Friday, April 20, 2007

MEMANUSIAKAN “MANUSIA”

“Lihat pohon pisang, pohong pisang menghasilkan buah pisang, daunya disebut daun pisang dan tunasnya pun tunas pohon pisang” Kata Pak Ustadz setengan berfalsafah.

“Kita harusnya malu pada pohon pisang itu” Kata Pak Ustadz lagi

“Kenapa Pak?” Tanya penulis

“Ada ada banyak manusia yang berperilaku bukan sebagaimana manusia dan ada manusia yang diperlakukan bukan sebagai manusia” Kata Pak Ustadz

Manusia sebagai mahluk Allah yang dikarunia akal justru kadang terbalik, kita manusia, tapi perilaku kita kadang jauh dari kata manusiawi, kita bisa berlaku kejam layaknya srigala lapar, kita bisa berlaku binal layaknya kuda liar.....”

“Sebagai manusia kita pun dikarunia Allah kemampuan berkomunikasi dan berbahasa dengan baik, tapi kadang kata-kata kita tinggi melingking bagai lolong srigala.....”

“Akal yang kita miliki juga mestinya menuntun kita untuk dapat berpikir dan bertindak dengan benar, tapi antum saksikan, betapa panggung dunia ini dipenuhi dengan pertunjukan keangkaraan murkaan anak cucu Nabi Adam yang seolah tak mempunyai rasa dan pikir, seperti perilaku mahluk lain yang tidak memiliki akal..”

“Kalau analogi pohon pisang tadi bisa kita pakai sebagai acuan, mestinya kita sebagai manusia akan berperilaku manusiawi, bertutur kata manusiawi, berlaku dan bertindak manusiawi, bukan sebaliknya.....” Panjang lebar Pak Ustadz menguraikan analogi diatas.

“Pun disana sini kita melihat mendengar bagaimana manusia yang diperlakukan tidak manusiawi, hak beragamannya dihalangi, hak hidupnya dirampas, hak berbicaranya dibungkam, hak belajarnya dieliminir dan berbagai hak yang harusnya disandang oleh manusia, perkosa sedemikian rupa oleh manusia lainnya yang bersikap bukan sebagai manusia” Lanjut Pak Ustadz.

Kalau sekarang kita sering mendengar kelompok-kelompok penyayang binatang, kelompok-kelompok penyayang lingkungan, rasanya perlu juga kita membuat sebuah kelompok penyayang manusia.

Kalau lingkungan dan hewan demikian disayang dan dilindungi oleh kita, agak aneh ketika kita menyaksikan ada manusia yang justru dimangsa manusia lainnya, sebuah ironi jika manusia sendiri yang menjadi santapan dan korban manusia lainnya, tanpa pembelaan dan perlindungan yang memadai, seolah manusia yang menjadi korban itu bukan manusia lagi, sehingga kita merasa biasa saja dengan perlakuan yang mereka terima dari sesama manusia yang berperilaku bukan sebagai manusia.

Sekarang mungkin saatnya kita harus mengembalikan manusia kepada posisi yang sebenarnya sebagai manusia, dalam kata lain kita harus memanusiakan manusia.

Apa saja syarat kita menjadi manusia?

Manusia akan menjadi manusia manakala ia memiliki kelima hal berikut dalam diri dan hidupnya;

Pertama, Iman keimanan adalah satu dari sekian banyak kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia sebagai salah satu fitrah kemanusiaanya.

Manusia yang tidak beriman, cenderung akan berperilaku menyimpang, karena ia merasa tidak memiliki tanggung jawab apapun dihadapan tuhan terhadap apa yang ia perbuat.

Keimanan merupakan alarm yang sangat efektif bagi setiap manusia yang meyakini bahwa setiap apapu yang diperbuatnya akan dimintakan pertanggung jawaban dimahkamah akhirat nanti, sekalipun ia bisa lepas dari jerat hukum dunia.

Keyakinan inilah yang kemudian menuntunnya untuk berperilaku sebagai manusia, yang akan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatannya dihadapan Allah swt.

Kedua Ubudiyah – Manusia adalah mahluk Allah yang dibebani kewajiban syari;at dan amanah, yang sebelumnya ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tapi semua menolaknya, kecuali manusia menerimannya;

72. Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (Al Ahzab:72)

[1233] yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

Sebagai konsekuensi dari penerimaan amanat itu adalah pelaksanaan amanat yang kita kenal dengan ibadah, dan sekali lagi, manusia yang diberi amanat itu, dan hanya manusia yang benar-benar manusialah yang bertanggung jawab atas amanat yang dipikulnya.

Allah memerintahkan kita untuk bersyahadat dengan benar, agar kita menjadi manusia yang tidak merendahkan diri kita sendiri dengan menyembah dan mengabdi kepada sesama mahluk atau benda dan untuk menjadi manusia yang benar, kita harus berupaya untuk memenuhi kewajiban itu.

Allah memerintahkan kita shalat agar kita menjadi manusia yang terproteksi dari perbuatan keji dan munkar, lalu kenapa sebagai manusia meninggalkannya?
Allah mewajibkan kita shaum agar kita menjadi manusia yang bertaqwa, tapi kenapa kita melalaikannya?

Allah mensyariatkan kita untuk menunaikan zakat untuk membersihkan harta, jiwa serta sifat kemanusiaan kita dari sifat kikir, sifat serakah, sifat rakus, tapi kenapa kita enggan melaksanakannya?

Allah juga memerintahkan kita pergi kebaitullah bagi yang mampu, tapi banyak manusia yang berkecukupan malah enggan.

Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik dan bersikap hormat kepada kedua orang tua sebagai tanda bakti kita kepada manusia, lalu entah apa namanya kalau ada manusia yang justru menistakan orang tuannya..

Ketiga Muamalah – Manusia selain diwajibkan untuk memenuhi kewajiban ibadah, juga memiliki tanggung jawab lain untuk melakukan kasab atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Benar, Allah menjamin bahwa setiap yang melata ditanggung rezekinya, namun juga benar bahwa manusia, dengan bekal akal dan pikiran yang dikaruniakan kepadanya, diwajibkan melakukan ikhtiar untuk menjemput hamparan rezeki yang ditebarkan Allah dimuka bumi ini.
Salah satunya adalah sebagaimana yang tersurat dalam ayat berikut;

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Juma’ah:10)

Hanya ucapan dan ungkapan orang malas saja yang mengatakan bahwa manusia tidak perlu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keempat mu’asyaroh – hubungan sesama manusia – Hablu minannas, sebagai mahluk sosial, manusia memerlukan hubungan dengan manusia lain untuk dapat bertahan hidup dan menjadi manusia.

Adalah sebuah sunnatullah bahwa setiap manusia diberikan keterbatasan oleh Allah disamping berbagai kelebihan yang dimilikinya, salah satu hikmahnya adalah agar kita berhubungan dengan orang lain untuk menutupi keterbatasan dengan kita.

Manusia harus hidup ditengah lingkungan manusia, agar ia menjadi manusia. Masih ingat kisah Tarzan, seorang anak manusia yang dibesarkan sekawanan binatang? Yang terjadi kemudian adalah sifat-sifat hewani para pengasuhnya merasuk dan mempengaruhi perilaku tarzan sebagai manusia.

Maka untuk menjadi manusia, kita perlu bergaul dengan manusia pula.

Kelima Ahlaq – Perilaku yang berbudi adalah ciri utama manusia, seperti memiliki rasa malu, mempunyai rasa belas kasih, setia kawan, tenggang rasa, tepo seliro, pemaaf, sabar dan santun, itu ciri manusia.

Kalau kemudian kita menemukan perilaku menyimpang dari seseorang, seperti tidak tahu malu, buas tak berperikemanusiaan, raja tega dan tak setia kawan, pendendam, grasa grusu dan tak bersopan santun, itu yang harus kita manusiakan, karena perilaku pada paragraf ini bukan perilaku manusia yang benar.

Karena dengan akalnya, manusia dianugerahi kemampuan oleh Allah untuk “memilih” ahlaq dan perilaku yang patut dan pantas mereka laksanakan.

Menjadi seseorang yang penuh cinta kasih pada sesama adalah pilihan, yang bisa dibentuk dengan belajar.

Mempunyai rasa malu adalah pilihan, yang bisa dipupuk kesadaran bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar

Mempunyai sifat pemaaf adalah sebuah pilihan, apakah kita akan menurutkan rasa dendam itu, atau kita menyadari bahwa setiap manusia dapat melakukan kesalahan termasuk juga kita, karenanya dendam tidak akan menyelesaikan suatu masalah, karena sangat mungkin kita pun melakukan kesalahan yang sama yang pernah diperbuat orang lain.

Ahlaq yang benar, ahlaq yang mulia, ahlaqul karimah, adalah ciri utama dari manusia.

Iman yang kokoh, ubudiyah yang benar, mualah yang sempurna, habluminannas yang baik serta ahlaqul karimah, adalah ciri utama kita sebagai manusia, mahluk yang paling mulia.

Wassalam

April 20, 2007

No comments:

Post a Comment