Wednesday, August 29, 2007

KACANG LUPA KULITNYA

“Ki, Apakah setiap do’a kita akan diterima oleh Allah ki........” Tanya Maula

“Insya Allah Nak Mas, selama kita berdo’a untuk kebaikan, disertai dengan hati yang khusyu dan cara yang benar, Allah pasti mengabulkan do’a kita......” Kata Ki Bijak.

“Lalu kapan do’a kita itu dikabulkan ki........” Tanya Maula lagi.

“Itu hak mutlak Allah Nak Mas, kita tidak bisa mendikte Allah untuk mengabulkan permohonan kita sesuai dengan waktu dan jumlah yang kita inginkan, kita tidak bisa memaksa bahwa apa yang Allah berikan harus sesuai dengan keinginan kita, karena Allah adalah Allah, Rabb semesta Alam, yang ditangan-Nya-lah semua kekuasaan dan kehendak, tidak ada sesuatu pun yang dapat memaksanya, justru Allah yang berhak menentukan apapun kepada semua mahluk-Nya.......” Kata Ki Bijak.

“Kadang do’a kita dikabul justru saat kita sudah lupa bahwa kita pernah memintanya..........” Sambung Ki Bijak

“Maksudnya ki.........” Tanya Maula.

“Begini Nak Mas, ketika motor kita rusak misalnya, hal pertama yang kita lakukan adalah mencoba memperbaikinya sendiri, karena bukan ahlinya, tentu kita tidak bisa memperbaiki kerusakan pada motor tersebut....”

“Kemudian kita telpon bengkel misalnya, menceritakan kerusakan motor kita pada montirnya, tapi motor tetap ada dirumah kita, sekalipun bengkel itu memberi penjelasan kepada kita, montir tidak bisa melakukan apapun untuk memperbaiki motor kita, tetap kerusakan motor kita belum teratasi....”

“Lain halnya ketika motor kita mogok, setelah memeriksanya sebentar, kita langsung bawa motor kita kebengkel, dan montir yang ahli akan segera memperbaikinya...............”

“Pun demikian halnya dengan do’a kita, selama kita masih memikirkan “masalah” yang tengah kita hadapi, selama itu pula artinya “kesulitan” kita belum diambil alih oleh Allah, seperti motor yang rusak tadi, kita masih ngutak-ngatik sendiri, meskipun kita tahu kita bukan orang yang tepat untuk memperbaikinya.....” Kata Ki Bijak.

“Tapi ketika segala permasalahan kita kembalinya kepada Allah, artinya kita telah menyerahkan permasalahan dan “kerusakan” kita kepada sang Maha Ahli, yaitu Allah swt.....”

“Apapun masalah kita, insya Allah ketika kita sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.....”

“Ketika kita terbelit hutang misalnya, kadang pikiran kita muter-muter mencari jalan keluar, ingin jual inilah, ingin pinjam kesiapalah, sehingga waktu dan pikiran kita tersita untuk memikirkan jalan keluar terbaik dari belitan hutang kita, padahal belum tentu itu baik bagi kita....”,

“Karenanya, jika memohon kepada Allah, memohonlah “Ya Allah hamba ingin terbebas dari jeratan hutang.......” itu saja, biarkan Allah yang menentukan dari mana uang yang akan kita dapat untuk melunasi hutang kita, karena sekali lagi Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi kita.....”,

“Kita tidak perlu “mengajari” atau menggurui Allah dengan berkata “Ya Allah, saya ingin melunasi hutang saya dengan jual mobil ini.....” karena belum tentu jual mobil untuk bayar utang adalah cara terbaik, yakinlah apa yang Allah pilihkan untuk kita, adalah yang terbaik bagi kita......”

Maula terdiam, merenungi perkataan Ki Bijak, karena ia sering mengalami sendiri untuk mencoba-coba memecahkan berbagai permasalahanya tanpa “melibatkan Allah”, dan benar apa yang dikatakan Ki Bijak tadi, semakin ia merasa mampu memecahkan persoalan yang ia hadapi, semakin sempit rasanya jalan keluar yang ada, bahkan tak jarang ia merasa semua jalan tertutup baginya.

“Selama kita merasa mampu menyelesaikan masalah kita, maka selama itu pula Allah akan membiarkan kita kebingungan dengan berbagai masalah yang kita hadapi, “Silahkan kau keluarkan seluruh kepandaian dan kemampuanmu untuk mengatasi kesulitanmu jika kau mampu”, Kata Allah, seharusnya kita menyadari sepenuhnya sepandai apapun kita, sekuat apapun kita, sehebat apapun kita, setinggi apapun pendidikan kita, kita hanyalah mahluk lemah yang dikaruniai Allah dengan berbagai keterbatasan............” Kata Ki Bijak.

“Ki, kenapa Allah “membatasi” kita ki........” Kata Ki Bijak.

“Wallahu’alam Nak Mas, yang jelas, dengan keterbatasan kita, seharusnya makin menyadarkan kita bahwa ada Dzat yang kekuasaan dan kehendaknya tidak terbatas, yaitu Allah, dan dengan kesadaran itu, harusnya kita semakin rajin berdo’a dan bermohon kepada Allah dalam segala hal..............” Kata Ki Bijak lagi.

“Dan satu hal yang Nak Mas harus Nak Mas ingat, bahwa do’a kita adalah sebuah pengakuan yang jujur dari kita, bahwa kita ini mahluk lemah yang tiada daya, sehingga kita memohon kepada Allah, bukan sebaliknya..........” Kata Ki Bijak.

“Maksudnya ki....?” Tanya Maula

“Kita sering beranggapan bahwa setelah kita melakukan ibadah, shalat tahajud misalnya, kita seolah berhak “mendikte Allah” dengan berbagai permintaan kita, ingin naik gaji lah, ingin naik jabatan lah, ingin ini dan itu, dan ketika Allah “menunda” permohonan kita, kita kemudian menyalahkan Allah, ini yang salah, ingat, kita ini hamba, Allah adalah sang Khalik, tidak ada sesuatupun yang bisa memaksa-Nya............” Kata Ki Bijak lagi.
“Padahal ada banyak hikmah yang bisa kita petik dari “tertundanya” permohonan kita......” Sambung Ki Bijak.

“Hikmah apa ki.............?” Tanya Maula.

“Salah satu hikmah dibalik “tertundanya permohonan” kita adalah sebagai sebuah ujian kesabaran dan latihan bagi kita dalam memohon dan beribadah kepada Allah......,

“Karena sangat mungkin ketika hari ini kita memohon kepada Allah, kemudian do’a kita dikabul Allah, kita kemudian menjadi malas lagi untuk beribadah kepada Allah, lalu kita merasa kita “sudah dekat dengan Allah”, sehingga do’a kita cepat diijabah, dan ini berbahaya Nak Mas.....,

“Perasaan “sudah dekat dengan Allah”, kerap menggelincirkan kita pada sikap sombong dan lalai, maka “beruntunglah” mereka yang do’anya ditangguhkan oleh Allah, sehingga ia masih merasa banyak salah, banyak dosa, yang kemudian memacu keimanan dan semangatnya untuk bertobat dan beribadah kepada Allah...............”

“Kita bisa dengan mudah menemukan mereka yang seakan-akan sangat taat kepada Allah manakala kesulitan dan masalah tengah menghinggapinya, ia menjadi rajin kemasjid, tahajud dan lain sebagainya..............,

“Tapi setelah semua kesulitan dan masalahnya diangkat oleh Allah, ia kemudian kembali berpalng dari Allah, ia merasa bahwa kesulitan dan masalahnya hilang adalah karena usahanya semata, kemudian ia terjebak pada sifat sombong dan takabur, ia jadi malas kemasjid karena kesibukannya mengurus usaha dan pekerjaannya, atau berbagai dalih yang ia gunakan untuk menutupi kesombongannya untuk tidak mau bersujud kepada Allah...................”

“Nak Mas masih ingat kisah Tsa’labah......?” Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki, Tsa’labah adalah seorang sahabat Nabi yang pernah meminta dido’akan oleh Nabi agar menjadi kaya, dengan syari’at memelihara kambing, Tsa’labah kemudian dijadikan Allah sebagai orang yang mempunyai harta yang berkecukupan. Tapi kemudian kekayaanya melalaikan Tsa’labah akan kewajiban Zakat hartanya. Ia juga meninggalkan solat berjamaah dan seterusnya solat Jumaat setelah kambingnya semakin membiak dalam jumlah yang banyak……” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, terlepas dari pendapat yang mengatakan bahwa sanad hadits itu lemah, kenyataannya sekarang banyak Tsa’labah-Tsa’labah baru lahir dizaman kita ini………,

“Ada orang yang ketika miskin demikian taat, kemudian tiba-tiba menjadi lalai karena mobilnya bertambah banyak….,

“Ada yang ketika masih karyawan kontrak kerjanya rajin, shalatnya tepat waktu, tiba-tiba menjadi pembangkang nyata dengan selalu meninggalkan shalat berjamaah dengan alasan kesibukan, saat ia sudah menjadi manajer misalnya, dan masih banyak lagi Tsa’lah-Tsa’labah modern yang ibarat kacang lupa kulitnya………….’ Kata Ki Bijak.

“Karenanya, kita tidak perlu berkecil hati, jika Allah menagguhkan permohonan kita, yakinilah bahwa semua yang Allah lakukan demi kebaikan kita, meski mungkin kita tidak menyukainya.............’ Lanjut Ki Bijak menutup wejangannya.

Maula mengangguk, ia demikian meresapi apa yang barusan disampaikan gurunya.

Wassalam

28 Agustus 2007

No comments:

Post a Comment