“Dari mana Nak Mas, keringatan begitu..?” Tanya Ki Bijak melihat Maula yang keringatan dan terengah-engah nafasnya.
“Habis ikut lomba Agustusan ki.....” Jawab Maula
“Ada lomba apa saja Nak Mas.....?” Tanya Ki Bijak
“Banyak ki, ada lomba balap karung, lomba makan kerupuk, lomba pukul kendi dan masih banyak lagi.............” Kata Maula
Ki Bijak tersenyum mendengar perkataan Maula yang sedemikian semangat menuturkan berbagai perlombaan yang memang biasa diadakan oleh warga untuk merayakan peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
“Nak Mas, selain ramainya perayaan hari ulang tahun kemerdekaan itu, adakah Nak Mas melihat sesuatu yang lebih berharga yang dapat kita ambil sebagai pelajaran bagi kita.................?” Tanya Ki Bijak.
“Apa ya ki............?” Kata Maula
“Sebenarnya ada banyak ibrah yang bisa kita ambil dari berbagai perlombaan yang Nak Mas ikuti tadi, seperti misalnya lomba pecah kendi.............” Kata Ki Bijak.
“Coba Nak Mas perhatikan lomba pecah kendi tadi, pertama ada kendi-kendi yang diikat dan digantung sebagai tujuan yang harus didapat oleh peserta lomba, kemudian ada peserta lomba biasanya ditutup matanya dengan kain, membawa alat pemukul, dan sebelum peserta tadi maju, biasanya peserta diputar-putar terlebih dahulu oleh panitianya, begitu bukan Nak Mas................” Kata Ki Bijak.
“Ya Ki, ikatannya tebal sekali dan diputarnya berulang-ulang, hingga tadi ana tidak bisa memukul sasaran, karena gelap dan pusing, belum lagi teriakan penonton yang mencoba mengarahkan ana, ada yang teriak kekiri, ada yang teriak ana harus kekanan, ada yang teriak maju dan ada pula yang teriak mundur, yang justru membuat ana semakin bingung, arah mana yang harus ana pilih............” Kata Maula.
“Ya itulah yang aki maksud Nak Mas, dalam kehidupan nyata pun demikian adanya, kita sebenarnya tahu ada target dan tujuan yang harus kita capai, tapi kerap kali kita gagal mencapai target tersebut karena seperti peserta lomba tadi, mata kita tertutup, kita juga sering dibuat bingung oleh banyaknya ‘teriakan’ yang saling mengklaim bahwa ini yang paling benar, yang lain salah, yang ini sesat, yang itu bid’ah, semua orang menganggap ajaran dan ajakannya paling benar.............” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, sekarang ini banyak sekali golongan dan ajaran yang saling mengklaim bahwa golongan mereka yang paling baik, bahwa golongan mereka yang paling benar dan sebagainya, yang membuat umat semakin bingung siapa yang harus diikuti...........” Kata Maula
“Yang membuat kita bingung sebenarnya bukan semata karena banyak ajaran dan golongan disekitar kita, tapi lebih pada ‘mata kita yang tertutup’, dalam arti mata lahiriah kita yang tidak terlalu banyak melihat informasi yang benar, atau dalam arti lain mata hati kita yang tertutup oleh sumbatan dan kotoran dosa-dosa kita, sehingga mata hati kita tidak lagi dapat melihat mana yang jernih dan mana yang kotor, mana ajaran dan ajakan yang benar-benar selaras dengan nilai-nilai yang diajarkan Al Qur’an dan sunnah dan mana ajaran yang hanya mengatasnamaka islam dan kebenaran........” Kata Ki Bijak.
“Kita sering merasa tiba-tiba kita ‘kehilangan Allah’, padahal Allah tetap menjadi tuhan semesta alam sampai kapanpun, tidak pernah berubah dari zaman nabi adam sampai akhir zaman nanti......”
“Kita sering sulit menemukan keadilan, kita sering samar melihat kebenaran, kita sering nanar melihat yang haq, dan itu bukan berarti keadilan itu tidak ada, atau kebenaran itu hilang, atau sesuatu yang haq itu telah lenyap, sama sekali tidak, keadilan akan tetap ada, kebenaran akan tetap kebenaran serta yang haq tidak mungkin akan musnah karena banyaknya kebathilan, lalu kenapa kita sering sulit menemukannya...? Jawabnya ya itu tadi, pertama mata hati kita tertutup serta kita banyak menghabiskan waktu kita untuk berputar-putar tak tentu arah, serta kita banyak mendengar atau membiarkan telinga kita mendengar sesuatu yang kurang berguna, sehingga kita pusing karenanya............”, Kata Ki Bijak.
“Aki benar ki, persis seperti ana kemarin, ana tidak bisa memecahkan kendi berisi air, karena mata tertutup, kemudian ana diputar beberapa kali dan teriakan penonton yang saling berlawanan justru makin membingungkan ana......” Kata Maula.
“Ya, kira-kira seperti itu Nak Mas.........”, Timpal Ki Bijak.
“Bahkan kalau kita mau sedikit merenung, sepanjang jalan kehidupan kita ini adalah “sebuah perlombaan”.........’Kata Ki Bijak.
“Hidup kita sebuah perlombaan ki......?” Tanya Maula
“Ya Nak Mas, hidup kita adalah sebuah perlombaan yang garis awalnya adalah akil baligh kita, sementara garis finishnya adalah kematian kita..........” Kata Ki Bijak lagi.
Maula terdiam, belum sepenuhnya memahami amsal yang dibuat gurunya.
“Nak Mas perhatikan, Allah sering sekali membahasakan perintah-Nya dengan kata “segeralah” atau “bergegaslah” seperti ayat-ayat berikut;
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.
[1475] Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Dan masih banyak lagi ayat Allah yang sejenis, dan sebagaimana halnya perlombaan, setiap peserta memulai lombanya digaris awal, yaitu masak akil baligh, kemudian semua kita berlomba sepanjang hayat kita, dan pasti akan ada peserta yang menjadi juara, dan ada pula peserta yang kalah dan menjadi pecundang diakhir garis finish kelak........” Kata Ki Bijak
“Ada peserta yang berhasil menggapai “ampunan dan syurga Allah yang luasnya seluas bumi dan langit”, mereka adalah peserta yang senantiasa menyesali perbuatan salahnya, terlepas sekecil apapun kesalahan itu, kemudian mereka segera bertobat, jauh sebelum garis finish menjelang sekalipun......’
“Ada peserta yang berhasil berbuat kebaikan selama hidupnya, yaitu mereka, peserta lomba yang berlomba dengan mentaati aturan yang telah dibuat oleh panitia lomba, mereka tidak berbuat curang, mereka tidak memotong jalan, mereka juga tidak pakai doping., sehingga ketika kelak tiba digaris finish, mereka layak berbahagia atas keberhasilannya........”
“Pun demiian dengan mereka yang selalu mengutamakan shalat jum’at dibanding dengan kesibukan duniawinya, insya Allah, mereka juga akan menjadi pemenang dalam perlombaan kehidupan ini.............” Kata Ki Bijak lagi
“Lalu siapa saja peserta yang gagal ki.......” Tanya Maula.
“Peserta yang gagal adalah mereka yang lalai dalam memanfaatkan setiap kesempatan bertobat yang diberikan Allah kepadanya, mereka kerap berpikir nanti saja tobatnya, nanti saja benernya, mereka tidak menyadari bahwa garis finish semakin dekat, dan ketika ajal sudah ditenggorokan, mereka tidak akan bisa lagi menyesal untuk mengulang lomba dari awal, karena lomba telah usai, saat itu, saat kematian datang,adalah saat penentuan siapa yang juara dan siapa yang pecundang, tidak ada lagi upaya yang bisa dilakukan untuk merubah keputusan sang juri, karena sebelumnya semua peserta telah diberi tahu aturan lomba yang harus dipenuhi oleh setiap pesertanya...........”
“Ada juga peserta yang didiskualifikasi Nak Mas........” Kata Ki Bijak.
“Diskualifikasi Ki.........” Tanya Maula
“Ya Nak, dari sekian milyar peserta yang ikut dalam perlombaan kehidupan ini, mungkin banyak yang dapat mencapai garis finish, tapi tetap saja mereka dianggap gagal karena telah melanggar aturan permainan yang telah ditetapkan......”,Kata Ki Bijak.
“Contohnya ki......” Tanya Maula
“Ada peserta lomba yang berhasil masuk garis finish dengan membangun madrasah misalnya, ada lagi peserta yang berhasil masuk finish dengan sedekahnya, dan masih banyak lagi, tapi setelah juri mempelajari perjalanan yang dilalui peserta tadi dinyatakan gagal, karena uang yang digunakan untuk membangun madrasah tersebuh adalah hasil korupsi misalnya, atau sedekahnya adalah uang hasil manipulasi santunan fakir miskin, atau ada peserta yang menggunakan dana umat untuk kepentingan dan keharuman nama baiknya agar disebut dermawan, Nah peserta-peserta seperti ini mungkin akan berhasil mengelabui penonton sepanjang perjalanan lomba, tapi tidak akan mampu menipu juri yang Maha Mengetahui...........” Kata Ki Bijak.
“Seorang juara adalah mereka yang berhasil masuk garis finish dengan cara yang benar, cara ksatria, cara yang elegan, bukan dengan menghalalkan cara untuk memenangkan lomba, karena itu hanya akan menipu dirinya sendiri, dan ia sendiri yang akan rugi dan menyesalinya kelak dikemudian hari.........” Kata Ki Bijak.
“Untuk itulah kita harus senantiasa bersiap menghadapi perlombaan kehidupan ini, agar kita bisa menjadi pemenang, menjadi orang yang mendapat ampunan Allah, mendapat syafaat qur’an dan Rasulullah diakhirat kelak.........” Kata Ki Bijak.
“Ya Ki, do’akan ana menjadi peserta lomba yang baik, agar ana menjadi pemenang ki......” Kata Maula
Ki Bijak tersenyum, “Insya Allah Nak Mas..............”
Wassalam
17 Agustus 2007
Wednesday, August 29, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment