“Hati
kita bukan keranjang sampah Nak Mas….” Kata Ki Bijak dalam sebuah kesempatan.
“Hati
kita bukan keranjang sampah Ki..?”Tanya Maula.
“Benar
Nak Mas…., Allah menciptakan hati ini bukan untuk menyimpan dendam kesumat….,
Allah menciptakan hati ini bukan untuk memupuk kebencian…., Allah menciptakan
hati ini bukan untuk menampung sumpah serapah yang kita dengar, bukan untuk
menyimpan ghibah yang kita dengar, bukan untuk menempatkan caci maki atau
hinaan yang kita dengar atau bahkan kita rasakan…; Allah menciptakan hati
dengan fungsi dan kedudukan yang mulia, yakni sebagai sarana komunikasi kita
dengan Nya…..” Kata Ki Bijak.
Maula
termenung sebentar demi mendengar kata-kata gurunya; “Tapi Ki…, bukankah dendam
kesumat, kebencian dan ‘rasa tidak enak’ itu adanya dihati Ki…?” Tanya Maula
lagi.
“Benar
Nak Mas…., mungkin hati kita pernah disakiti oleh orang lain, dan seperti Nak
Mas katakan tadi, hati ini yang merasakan sakit….,
“pun
ketika kita mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan, atau mendengar
perkataan yang menyakitkan, hati kita yang merasakan sakit…,
tapi
sekali lagi Aki katakan, hati kita bukan kerajang sampah, yang hanya berfungsi
untuk menyimpan ‘ketidak-nyamanan dan rasa sakit tersebut, hati kita justru berfungsi
untuk ‘menetralisir’ segala hal yang kita terima, baik itu melalui mata,
melalui telinga atau melalui perasaan kita, hati harus mampu ‘menjernihkan’
kotoran dan sampah bathiniah tersebut, agar tidak menumpuk dan kemudian menjadi
sarang penyakit dikelak kemudian hari…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Hmmmm..,
ana masih belum sepenuhnya paham Ki…..” Kata Maula lagi.
“Begini
Nak Mas…, katakan kita pernah disakiti oleh seseorang, kemudian kita terus
menyimpan perasaan sakit itu dalam jangka waktu yang lama…, yang terjadi
kemudian pada kita adalah ‘ketidak-nyamanan’, yang terjadi kemudian pada diri
kita adalah perasaan yang sama sekali kontra produktif dengan tujuan kita
mencapai kebahagiaan…., yang terjadi kemudian adalah kita memberikan
‘kemenangan’ kepada orang yang menyakiti kita, sementara kita terpuruk sebagai
pecundang, karena membiarkan hati kita ditempati oleh sampah yang bernama sakit
hati dan dendam,…..”
“Sebaliknya….ketika
kita disakiti, hati kita sakit…., kita terima perasaan sakit itu dengan
kebesaran jiwa, untuk kemudian kita kembalikan kepada Allah, kita netralisir
perasaan sakit itu dengan berinstrospeksi diri, untuk kemudian ‘mengeluarkan’
rasa sakit itu dengan aktivitas dan kegiatan untuk mengeluarkan sakit tersebut,
niscaya kita akan menjadi pemenang…” Kata Ki Bijak.
Maula
masih diam, meresapi setiap tutur kata gurunya, hingga kemudian gurunya
membuyarkan renungannya.
“Nak
Mas masih bingung..?” Tanya Ki Bijak.
“Iya
Ki….” Jawab Maula pendek.
“Contoh
konkretnya seperti orang merokok Nak Mas…..” Kata Ki Bijak.
“Seperti
orang merokok Ki…?” Tanya Maula penasaran.
“Ya
Nak Mas…, ketika seseorang merokok, ia sejatinya sedang menghisap racun masuk
kedalam dirinya melalui asap rokok yang dihisapnya, sekali,mungkin racun rokok
itu seperti tidak berpengaruh apa-apa pada tubuhnya, tapi ketika kemudian rokok
yang dihisap itu berkali-kali,berhari-hari,berbulan-bilan atau bahkan
bertahun-tahun, disadari atau tidak, diakui atau tidak, akumulasi racun
tersebut akan mempengaruhi fungsi organ-organ tubuhnya, seperti
kanker,paru-paru yang rusak dan lain sebagainya…..”
“Akan
halnya dengan dendam kesumat, kebencian, kemarahan, buruk sangka adalah
serangkaian racun yang pasti akan merusak dan mempengaruhi kita, kalau asap dan
racun rokok tadi akan merusak dan mempengaruhi kondisi jasmani kita, maka racun
bathiniah ini akan berpengaruh pada kondisi ruh kita, jiwa kita,pada hati kita…..,
Nak Mas paham yang Aki maksud…?” Tanya Ki Bijak.
“Iya
Ki ana paham….., ana pernah baca juga hukum law of attraction, hukum tarik
menarik Ki….; jadi menurut buku itu perasaan yang enak akan menarik perasaan
yang enak pula, sebaliknya perasaan yang tidak nyaman, akan direspon dengan
perasaan yang sama…..” Kata Maula.
“Ya
Nak Mas…, Nak Mas lebih pandai daripada Aki mengenai teori-teori seperti itu,
Aki yang kurang baca ini, hanya tahu bahwa kalau kita kesel, maka perasaan
kesel itu pasti akan terlihat lewat wajah dan perilaku kita..;
“Kalau
kita marah, maka kemarahan itupun akan nampak pada wajah kita, sepintar apapun
kita menyembunyikannya, pasti akan tetap terlihat, ibarat terasi, sekecil
apapun, tetap akan menimbulkan bau yang sama…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Benar
Ki…; lalu apa yang harus kita lakukan untuk membersihkan hati kita Ki..? Tanya
Maula
“Inna likulli sai’in sokola.wainna
sokolatul qulub dzikrulloh - Sesungguhnya segala sesuatu itu ada pembersihnya.
Dan pembersih hati adalah DZIKIR pada Alloh ..” Kata Ki Bijak
“Dzikurullah Ki....?” Tanya
Maula.
“Benar Nak Mas...Dzikrullah itu
laksana butir-butir detergen yang akan mengikis kotoran-kotoran yang ada
didalam hati kita, semakin banyak kita dzikir kepada Allah, insya Allah hati
kita akan semakin bersih dan semakin terjaga dari hal-hal yang mengotorinya....”
Kata Ki Bijak lagi.
“Ki....banyak orang yang ‘dzikir’
membaca ratusan atau bahkan ribuan bacaan dzikir, tapi tidak sedikit diantara
mereka yang masih suka marah, suka membenci orang, iri,dengki dan bahkan sering
berprasangka buruk, itu gimana Ki...? Tanya Maula.
“Itu dzikirnya belum bener Nak
Mas....” Kata Ki Bijak sambil tersenyum
“Yuk kita siap-siap shalat dulu,
insya Allah lain waktu kita ngobrol lagi.....” Sambung Ki Bijak sambil beranjak
bersiap shalat.
Wassalam;
07 Januari 2014
No comments:
Post a Comment