Wednesday, August 29, 2007

MELIHAT DENGAN JERNIH

“Ki, beberapa waktu lalu, ana mengalami kejadian “aneh” ki...........” Kata Maula

“Aneh bagaimana Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak

“Ana masih ingat sekali, ketika itu hari Jum’at, ana tidak kekantor karena uang ana tinggal seratus ribu, sementara sikecil sakit dan harus diperiksa kedokter sore harinya........” Kata Maula

“Lalu.........” Tanya Ki Bijak lagi.

“Dengan sisa uang sejumlah itu, ana bermaksud mencari tambahan untuk berobat kedokter, maklum biaya berobat sekarang cukup mahal ki, lalu ana berkeliling dengan sepeda motor, maksudnya ana ingin mencari pinjaman kepada teman atau tetangga yang mungkin ana temui sepanjang perjalanan itu..........” Kata Maula

Ki Bijak diam dan terus memperhatikan uraian Maula.

“Setelah beberapa lama berkeliling, ana tidak menemukan siapapun yang bisa ana pinjami uangnya, akhirnya ana memutuskan untuk pulang, karena ketika itu, matahari sudah semakin panas dan waktu shalat Jum’at tinggal beberapa saat lagi........”Sambung Maula.

“Lalu Nak Mas........? Tanya Ki Bijak lagi.

“Ketika ana hampir sampai dirumah, ana dipertemukan Allah dengan seorang rekan jamaah masjid yang rumahnya tidak terlalu jauh dari ana, beliau menghentikan ana, kemudian beliau berkata bahwa beliau baru saja dari rumah ana, tapi ana tidak ada.......”

“Ada sedikit terbersit harapan ketika itu, bahwa beliau adalah orang yang ditunjuk oleh Allah untuk memberikan pinjaman kepada ana, tapi ternyata justru sebaliknya ki.......” Lanjut Maula

“Sebaliknya bagaimana Nak Mas...? Tanya Ki Bijak.

“Ya, orang yang ana kira akan memberikan pinjaman kepada ana, justru memelas kepada ana untuk diberikan pinjaman uang sebesar seratus ribu untuk biaya berobat anaknya yang sakit panas, ana tidak tega ki, jadi sisa uang seratus ribu yang ana miliki, ana pinjamkan kepada bapak tadi............” Kata Maula.

“Ki, apa maksud Allah dengan semua itu ki, khan aneh, ana muter-muter mau cari pinjaman, tapi justru Allah mengirim bapak tadi untuk meminjam uang persis seratus ribu uang yang ana punya...........?” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar semua penuturan Maula;

“Tidak ada yang aneh Nak Mas, Allah mampu berbuat apapun yang Dia kehendaki, termasuk kejadian yang Nak Mas alami kemarin........” Kata Ki Bijak.

“Lalu apa maksudnya ki.......?” Tanya Maula

“Maksudnya adalah agar Nak Mas tidak terlalu risau dengan kondisi yang tengah Nak Mas alami, Allah ingin “mengatakan” bahwa Nak Mas tidak perlu mengeluh dan menggerutu karena Nak Mas tidak punya ongkos untuk berangkat kekantor dan putra Nak Mas sakit, karena masih banyak orang-orang disekitar kita yang jauh lebih membutuhkan uang dari sekedar untuk ongkos, seperti bapak tadi, anaknya juga sakit dan mungkin harus diopname dan membutuhkan biaya yang lebih besar dari sekedar berobat jalan putra Nak Mas.........” Kata Ki Bijak.

“Allah ingin mengingatkan Nak Mas bahwa Nak Mas harus senantiasa bersyukur atas apa yang Nak Mas alami, Nak Mas harus “melihat kebawah”, melihat dengan jernih berbagai hal yang Nak Mas alami, agar Nak Mas tidak merasa menjadi orang paling malang atau paling menderita, sebaliknya, dengan mengirim bapak tadi, Allah ingin Nak Mas sadar bahwa yang sakit bukan hanya putra Nak Mas, yang tidak punya uang bukan hanya Nak Mas, yang khawatir juga bukan hanya Nak Mas, tapi masih banyak orang lain disekitar kita yang mengalami hal yang sama, tapi toh mereka bisa bersabar dan tetap bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada mereka..............” Kata Ki Bijak.

“Astaghfirullah.....benar ki, ana ketika itu memang “sedikit” merasa Allah meninggalkan ana dalam kesusahan, ya Allah ampuni hamba-Mu ini ya Allah............” Kata Maula, matanya menerawang jauh, ia sangat menyesali prasangka buruknya terhadap Allah.

“Allah tidak pernah “meninggalkan” kita Nak Mas, justru kita yang kadang lari dari Allah, ketika ada kesulitan, bukan Allah yang kita mintai pertolongan, justru mahluk-Nya, ketika kita dalam kekhawatiran, bukan Allah yang kita seru, kita kerap mengambil pelindung dan penolong yang salah untuk mengatasi berbagai permasalahan yang kita hadapi, padahal dengan sangat jelas Allah memaklumkan bahwa “Allah sebaik-baik pelindung dan penolong kita” dalam hal apapun, dan tidak ada satu pertolongan pun yang akan mampu menghilangkan kesusahan kita kecuali atas kehendak dan izin-Nya...............” Kata Ki Bijak.

Maula merenungi pitutur Ki Bijak dengan seksama, ia baru menyadari bahwa Allah akan memberikan ujian kepada semua mahluk-Nya, termasuk kepada dirinya beberapa waktu lalu.

“Coba Nak Mas lihat kedalam genangan air itu, apa yang Nak Mas lihat didalamnya........” Tanya Ki Bijak beberapa waktu kemudian

“Tidak ada apa-apa ki.......?” Kata Maula

“Coba perhatikan baik-baik Nak Mas, apa yang Nak Mas lihat didalam genangan air itu.....” Kata Ki Bijak

Maula mengamati dengan seksama apa yang terlihat didalam genangan air yang dalamnya tidak lebih dari mata kaki itu.

“Ana hanya melihat bayangan matahari yang jauh dikedalaman sana ki......” Kata Maula setelah ia mengamati beberapa kali genangan air itu.

“Coba Nak Mas masuk kedalam genangan air itu, benarkah air itu sedalam yang Nak Mas lihat.........” Kata Ki Bijak.

Tanpa banyak bertanya Maula memasukan kakinya kedalam genangan air tadi.

“Nak Mas perhatikan, bayangan matahari yang Nak Mas lihat sedemikian dalam tadi, ternyata berada didalam air yang dalamnya tidak lebih dari mata kaki Nak Mas.........” Kata Ki Bijak.

“Apa artinya ini ki..........” Tanya Maula.

“Artinya kita kerap melihat dan memandang masalah itu dari kejauhan, sehingga masalah yang sebenarnya “dangkal” tersebut, terlihat sedalam bayangan matahari yang Nak Mas lihat tadi, sehingga kita kerap memilih lari dari pada menghadapi dan mengatasi masalah yang tengah kita alami.........”

Maula termenung sejenak, “Lalu ki.............?” Tanyanya

“Masuklah kedalam pokok masalah itu, insya Allah masalah yang kita hadapi sebenarnya tidak sedalam yang kita pikirkan sebelumnya, sehingga kita memiliki keberanian untuk menghadapi dan mengatasinya, seperti Nak Mas mencelupkan kaki Nak Mas tadi.........” Kata Ki Bijak.

Maula kembali memperhatikan mata kakinya yang memang sama sekali tidak tenggelam dalam genangan itu, tapi ketika ia tadi diluar genangan air itu, bayangan matahari terlihat jauh dan dalam.

“Aki benar ki, kadang kita takut duluan sebelum kita benar-benar menghadapi masalah itu.........’ Kata Maula.

“Dan sebagai orang beriman, kita pantang untuk lari dari masalah, karena mungkin justru dengan ujian dan masalah itulah Allah ingin membuat kita lebih kuat dan lebih siap dalam menghadapi kehidupan ini, hadapi semuanya dengan tetap menyandarkan semua persoalan yang kita hadapi pada kebesaran dan keadalilan Allah swt, percayalah, Allah tidak pernah dhalim kepada kita mahluk-Nya..........’ Kata Ki Bijak.

“Subhanallah, terima kasih ki, ternyata dibalik semua kejadian,ada hikmah besar yang Allah persiapkan untuk kita...........” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, ia bangga dengan muridnya yang bisa cepat menangkap nasehat-nasehatnya.

Wassalam

20 Agustus 2007.

No comments:

Post a Comment