Tuesday, January 7, 2014

HATI KITA BUKAN KERANJANG SAMPAH




“Hati kita bukan keranjang sampah Nak Mas….” Kata Ki Bijak dalam sebuah kesempatan.

“Hati kita bukan keranjang sampah Ki..?”Tanya Maula.

“Benar Nak Mas…., Allah menciptakan hati ini bukan untuk menyimpan dendam kesumat…., Allah menciptakan hati ini bukan untuk memupuk kebencian…., Allah menciptakan hati ini bukan untuk menampung sumpah serapah yang kita dengar, bukan untuk menyimpan ghibah yang kita dengar, bukan untuk menempatkan caci maki atau hinaan yang kita dengar atau bahkan kita rasakan…; Allah menciptakan hati dengan fungsi dan kedudukan yang mulia, yakni sebagai sarana komunikasi kita dengan Nya…..” Kata Ki Bijak.

Maula termenung sebentar demi mendengar kata-kata gurunya; “Tapi Ki…, bukankah dendam kesumat, kebencian dan ‘rasa tidak enak’ itu adanya dihati Ki…?” Tanya Maula lagi.

“Benar Nak Mas…., mungkin hati kita pernah disakiti oleh orang lain, dan seperti Nak Mas katakan tadi, hati ini yang merasakan sakit….,

“pun ketika kita mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan, atau mendengar perkataan yang menyakitkan, hati kita yang merasakan sakit…,

tapi sekali lagi Aki katakan, hati kita bukan kerajang sampah, yang hanya berfungsi untuk menyimpan ‘ketidak-nyamanan dan rasa sakit tersebut, hati kita justru berfungsi untuk ‘menetralisir’ segala hal yang kita terima, baik itu melalui mata, melalui telinga atau melalui perasaan kita, hati harus mampu ‘menjernihkan’ kotoran dan sampah bathiniah tersebut, agar tidak menumpuk dan kemudian menjadi sarang penyakit dikelak kemudian hari…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Hmmmm.., ana masih belum sepenuhnya paham Ki…..” Kata Maula lagi.

“Begini Nak Mas…, katakan kita pernah disakiti oleh seseorang, kemudian kita terus menyimpan perasaan sakit itu dalam jangka waktu yang lama…, yang terjadi kemudian pada kita adalah ‘ketidak-nyamanan’, yang terjadi kemudian pada diri kita adalah perasaan yang sama sekali kontra produktif dengan tujuan kita mencapai kebahagiaan…., yang terjadi kemudian adalah kita memberikan ‘kemenangan’ kepada orang yang menyakiti kita, sementara kita terpuruk sebagai pecundang, karena membiarkan hati kita ditempati oleh sampah yang bernama sakit hati dan dendam,…..”

“Sebaliknya….ketika kita disakiti, hati kita sakit…., kita terima perasaan sakit itu dengan kebesaran jiwa, untuk kemudian kita kembalikan kepada Allah, kita netralisir perasaan sakit itu dengan berinstrospeksi diri, untuk kemudian ‘mengeluarkan’ rasa sakit itu dengan aktivitas dan kegiatan untuk mengeluarkan sakit tersebut, niscaya kita akan menjadi pemenang…” Kata Ki Bijak.

Maula masih diam, meresapi setiap tutur kata gurunya, hingga kemudian gurunya membuyarkan renungannya.

“Nak Mas masih bingung..?” Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki….” Jawab Maula pendek.

“Contoh konkretnya seperti orang merokok Nak Mas…..” Kata Ki Bijak.

“Seperti orang merokok Ki…?” Tanya Maula penasaran.

“Ya Nak Mas…, ketika seseorang merokok, ia sejatinya sedang menghisap racun masuk kedalam dirinya melalui asap rokok yang dihisapnya, sekali,mungkin racun rokok itu seperti tidak berpengaruh apa-apa pada tubuhnya, tapi ketika kemudian rokok yang dihisap itu berkali-kali,berhari-hari,berbulan-bilan atau bahkan bertahun-tahun, disadari atau tidak, diakui atau tidak, akumulasi racun tersebut akan mempengaruhi fungsi organ-organ tubuhnya, seperti kanker,paru-paru yang rusak dan lain sebagainya…..”

“Akan halnya dengan dendam kesumat, kebencian, kemarahan, buruk sangka adalah serangkaian racun yang pasti akan merusak dan mempengaruhi kita, kalau asap dan racun rokok tadi akan merusak dan mempengaruhi kondisi jasmani kita, maka racun bathiniah ini akan berpengaruh pada kondisi ruh kita, jiwa kita,pada hati kita….., Nak Mas paham yang Aki maksud…?” Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki ana paham….., ana pernah baca juga hukum law of attraction, hukum tarik menarik Ki….; jadi menurut buku itu perasaan yang enak akan menarik perasaan yang enak pula, sebaliknya perasaan yang tidak nyaman, akan direspon dengan perasaan yang sama…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas…, Nak Mas lebih pandai daripada Aki mengenai teori-teori seperti itu, Aki yang kurang baca ini, hanya tahu bahwa kalau kita kesel, maka perasaan kesel itu pasti akan terlihat lewat wajah dan perilaku kita..;

“Kalau kita marah, maka kemarahan itupun akan nampak pada wajah kita, sepintar apapun kita menyembunyikannya, pasti akan tetap terlihat, ibarat terasi, sekecil apapun, tetap akan menimbulkan bau yang sama…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Benar Ki…; lalu apa yang harus kita lakukan untuk membersihkan hati kita Ki..? Tanya Maula

“Inna likulli sai’in sokola.wainna sokolatul qulub dzikrulloh - Sesungguhnya segala sesuatu itu ada pembersihnya. Dan pembersih hati adalah DZIKIR pada Alloh ..” Kata Ki Bijak

“Dzikurullah Ki....?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas...Dzikrullah itu laksana butir-butir detergen yang akan mengikis kotoran-kotoran yang ada didalam hati kita, semakin banyak kita dzikir kepada Allah, insya Allah hati kita akan semakin bersih dan semakin terjaga dari hal-hal yang mengotorinya....” Kata Ki Bijak lagi.

“Ki....banyak orang yang ‘dzikir’ membaca ratusan atau bahkan ribuan bacaan dzikir, tapi tidak sedikit diantara mereka yang masih suka marah, suka membenci orang, iri,dengki dan bahkan sering berprasangka buruk, itu gimana Ki...? Tanya Maula.

“Itu dzikirnya belum bener Nak Mas....” Kata Ki Bijak sambil tersenyum

“Yuk kita siap-siap shalat dulu, insya Allah lain waktu kita ngobrol lagi.....” Sambung Ki Bijak sambil beranjak bersiap shalat.

Wassalam;

07 Januari 2014

No comments:

Post a Comment