“Ki, tadi pagi ada kejadian kecil ki, mobil tumpangan ana ditabrak truk dari belakang, bempernya rusak lumayan parah.......” Kata Maula
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..........” Kata Ki Bijak.
“Ada yang luka Nak Mas......” Tanya Ki Bijak
“Alhamdulillah ki, tidak ada......., hanya ana kasihan sekali sama sopir truknya ki........” Kata Maula
“Kenapa Nak Mas, bukankah Nak Mas bilang tadi truk itu yang nabrak dari belakang.....?”Tanya Ki Bijak.
“Benar ki, truk itu yang nabrak, dan karena itu, sopirnya harus mengganti kerusakan mobil tumpangan ana sebesar 200 ribu rupiah, karena ia tidak punya uang lagi........” Kata Maula
“Lalu Nak Mas.........?”Tanya Ki Bijak lagi.
“Ana merasa kasihan pada pak sopir truk itu, karena mungkin uang dua ratus ribu itu adalah uang makannya, atau mungkin uang yang seharusnya dibawa pulang untuk keluarganya ki..................” Kata Maula.
Ki Bijak menghela nafas panjang, seolah turut merasakan apa yang menimpa sopir truk itu.
“Ya Nak Mas, musibah memang selalu saja meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan mereka yang tengah mengalaminya, meski kita tidak tahu hikmah apa yang hendak Allah sampai kepada sopir truk itu, kepada sopir mobil tumpangan Nak Mas, atau kepada kita, yang pasti selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang terjadi dan menimpa siapapun................” Kata Ki Bijak.
“Perjalanan dan jalan raya mengajarkan banyak hal kepada kita Nak Mas....” Kata Ki Bijak.
“Pelajaran apa saja ki.............” Kata Ki Bijak.
“Nak Mas perhatikan, disepanjang jalan terdapat banyak rambu lalu lintas, dikiri kanan jalan terpampang petunjuk arah, peringatan untuk berhati-hati, jumlah korban meninggal akibat kecelakaan, rambu dan peringatan penyebab utama kecelakaan dan lain sebagainya..........” Kata Ki Bijak.
“Lalu ki...........” Tanya Maula.
“Rambu-rambu dibuat sedemikian rupa, ditempatkan sedemikian rupa, ditata sedemikian rupa, dengan tujuan agar para pengguna jalan mematuhinya, bukan untuk orang lain, tapi demi keselamatan pengguna jalan itu sendiri......” Kata Ki Bijak.
“Lalu kenapa angka kecelakaan masih sedemikian tinggi ki........”Tanya Maula.
“Banyak hal yang mungkin jadi penyebabnya, tapi Aki yakin bahwa salah satu penyebab terbesar dari tingginya angka kecelakaan adalah ketidaksiplinan pengguna jalan dalam mematuhi aturan tersebut, disamping tentu ada faktor-faktor lainnya.......” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, kemarin terjadi kecelakaan karena salah satu pengendaranya memacu mobilnya melebihi batas kecepatan maksimum, disamping juga ia menyalip dari sebelah kiri dan bahu jalan......”Kata Maula menceritakan kejadian yang pernah dilihatnya.
“Perjalanan hidup kitapun demikian Nak Mas, Allah menempatkan kita dimuka bumi ini lengkap dengan rambu-rambu yang wajib kita taati, bukan untuk Allah rambu itu diciptakan, tapi demi kepentingan dan keselamatan kita............” Kata Ki Bijak.
“Allah membuat rambu-rambu yang kemudian kita kenal dengan sebutan ‘syari’at, yang menggariskan apa saja yang boleh dan mana yang dilarang, misalnya kita diwajibkan untuk saling menghormati antara semasa, harus saling menolong, tidak boleh berlaku sombong, tidak boleh ugal-ugalan, tidak boleh ‘menyalip’ orang lain dengan cara-cara yang tidak etis, dan lain sebagainya.........” Kata Ki Bijak.
“Allah juga membuat waktu-waktu untuk kita beristirahat sejenak selama perjalanan panjang kita, setiap hari kita diwajibkan untuk beristirahat lima kali untuk shalat dhuhur, ashar, maghrib, isya dan shubuh,agar kita kembali segar untuk menenruskan perjalanan...”
Allah juga memberikan fasilitas tune-up pada tubuh kita secara berkala dengan puasa ramadhan agar kita bisa kembali segar untuk melanjutkan perjalanan panjang didepan kita, disamping kita diwajibkan untuk membersihkan diri dan harta kita dengan zakat dan sedekah.....” Kata Ki Bijak
“Apa yang telah Allah gariskan dan Allah buat untuk kita, sekali lagi adalah demi kepentingan dan keselamatan kita, karena ketika kita tidak mematuhi aturan dan syari’at yang telah digariskan, potensi kita untuk mengalami “kecelekaan’ dalm hidup kita akan sangat besar, dan ketika kita celaka, bukan hanya dia sendiri yang akan menanggung akbibatnya, tapi juga orang lain.........’ Kata Ki Bijak.
“Seperti Nak Mas ceritakan tadi, sopir yang ugal-ugalan, mengemudi melampui batas kecepatan, menyalip sebelah kiri, sangat-sangat mungkin menabrak pengendara lain, yang artinya bukan hanya dia yang mengalami kecelakaan dan kerugian, tapi juga mobil orang lain yang ditabraknya.............”Sambung Ki Bijak.
“Pun dalam kehidupan kita, ketika ada orang yang berlaku pongah dan sombong serta berlaku semena-mena, mungkin dia bisa berkata bahwa itu adalah urusannya, tapi pikiran itu adalah pendapat yang keliru, karena sewenang-wenangannya sangat mungkin mengakibatkan orang lain teraniaya dan terdhalim, dan ini akan sangat berbahaya bagi dirinya dan bagi orang yang teraniaya itui.....,
“kemudian ketika kita lalai dalam membayarkan zakat kita, dan kita berpikir bahwa itu adalah hak itu, itupun pendapat yang sangat keliru, karena zakat disyari’atkan dengan kandungan dimensi sosial yang sangat tinggi, sehingga ketika sedemikian banyak orang yang enggan bayar zakat, yang terjadi adalah kondisi seperti sekarang ini........”
“Nak Mas lihat kesenjangan sosial demikian tinggi, yang kaya makin merajalela, sementara yang miskin makin terpuruk, yang pada kondisi ekstrim, kemiskinan ini kemudian melahirkan rasa frustasi, sehingga mereka yang mengalaminya berontak yang kadang dengam cara yang tidak benar, merampok, menjabret, maling dan lain sebagainya demi memenuhi kebutuhan perutnya yang kelaparan, sementara mereka yang berpunya tak lagi peduli dan peka terhadap rintih lapar saudara-saudaranya, bukankah ini juga merupakan sebuah “ kecelakaan sosial” yang sangat mengerikan............?” Kata Ki Bijak lagi.
“Nak Mas masih ingat dengan ayat Allah berikut;
25. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
“Ketika setiap orang hanya berpikir bahwa ini adalah urusan saya, bahwa ini adalah hak saya, sehingga mereka melakukan kedhaliman apapun yang menurut mereka tidak merugikan orang lain, misalnya ke tempat prostitusi katanya haknya, misalnya lagi berjudi, katanya itu uangnya, minum minuman keraspun mereka bilang tak merugikan siapa-siapa, tapi coba perhatikan peringatan Allah diatas, bahwa siksa atau bencana tidak hanya akan menimpa mereka yang melakukan maksiat dan dosa, tapi akan menimpa siapapun yang ada ditempat itu, yang karena itulah setiap kita harus saling mengingatkan, saling menasehati, agar kita bisa seiring sejalan menuju terminal akhir dengan selamat dan damai...........” Kata Ki Bijak lagi.
“Ki, bagaimana agar kita selamat dijalan ki........?” Tanya Maula
“Tidak yang menjamin kita bisa selamat dimanapun kecuali Allah swt..., untuk itu mohonlah keselamatan itu kepada Allah;“Allahuma anta salaam, wa minka salam wa ilaika ya udzu salam, kita mohon keselamatan kepada Allah agar kita selamat fidunya wa dieni wal akhirat, kemudian sempurnakan syari’at kita dengan mematuhi semua rambu dan aturan yang telah ditetapkan-Nya, kemudian kita berusaha mengingatkan “pengendara lain” untuk sama-sama “berkendara dengan baik dan benar” menjalani kehidupan dengan benar, dengan mematuhi aturan dan syari’at yang telah ditetapkan, yaitu dengan “balighu anni walau ayat, dengan berdakwah lillahita’ala................”
“Terima kasih ki, semoga ana bisa menjalani kehidupan ini dengan selamat, do’akan ya ki..........” Kata Maula
“Insya Allahi aminiiin........” Kata Ki Bijak.
Wassalam
23 Agustus 2007
Wednesday, August 29, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment