“Waah, sambelnya pedes banget ki.........” Kata Maula sambil terus melahap lalapan dan sambel cobek buatan istri Ki Bijak.
Ki bijak tersenyum melihat tingkah polah Maula, katanya sambelnya pedes, tapi terus saja ia melahap sambel itu sambel mulutnya terus mendesah kepedasan.
“Nak Mas, katanya pedes, tapi masih makan terus...?”Kata Ki Bijak.
“Abis sambelnya mantep banget sih ki.....” Kata Maula.
“Nak Mas pernah dengar istilah tobat sambel............” Tanya Ki Bijak.
“Tobat sambel ki...? Tobat seperti apa itu ki.....?” Tanya Maula.
“Ya kayak Nak Mas makan sambel itu, pedes, pedes, tapi tetap makan terus......” Kata Ki Bijak.
“Ada banyak orang yang bilangnya ingin tobat, sudah insyaf, tapi tak lama setelah itu, mereka mengulangi perbuatan dan kesalahan yang sama, tobatnya sebatas bibir saja, tobatnya sekedar ketika ia dalam kesulitan, ia tiba-tiba menjadi rajin berdoa, memohon kepada Allah, bertaubat kepada Allah, tapi setelah kesulitannya diangkat oleh Allah, ia kembali kepada perbuatan maksiat lagi.....” Kata Ki Bijak.
Maula buru-buru menyelesaikan makannya, ia mulai tertarik dengan perkataan gurunya tentang tobat sambel.
“Contoh nyatanya seperti apa ya ki.....” Tanya Maula.
“Seperti seorang maling ayam ketangkep basah sama hansip, kemudian ia diinterogasi oleh pak hansip, dengan memelas, kemudian ia mengakui kekhilapannya maling ayam, dan ia berjanji untuk bertobat dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, tapi setelah ia dikasihani kemudian dibebaskan oleh Pak Hansip, ia mengulangi perbuatan itu lagi, karena ia beranggapan bahwa toh nanti kalau ketangkap, ia juga bisa memelas dan menyatakan tobat lagi.............” Kata Ki Bijak.
“Diantara kita pun masih banyak orang yang seperti itu Nak Mas, kita pura-pura taat, pura-pura rajin ke masjid, pura-pura rajin sedekah, sekedar untuk mengelabui orang-orang disekitarnya, tapi ia lupa bahwa Allah tidak bisa dibohongi..........” Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana seharusnya tobat yang benar ki...?” Tanya Maula.
“Taubat bukanlah sekedar berbicara bahwa ‘saya bertaubat’, tobat adalah pengakuan yang jujur dari dalam hati dan diri kepada Allah swt bahwa kita telah melakukan kesalahan, kita menyesalinya dengan penyesalan terdalam, kemudian lisan kita mengiringinya dengan istighfar, tobat adalah sebuah kesungguhan dari kita untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan jihad kita untuk memperbaiki diri kita………………” Kata Ki Bijak.
“Jadi menurut aki kata kuncinya “kesungguhan” kita untuk keluar dari kubangan maksiat, kesungguhan kita menjauhi kubangan tersebut, kesungguhan kita membersihkan kotoran yang masih melekat dalam diri kita dengan istighfar dan perbaikan diri secara nyata dan terus menerus……”
“Allah mengancam mereka yang’ bermain-main’, seperti mereka yang shalatnya rajin, maksiatnya jalan, seperti mereka yang rajin sedekah, korupsinya tak berhenti, mereka yang pandai mengaji, tapi ngomogin orangnya juga tak pernah lewat, dengan sebuah ancaman yang keras, yaitu neraka yang menyala…..” Kata Ki Bijak.
“Benar ki, ana sering mendengar orang yang mengatakan bahwa tobat sih nanti saja kalau sudah tua, atau tobatnya setelah menjadi kaya terlebih dahulu, atau setelah puas bermaksiat dulu, seolah mereka yang tahu dan yang menentukan usia mereka….” Kata Maula.
“Iya aki juga sering mendengarnya Nak, dan itu adalah sebuah kesalahan besar, karena seperti Nak Mas bilang tadi, kita tidak tahu sampai kapan jatah usia kita….”Kata Ki Bijak
“Kalau kita berkaca pada teladan agung kita, baginda Rasul, beliau senantiasa mendawamkan istighfar dalam kesehariannya, padahal sebagaimana kita maklum beliua adalah orang yang sudah dimaksum Allah atas segala salahnya (kalau ada), logikanya, kita yang masih bergelimang dengan maksiat dan dosa, harusnya lebih konsen dan lebih tergerak untuk beristighfar dan bertaubat atas segala khilaf dan dosa kita…….” Kata Ki Bijak.
“Lalu kenapa banyak diantara kita yang seakan enggan bertobat ki….”Tanya Maula.
“Pertama, mereka tidak meyakini adanya hari pembalasan diakhirat kelak, sehingga ia berpikir, ‘kenapa harus repot-report bertobat, toh hidup kita hanya didunia ini saja’, pemikiran semacam inilah yang kemudian membuat orang dengan santai dan dengan sadar melakukan dosa dan kesalahan, dan inilah sebenar-benarnya dosa, yakni ketika kita melakukannya dengan kesadaran penuh, yang berarti pula ia mengingkari keberadaan Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui, dan itu musyrik, Naudzubillah………… “Kata Ki Bijak.
“Kedua, mereka tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah dosa, hal ini bisa dimungkinkan karena mereka benar-benar tidak tahu, bisa juga karena pengaruh lingkungannya……” Kata Ki Bijak.
“Pengaruh lingkungan ki….” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, ketika pertama kali kita melintas ditempat pembuangan sampah, secara reflek kita akan dengan segera menutup hidung karena bau sampah yang menyengat, tapi tidak demikian dengan mereka yang terbiasa tinggal disekitar tempat itu, bau busuk dari sampah tidak lagi membuat mereka menutup hidung, karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi tersebut….”
“Pun ketika kita pertama kali melihat kemunkaran yang kecil sekalipun, kita akan segera tahu bahwa itu salah, tapi ketika kita berada ditengah-tengah lingkungan yang korup, maka pungli dianggap hal yang wajar, suap dan sogok dianggap biasa, atau bahkan korupsi milyaran rupiah menjadi suatu lumrah…., sehingga mereka yang sudah terbiasa dtempat tersebut, tidak menyadari perbuatan dosanya, apalagi tergerak hatinya untuk menyesal dan bertobat…..” Kata Ki Bijak.
“Ki, bagaimana agar kita selamat dari muslihat lingkungan yang ‘bau’…..” Tanya Maula
“Jangan pergi atau hindari tempat-tempat seperti itu Nak Mas, itu cara yang paling efektif untuk memproteksi diri kita untuk tidak tertular dan terjangkiti busuknya kemaksiatan…..”
“Kemudian kembangkan system kekebalan atau system imun dari dalam diri kita terhadap virus-virus kemaksiatan, yaitu dengan cara membekali diri kita dengan ilmu dan iman yang benar, insya Allah kita bisa terhindar dari kotoran maksiat yang bertebaran disekeliling kita…..” Kata Ki Bijak.
“Selanjutnya ingat selalu bahwa kita akan mati, cepat atau lambat, kita pasti mati, dan kesadaran bahwa usia kita bukan tanpa batas ini, mudah-mudahan menjadi tameng bagi kita terhadap dosa dan maksiat……” Kata Ki Bijak.
“Ki,kenapa Allah menyeru kita untuk segera bertobat,ki……….” Tanya Maula
“Allah samasekali tidak berkepentingan dengan taubat kita, seandainya seluruh manusia melakukan maksiat, kemudian mereka enggan bertobat, Allah tidak akan turun dari kedudukan-Nya sebagai tuhan semesta Alam, pun sebaliknya, kalau semua manusia taat kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya, itupun sama sekali tidak akan menambah apapun bagi Allah…..” Kata Ki Bijak.
“jadi…..” Tanya Maula.
“Jadi seruan Allah kepada kita untuk segera bertobat adalah sebagai salah satu bentuh rahman dan rahimnya Allah, sehingga Allah menawarkan kepada kita magfirah-Nya yang tidak terbatas, agar ketika kelak kita kembali kepada-Nya, kita dalam keadaan suci, seperti ketika kita baru lahir dulu……….” Kata Ki Bijak.
“Hanya kadang sifat sombong kita yang kerap mengabaikan fasilitas ini, dan ini adalah sebuah kerugian yang besar…..” Sambung ki Bijak.
Maula menggangguk tanda mengerti, bibirnya terus bergetar mengucapkan istighfar, ‘astaghfirullah rabbal baraya….astaghfirullah mina khotaya………’
Wassalam
Agustus 07, 2007
Ki bijak tersenyum melihat tingkah polah Maula, katanya sambelnya pedes, tapi terus saja ia melahap sambel itu sambel mulutnya terus mendesah kepedasan.
“Nak Mas, katanya pedes, tapi masih makan terus...?”Kata Ki Bijak.
“Abis sambelnya mantep banget sih ki.....” Kata Maula.
“Nak Mas pernah dengar istilah tobat sambel............” Tanya Ki Bijak.
“Tobat sambel ki...? Tobat seperti apa itu ki.....?” Tanya Maula.
“Ya kayak Nak Mas makan sambel itu, pedes, pedes, tapi tetap makan terus......” Kata Ki Bijak.
“Ada banyak orang yang bilangnya ingin tobat, sudah insyaf, tapi tak lama setelah itu, mereka mengulangi perbuatan dan kesalahan yang sama, tobatnya sebatas bibir saja, tobatnya sekedar ketika ia dalam kesulitan, ia tiba-tiba menjadi rajin berdoa, memohon kepada Allah, bertaubat kepada Allah, tapi setelah kesulitannya diangkat oleh Allah, ia kembali kepada perbuatan maksiat lagi.....” Kata Ki Bijak.
Maula buru-buru menyelesaikan makannya, ia mulai tertarik dengan perkataan gurunya tentang tobat sambel.
“Contoh nyatanya seperti apa ya ki.....” Tanya Maula.
“Seperti seorang maling ayam ketangkep basah sama hansip, kemudian ia diinterogasi oleh pak hansip, dengan memelas, kemudian ia mengakui kekhilapannya maling ayam, dan ia berjanji untuk bertobat dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, tapi setelah ia dikasihani kemudian dibebaskan oleh Pak Hansip, ia mengulangi perbuatan itu lagi, karena ia beranggapan bahwa toh nanti kalau ketangkap, ia juga bisa memelas dan menyatakan tobat lagi.............” Kata Ki Bijak.
“Diantara kita pun masih banyak orang yang seperti itu Nak Mas, kita pura-pura taat, pura-pura rajin ke masjid, pura-pura rajin sedekah, sekedar untuk mengelabui orang-orang disekitarnya, tapi ia lupa bahwa Allah tidak bisa dibohongi..........” Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana seharusnya tobat yang benar ki...?” Tanya Maula.
“Taubat bukanlah sekedar berbicara bahwa ‘saya bertaubat’, tobat adalah pengakuan yang jujur dari dalam hati dan diri kepada Allah swt bahwa kita telah melakukan kesalahan, kita menyesalinya dengan penyesalan terdalam, kemudian lisan kita mengiringinya dengan istighfar, tobat adalah sebuah kesungguhan dari kita untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan jihad kita untuk memperbaiki diri kita………………” Kata Ki Bijak.
“Jadi menurut aki kata kuncinya “kesungguhan” kita untuk keluar dari kubangan maksiat, kesungguhan kita menjauhi kubangan tersebut, kesungguhan kita membersihkan kotoran yang masih melekat dalam diri kita dengan istighfar dan perbaikan diri secara nyata dan terus menerus……”
“Allah mengancam mereka yang’ bermain-main’, seperti mereka yang shalatnya rajin, maksiatnya jalan, seperti mereka yang rajin sedekah, korupsinya tak berhenti, mereka yang pandai mengaji, tapi ngomogin orangnya juga tak pernah lewat, dengan sebuah ancaman yang keras, yaitu neraka yang menyala…..” Kata Ki Bijak.
“Benar ki, ana sering mendengar orang yang mengatakan bahwa tobat sih nanti saja kalau sudah tua, atau tobatnya setelah menjadi kaya terlebih dahulu, atau setelah puas bermaksiat dulu, seolah mereka yang tahu dan yang menentukan usia mereka….” Kata Maula.
“Iya aki juga sering mendengarnya Nak, dan itu adalah sebuah kesalahan besar, karena seperti Nak Mas bilang tadi, kita tidak tahu sampai kapan jatah usia kita….”Kata Ki Bijak
“Kalau kita berkaca pada teladan agung kita, baginda Rasul, beliau senantiasa mendawamkan istighfar dalam kesehariannya, padahal sebagaimana kita maklum beliua adalah orang yang sudah dimaksum Allah atas segala salahnya (kalau ada), logikanya, kita yang masih bergelimang dengan maksiat dan dosa, harusnya lebih konsen dan lebih tergerak untuk beristighfar dan bertaubat atas segala khilaf dan dosa kita…….” Kata Ki Bijak.
“Lalu kenapa banyak diantara kita yang seakan enggan bertobat ki….”Tanya Maula.
“Pertama, mereka tidak meyakini adanya hari pembalasan diakhirat kelak, sehingga ia berpikir, ‘kenapa harus repot-report bertobat, toh hidup kita hanya didunia ini saja’, pemikiran semacam inilah yang kemudian membuat orang dengan santai dan dengan sadar melakukan dosa dan kesalahan, dan inilah sebenar-benarnya dosa, yakni ketika kita melakukannya dengan kesadaran penuh, yang berarti pula ia mengingkari keberadaan Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui, dan itu musyrik, Naudzubillah………… “Kata Ki Bijak.
“Kedua, mereka tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah dosa, hal ini bisa dimungkinkan karena mereka benar-benar tidak tahu, bisa juga karena pengaruh lingkungannya……” Kata Ki Bijak.
“Pengaruh lingkungan ki….” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, ketika pertama kali kita melintas ditempat pembuangan sampah, secara reflek kita akan dengan segera menutup hidung karena bau sampah yang menyengat, tapi tidak demikian dengan mereka yang terbiasa tinggal disekitar tempat itu, bau busuk dari sampah tidak lagi membuat mereka menutup hidung, karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi tersebut….”
“Pun ketika kita pertama kali melihat kemunkaran yang kecil sekalipun, kita akan segera tahu bahwa itu salah, tapi ketika kita berada ditengah-tengah lingkungan yang korup, maka pungli dianggap hal yang wajar, suap dan sogok dianggap biasa, atau bahkan korupsi milyaran rupiah menjadi suatu lumrah…., sehingga mereka yang sudah terbiasa dtempat tersebut, tidak menyadari perbuatan dosanya, apalagi tergerak hatinya untuk menyesal dan bertobat…..” Kata Ki Bijak.
“Ki, bagaimana agar kita selamat dari muslihat lingkungan yang ‘bau’…..” Tanya Maula
“Jangan pergi atau hindari tempat-tempat seperti itu Nak Mas, itu cara yang paling efektif untuk memproteksi diri kita untuk tidak tertular dan terjangkiti busuknya kemaksiatan…..”
“Kemudian kembangkan system kekebalan atau system imun dari dalam diri kita terhadap virus-virus kemaksiatan, yaitu dengan cara membekali diri kita dengan ilmu dan iman yang benar, insya Allah kita bisa terhindar dari kotoran maksiat yang bertebaran disekeliling kita…..” Kata Ki Bijak.
“Selanjutnya ingat selalu bahwa kita akan mati, cepat atau lambat, kita pasti mati, dan kesadaran bahwa usia kita bukan tanpa batas ini, mudah-mudahan menjadi tameng bagi kita terhadap dosa dan maksiat……” Kata Ki Bijak.
“Ki,kenapa Allah menyeru kita untuk segera bertobat,ki……….” Tanya Maula
“Allah samasekali tidak berkepentingan dengan taubat kita, seandainya seluruh manusia melakukan maksiat, kemudian mereka enggan bertobat, Allah tidak akan turun dari kedudukan-Nya sebagai tuhan semesta Alam, pun sebaliknya, kalau semua manusia taat kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya, itupun sama sekali tidak akan menambah apapun bagi Allah…..” Kata Ki Bijak.
“jadi…..” Tanya Maula.
“Jadi seruan Allah kepada kita untuk segera bertobat adalah sebagai salah satu bentuh rahman dan rahimnya Allah, sehingga Allah menawarkan kepada kita magfirah-Nya yang tidak terbatas, agar ketika kelak kita kembali kepada-Nya, kita dalam keadaan suci, seperti ketika kita baru lahir dulu……….” Kata Ki Bijak.
“Hanya kadang sifat sombong kita yang kerap mengabaikan fasilitas ini, dan ini adalah sebuah kerugian yang besar…..” Sambung ki Bijak.
Maula menggangguk tanda mengerti, bibirnya terus bergetar mengucapkan istighfar, ‘astaghfirullah rabbal baraya….astaghfirullah mina khotaya………’
Wassalam
Agustus 07, 2007