“Ki…..;adakah
formula khusus yang membuat kita bisa beribadah dengan ‘enteng’ Ki….?”Tanya
Maula pada sebuah kesempatan.
“Enteng
bagaimana Nak Mas…?” Tanya Maula.
“Maksud
ana,bagaimana agar kita tidak merasa ‘terbebani’ dengan kewajiban shalat kita,
bagaimana agar kita bisa ber-zakat tanpa harus merasa harta kita akan
berkurang, bagaimana agar shaum kita terasa ringan ditengah rutinitas pekerjaan
yang kadang seperti tidak ada habisnya, bagaimana agar kita bisa berangkat ke
tanah suci tanpa merasa mahal dan seterusnya Ki…”Kata Maula.
“Maksud
Nak Mas bagaimana kita bisa beribadah dengan ikhlas, begitu..?” Tanya Ki Bijak
memastikan.
“Iya
Ki…,seperti itu….” Kata Maula lagi.
Ki
Bijak menghela nafas dalam-dalam demi mencermati pertanyaan Maula.
“Aki
juga belum bisa seperti itu Nak Mas, Aki belum bisa ibadah seikhlas yang
dicontohkan baginda Rasul, Aki masih harus banyak belajar dan belajar lagi..,hanya
mungkin Aki bisa memberikan gambaran bagaimana agar kita bisa beribadah dengan
ikhlas…”Kata Ki Bijak.
“Bagaimana
caranya Ki…?” Tanya Maula.
“Nak
Mas…;Nak Mas tahu alas an kenapa ananda Malik suka susah kalau disuruh mandi
atau makan…?” Tanya Ki Bijak.
“Iya
Ki….;mungkin karena Malik belum memahami bahwa mandi dan makan itu sebuah
kebutuhan Ki….,kadang ana harus menakuti atau mengiming-imingi sesuatu
dulu,baru Malik mau mandi atau makan….”Kata Maula.
“Itulah
jawaban pertanyaan Nak Mas tadi, kenapa kita masih merasa berat untuk beribadah
adalah karena kita belum dewasa Nak Mas, karena kita masih
kekanak-kanakan,karena kita belum mengerti dan memahami bahwa ibadah itu sebuah
keubutuhan bagi kita…….” Kata Ki Bijak.
“Kita
belum dewasa Ki…?” Tanya Maula lagi.
“Secara
usia biologis,umur kita mungkin sudah dikategorikan dewasa Nak Mas, tapi tidak
jarang sifat kekanak-kanakan kita masih dominan dalam diri kita….”
“Kita
rajin shalat,ketika kita ingin sesuatu atau takut sesuatu,kita mau tahajud
karena kita ingin naik jabatan,kita mau dhuha karena kita ingin jadi orang kaya
dan seterusnya…”,
“Bukankah
ini sama dengan anak kecil yang ketika disuruh mandi, harus diiming-imingi
sesuatu dulu, baru kemudian mau mandi.., mandinya anak kecil, bukanlah atas
kesadaran dan pemahaman bahwa mandi itu akan menyehatkan dan membersihkannya…”,
“Persis
seperti shalat kita, yang membuat kita berat melaksanakannya itu karena kita
melaksanakannya bukan berdasarkan kesadaran dan pemahaman shalat itu sebuah
kebutuhan bagi kita, bahwa shalat itu akan menyehatkan kita,bahwa shalat itu
akan membersihkan kita,bahwa shalat itu untuk kita,bukan untuk Allah.!”
“Pun
ketika kita belum dewasa, ketika kita belum memahami dan menyadari bahwa zakat
itu lebih dari sekedar kewajiban, bahwa zakat itu sebuah kebutuhan,niscaya kita
akan selalu merasa berat untuk mengeluarkan zakat..”
“Masih
banyak diantara kita yang baru mau mengeluarkan zakat dan sedekahnya ketika
diimingi-imingi untuk menjadi kaya, diimingi-imingi agar rezekinya bertambah….,tidak
salah memang,dan itu janji Allah,bahwa siapa yang bersedekah akan
dilipatgandakan pahalanya, tapi sampai kapan ibadah kita terus menerus seperti
anak kecil…?”
“Bahayanya
ibadah seperti ini adalah ketika apa yang kita harapkan itu ‘tidak sesuai’ dengan
apa yang ada difikiran kita, kita kemudian menyalahkan ayat al qur’an, kemudian
kita menyalahkan Allah, ini kan jadi kontra produktif, ibadah yang seharusnya
makin mendekatkan kita kepada Allah, hanya karena persepsi kita yang salah,
malah justru makin menjauhkan kita dari Allah…..”
“Demikian
pun dengan ibadah-ibadah yang lainnya Nak Mas, selama kita masih bersikap
seperti anak kecil, maka ibadah apapun, akan terasa berat, shaum kita akan
menjadi beban, haji kita akan menjadi beban, kemasjid akan menjadi
beban,membantu fakir miskin akan menjadi beban,menyumbang pembangunan masjid
akan menjadi beban dan seterusnya…….”Kata Ki Bijak
Maula
menghela nafas dalam-dalam demi mendengar penjelasan Ki Bijak yang panjang
lebar, “Jadi ibadah itu memerlukan kedewasaan ya Ki….?” Kata Maula.
“Tepat
Nak Mas…,ibadah itu memerlukan kedewasaan, yang dengan kedewasaan ini kita bisa
bersikap dan menyikapi ‘perintah agama’ ini dengan bijak, dengan arif, dengan
lapang dada, sehingga kemudian melahirkan kemudahan kita dalam
menjalankannya,sehingga kita mampu menikmati ibadah kita, dan ketika kita sudah
sampai pada taraf bisa melaksanakan ibadah dengan nikmat, itulah yang namanya
IKHLAS……” Kata Ki Bijak.
“Ana
mengerti Ki….;semoga ana bisa sampai ke level IKHLAS ya Ki…..” Kata Maula.
“Iya
Nak Mas,semoga kita semua bisa beribadah kepada Allah dengan IKHLAS,layaknya
orang yang sudah dewasa dalam beragama,dan tidak lagi beribadah seperti anak
kecil……”Kata Ki Bijak lagi.
“Aamiin…..”
Wassalam
24
Januari 2014
No comments:
Post a Comment