“Ki, kemarin ana sempat berbincang-bincang dengan seorang tukang sol sepatu keliling, seorang bapak paruh baya yang hampir tiap hari datang kekomplek untuk menawarkan jasanya...........” Kata Maula
“Lalu Nak Mas.....” Tanya Ki Bijak.
“Ana bertanya kepada bapak tadi, apakah ia mendapatkan uang setiap harinya, karena ana pikir, sepatu rusak kan tidak setiap hari ada, ki.......” Kata Maula
“Apa jawaban bapak tadi Nak Mas.....” Tanya Ki Bijak lagi.
“Bapak itu menjawab, setiap kali ia berkeliling, setiap kali itu pula ia mendapatkan uang dari jerih payahnya, lalu ana kepikiran ‘kok bisa ya’, ada saja orang yang memperbaiki sepatunya setiap hari, padahal selain sepatu tidak rusak setiap hari, tukang sol sepatu keliling juga khan banyak...?” Kata Maula setengah bertanya.
“Nak Mas tak perlu heran dengan ‘kebijaksanaan Allah’ dalam membagi-bagikan rezekinya, tidak mungkin Allah kekurangan jatah rezeki untuk mahluk-Nya, tidak mungkin Allah salah kasih rezeki kepada mahluk-Nya, betapapun banyak mahluk yang diurusi-Nya, seperti tukang sol sepatu tadi, ia tetap mendapatkan jatah rezekinya tanpa ada sesuatupun yang menghalanginya, tidak karena banyaknya tukang sol atau tidak juga karena sedikitnya sepatu yang rusak, Allah punya cara yang tidak terhingga dalam mengatur perputaran rezeki mahluk-mahluk-Nya.....” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, sepatu kita yang rusak, ternyata bisa menjadi sarana orang lain untuk mendapatkan rezekinya......” Kata Maula seperti baru tersadar.
“Bukan hanya sepatu kita yang rusak, tapi setiap hal, setiap kejadian, bisa jadi merupakan salah satu cara Allah untuk membagikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya........” Kata Ki Bijak lagi.
“Ketika ban kendaraan kita kempes, misalnya, tidak perlu menggerutu apalagi sampai marah-marah, karena boleh jadi dengan cara itulah Allah hendak memberikan rezeki kepada tukang tambal ban...”
“Ketika kendaraan kita rusak, tidak perlu marah-marah atau bersikap secara berlebihan, karena boleh jadi dengan cara itulah bengkel mobil mendapatkan rezekinya....”
“Ketika kita macet dijalan, jangan ngedumel, karena boleh jadi itu jatahnya tukang asongan...”
“Atau bahkan ketika kita sakitpun, sempurnakan ikhtiar berobat kita tanpa harus menyalahkan siapapun, karena sakit kita, adalah ladang rezeki bagi para dokter yang telah menginvestasikan waktu dan uangnya untuk memperoleh gelar dokternya....”
“Lebih dari itu, kematian seseorang, yang oleh sebagian orang merupakan sebuah musibah, juga boleh jadi merupakan cara Allah membagikan rezekinya kepada para penggali kubur atau penjaga kuburan...........” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, kadang kita terburu nafsu untuk menyalahkan takdir dengan kejadian yang kurang menyenangkan yang kita alami, kadang kita lebih senang mencari kambing hitam, kadang kita lebih mendahulukan ego kita untuk menyalahkan orang lain, menyalahkan kondisi, menyalahkan apapun untuk membenarkan pendapat kita yang belum tentu benar....” Kata Maula.
“Ya, seperti itulah kebanyakan dari kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang tidak kita senangi...., padahal gerutuan kita, kemarahan kita, atau sikap tidak bijak kita dalam menghadapi sesuatu, sangat sangat mungkin dimanfaatkan setan untuk menggelincirkan kita dari kewajiban kita untuk mengimani segala ketentuan Allah dan bertawakal serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, dan sangat mungkin akan mengurangi rasa syukur kita kepada-Nya..........” Kata Ki Bijak.
“Nak Mas bayangkan, jika sepatu kita tidak pernah rusak, artinya pabrik sepatu tidak akan memproduksi lagi, artinya perusahaan akan tutup, artinya lagi ribuan buruh diPHK, artinya lagi anak istri atau suami si buruh juga akan kehilangan sumber nafkahnya, betapa banyak orang yang akan menanggung akibat, hanya karena sepatu kita yang tidak pernah rusak, misalnya....” Kata Ki Bijak
“Belum lagi kalau kita bicara orang sakit, mobil rusak, ban kempes, semua didesain oleh Allah untuk memutar roda kehidupan ini agar berputar dan berjalan......” Kata Ki Bijak lagi.
“Subhanallah maa khalaqta hadaa bathilaa.........” Hanya itu yang keluar dari lisan Maula, “Maha Suci Allah, tidak ada sesuatu ciptaan-Nya yang sia-sia”.
“Ki, apakah kita boleh bersedih ketika ditimpa sesuatu yang tidak kita senangi.....” Tanya Maula.
“Bersedihlah, Nabipun bersedih ketika Siti Hadijah meninggal, atau ketika Ibrahim putranya dipanggil berpulang kerahmatullah, tapi kalau kita mengaku sebagai umatnya, kita pun harus mencontoh beliau dalam hal menghadapi kesedihan yang dialaminya, yaitu dengan berserah diri kepada Allah swt.......” Kata Ki Bijak.
“Kadang kita ini berlebihan, kesedihan kita kadang melampaui batas, sehingga tidak jarang kesedihan kita membuat kita mempertanyakan kebijakan Allah, dan ini yang tidak boleh.........” Kata Ki Bijak.
“Sekali kita ragu atau mempertanyakan kebijaksanaan, disana ada jurang kekafiran yang siap menjerumuskan kita kedalam lembah kehinaan fi dunya wal akhirat, Naudzubillah.......” Kata Ki Bijak.
“Tidaklah Allah menciptakan dunia ini kecuali dengan perhitungan dengan maha teliti, terukur, tertimbang dan penuh dengan kebijaksanaan yang sempurna, hanya kadang akal kita yang tidak sampai atau tidak mampu menjangkau kesempurnaan itu, karena memang kita ditakdirkan untuk memiliki sedikit ilmu saja............” Lanjut Ki Bijak.
“Jalani saja kehidupan ini, biarkan semuanya mengalir laksana air, dan lakonkan peran yang kita mainkan sesuai dengan tuntunan skenario qur’an, sehingga diakhir cerita, insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.......” Kata Ki Bijak lagi.
Maula mengangguk tanda mengerti, dan bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukannya dengan Ki Bijak yang bijaksana ini.
Wassalam
August 10, 2007.
Wednesday, August 29, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment