Allah telah memberimu 2 kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua mata untuk melihat, tapi mengapa Allah memberi kita hanya satu hati? karena Allah ingin agar Dia selalu ada di dalam hatimu. Semoga Allah memberikan cinta-Nya pada kita. Selamanya dan selamanya
“Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh....” Salam Maula kepada gurunya.
“Wassalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh....” Balas Ki Bijak
“Ki, kenapa kita hanya punya satu hati...?” Tanya Maula
“Maksud Nak Mas....?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki, kita dikaruniai Allah sepasang kaki, sepasang tangan, sepasang mata, sepasang telinga, tapi Allah ‘hanya’ memberikan satu hati kepada kita........” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum mendengar perkataan muridnya;
“Itu karena Allah sangat mencintai mahluk-Nya, Allah ingin agar kecintaan-Nya kepada kita tidak terbagi – bagi kelain hati, Allah-pun ingin agar cinta kita kepada-Nya tidak terbagi-bagi dengan kecintaan kita kepada harta, kecintaan kita pada dunia, kecintaan kita pada mahluk-Nya, Allah menghendaki kemurnian cinta kita kepada-Nya.......” Kata Ki Bijak.
“Dengan dua tangan yang Allah berikan kepada kita, Allah menghendaki kita untuk melakukan kasab secara sempurna, memaksimalkan upaya kita dalam menjemput karunia-Nya...”
“Dengan dua kaki yang Allah berikan kepada kita, Allah menghendaki kita untuk berhijrah dibumi Allah yang sangat luas, jangan terpaku pada suatu tempat atau daerah, jika memang ditempat lain Allah menyediakan karunia-Nya yang lebih besar kepada kita.......”
“Hijrah baginda Rasul da para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah, selain sebagai tonggak sejarah perjuangan Islam, sebenarnya dengan peristiwa itu Allah menghendaki kita untuk berusaha mencar karunia-Nya yang lebih baik, terlepas dimana karunia itu disediakan Allah untuk kita............”
“Dengan dua mata yang Allah karuiakan kepada kita, Allah menghendaki kita untuk melihat semua tanda-tanda kebesaran-Nya, dengan dua mata, bukan hanya dari satu sisi saja, lihat mana yang baik, maka yang jelek, lihat mana yang benar dan mana yang salah, lihat mana yang ma’ruf mana yang munkar, dan seterusnya, dengan dua mata ini, Allah menghendaki kita melihat sesama kita dengan persepektif yang benar, jangan memandang orang dengan sebelah mata, jangan melihat orang dari pakaianya saja, jangan melihat orang dari gelarnya saja, jangan melihat orang dari jabatannya saja, karena kita dikaruniai Allah dua mata, untuk dapat melihat dengan seimbang dan adil.....”
“Pun dengan dua buah telinga yang Allah karuniakan kepada kita, Allah menghendaki kita untuk adil dan selektif terhadap apapun yang kita dengar, jangan terburu-buru membuat kesimpulan manakala kita mendengar suatu berita, jangan dulu membuat opini jika kita belum mendengar secara pasti, karena sangat boleh jadi kesimpulan dan opini yang prematur, akan menjebak kita kedalam prasangka, dan seperti Nak Mas tahu, sebagian prasangka adalah dosa.........” Kata Ki Bijak.
“Tidak demikian halnya dengan hati, Allah tidak memberi kita pilihan untuk melabuhkan cinta kita kepada selain-Nya, Allah hanya memberi satu hati saja, satu cinta saja, yaitu untuk Allah Swt......., Allah tidak ingin diduakan bahkan dengan anak istri kita sekalipun........” Kata Ki Bijak lagi.
“Ki, jika Allah sedemikian mencintai kita, bagaimana kita bisa membalasnya ki......?” Tanya Maula.
“Cinta adalah sebuah ketulusan...”
“Cinta adalah sebuah pengorbanan...”
“Cinta adalah sebuah kerelaan yang terdalam....”
“Cinta adalah sebuah kesetiaan........”
“Cinta menuntut tanggung jawab.....”
“Cinta memerlukan bukti.............”
“Cinta kita kepada Allah adalah sebuah ketulusan kita untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya ilah yang wajib kita ibadahi......”
“Cinta kita kepada Allah adalah sebuah ‘pengorbanan’ dari kita untuk dapat mengalahkan semua rintangan yang menghalangi jalan kita menuju ridha-Nya.....”
“Cinta kita kepada Allah adalah sebuah kerelaan kita untuk meminggirkan keinginan-keinginan duniawiah kita demi mengedepankan Allah dalam hati kita....”
“Cinta kita kepada Allah adalah sebuah kesetian terhadap janji prasetya kita, yaitu ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah’, dan sampai kapanpun,janji ini tidak boleh ternodai oleh kepentingan apapun....”
“Cinta kita kepada Allah menuntut tanggung jawab kita untuk memenuhi hak-hak-Nya, menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya......”
“Dan kita tidak bisa berkata ‘saya cinta Allah’ tanpa adanya sebuah bukti dan kesungguhan untuk memenuhi semua hak-hak Allah diatas segala apapun........”.
“Nak Mas lihat mentari itu........” Kata Ki Bijak sambil menunjuk matahari yang temarann menjelang senja.
Maula menoleh kearah mentari diufuk barat sana.......
“Mentari itu mengitari bumi, memancarkan cahaya dan menerangi alam mayapada ini tanpa henti, bahkan ketika malam menjelang, matahari itu tetap ‘menitipkan’ sinarnya lewat pantulan cahaya bulan, tanpa lelah, tanpa henti, tanpa pamrih, itulah cinta..........., Mentari memberi segalanya bagi kita, namun mentari tak pernah mengharap balasan apapun dari kita....”
“Lalu Nak Mas rasakan sepoi dan semilir angin yang berhembus............” Kata Ki Bijak sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghirup udara pegunungan yang segar.
Maula pun melakukan hal yang sama,ia menarik nafas dalam sekali, dan menghembuskannya perlahan, terasa segar diseluruh rongga dadanya.
“Angin semilir, mengalir tak kenal lelah, menawarkan kepada setiap kita semilirnya yang menyegarkan, angin berhembus melintasi pegunungan, mengarungi lautan, meretasi daratan, gemerisik dedaunan karenanya, dan segar kita dengan oxigen yang dibawanya, tapi pernahkah angin meminta imbalan atas jasanya dan pengabdiannya.............,pasti jawabnya tidak, karena angin melakukan semuanya dengan cinta..........” Kata Ki Bijak.
“Ki, ana baru menyadari sekarang...,jika mentari dan angin saja memberi tanpa mengharap kembali, seharusnya kitapun mengabdi kepada Allah tanpa pamrih, begitukah ki....? Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, itulah kenapa Allah memberi kita hanya satu hati, agar cinta kita kepada-Nya tidak terbagi..........” Kata Ki Bijak.
Wassalam
Agustus 06, 2007
Wednesday, August 29, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment