu..?” Tanya Ki Bijak memastikan.

“Iya Ki…,seperti itu….” Kata Maula lagi.

Ki Bijak menghela nafas dalam-dalam demi mencermati pertanyaan Maula.

“Aki juga belum bisa seperti itu Nak Mas, Aki belum bisa ibadah seikhlas yang dicontohkan baginda Rasul, Aki masih harus banyak belajar dan belajar lagi..,hanya mungkin Aki bisa memberikan gambaran bagaimana agar kita bisa beribadah dengan ikhlas…”Kata Ki Bijak.

“Bagaimana caranya Ki…?” Tanya Maula.

“Nak Mas…;Nak Mas tahu alas an kenapa ananda Malik suka susah kalau disuruh mandi atau makan…?” Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki….;mungkin karena Malik belum memahami bahwa mandi dan makan itu sebuah kebutuhan Ki….,kadang ana harus menakuti atau mengiming-imingi sesuatu dulu,baru Malik mau mandi atau makan….”Kata Maula.

“Itulah jawaban pertanyaan Nak Mas tadi, kenapa kita masih merasa berat untuk beribadah adalah karena kita belum dewasa Nak Mas, karena kita masih kekanak-kanakan,karena kita belum mengerti dan memahami bahwa ibadah itu sebuah keubutuhan bagi kita…….” Kata Ki Bijak.

“Kita belum dewasa Ki…?” Tanya Maula lagi.

“Secara usia biologis,umur kita mungkin sudah dikategorikan dewasa Nak Mas, tapi tidak jarang sifat kekanak-kanakan kita masih dominan dalam diri kita….”

“Kita rajin shalat,ketika kita ingin sesuatu atau takut sesuatu,kita mau tahajud karena kita ingin naik jabatan,kita mau dhuha karena kita ingin jadi orang kaya dan seterusnya…”,

“Bukankah ini sama dengan anak kecil yang ketika disuruh mandi, harus diiming-imingi sesuatu dulu, baru kemudian mau mandi.., mandinya anak kecil, bukanlah atas kesadaran dan pemahaman bahwa mandi itu akan menyehatkan dan membersihkannya…”,

“Persis seperti shalat kita, yang membuat kita berat melaksanakannya itu karena kita melaksanakannya bukan berdasarkan kesadaran dan pemahaman shalat itu sebuah kebutuhan bagi kita, bahwa shalat itu akan menyehatkan kita,bahwa shalat itu akan membersihkan kita,bahwa shalat itu untuk kita,bukan untuk Allah.!”

“Pun ketika kita belum dewasa, ketika kita belum memahami dan menyadari bahwa zakat itu lebih dari sekedar kewajiban, bahwa zakat itu sebuah kebutuhan,niscaya kita akan selalu merasa berat untuk mengeluarkan zakat..”

“Masih banyak diantara kita yang baru mau mengeluarkan zakat dan sedekahnya ketika diimingi-imingi untuk menjadi kaya, diimingi-imingi agar rezekinya bertambah….,tidak salah memang,dan itu janji Allah,bahwa siapa yang bersedekah akan dilipatgandakan pahalanya, tapi sampai kapan ibadah kita terus menerus seperti anak kecil…?”

“Bahayanya ibadah seperti ini adalah ketika apa yang kita harapkan itu ‘tidak sesuai’ dengan apa yang ada difikiran kita, kita kemudian menyalahkan ayat al qur’an, kemudian kita menyalahkan Allah, ini kan jadi kontra produktif, ibadah yang seharusnya makin mendekatkan kita kepada Allah, hanya karena persepsi kita yang salah, malah justru makin menjauhkan kita dari Allah…..”

“Demikian pun dengan ibadah-ibadah yang lainnya Nak Mas, selama kita masih bersikap seperti anak kecil, maka ibadah apapun, akan terasa berat, shaum kita akan menjadi beban, haji kita akan menjadi beban, kemasjid akan menjadi beban,membantu fakir miskin akan menjadi beban,menyumbang pembangunan masjid akan menjadi beban dan seterusnya…….”Kata Ki Bijak

Maula menghela nafas dalam-dalam demi mendengar penjelasan Ki Bijak yang panjang lebar, “Jadi ibadah itu memerlukan kedewasaan ya Ki….?” Kata Maula.

“Tepat Nak Mas…,ibadah itu memerlukan kedewasaan, yang dengan kedewasaan ini kita bisa bersikap dan menyikapi ‘perintah agama’ ini dengan bijak, dengan arif, dengan lapang dada, sehingga kemudian melahirkan kemudahan kita dalam menjalankannya,sehingga kita mampu menikmati ibadah kita, dan ketika kita sudah sampai pada taraf bisa melaksanakan ibadah dengan nikmat, itulah yang namanya IKHLAS……” Kata Ki Bijak.

“Ana mengerti Ki….;semoga ana bisa sampai ke level IKHLAS ya Ki…..” Kata Maula.

“Iya Nak Mas,semoga kita semua bisa beribadah kepada Allah dengan IKHLAS,layaknya orang yang sudah dewasa dalam beragama,dan tidak lagi beribadah seperti anak kecil……”Kata Ki Bijak lagi.

“Aamiin…..”

Wassalam
24 Januari 2014

No comments:

Post a Comment