11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(Ar Rad:11)
[767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
beberapa contoh kecil yang mungkin bisa menggambarkan bagaimana keinginan untuk “berubah” benar-benar menjadikan seseorang itu berubah;
Seorang gadis berusia sekitar enam tahun, beberapa hari lalu baru bisa menaiki sepeda kecilnya tanpa bantuan roda penyangga, ya baru sekitar tiga hari lalu ia berhasil menaiki sepedanya, padahal sepeda kecil itu sudah dibelikan beberapa tahun yang lalu, ketika usianya menjelang lima tahun.
Apa yang menjadikan anak ini bisa menaiki sepedanya dengan proses belajar yang demikian cepat, hanya kurang dari tiga hari? Padahal sebelumnya ia dengan susah payah belajar dan belum juga bisa menaiki sepedanya.
Keinginan yang kuat untuk bisa, merupakan factor terpenting dalam proses belajarnya. Beberapa tahun lalu keinginan ini belum nampak sepenuhnya dalam proses belajarnya, sehingga ia dengan mudah menyerah ketika mengalami kesulitan dalam belajar sepeda.Tapi ketika hampir semua teman-teman sebayanya main dengan memakai sepeda, maka timbul dorongan yang sangat kuat dari dalam dirinya untuk bisa bersepeda, maka ia pun belajar naik sepeda sendiri selepas pulang sekolah.
Sekarang ia tidak lagi mengalami ketakutan yang berlebihan manakala sepedanya hampir jatuh, ia tetap berusaha keras untuk menyeimbangkan posisi badannya agar laju sepeda nya seimbang. Keinginannya yang demikian besar mengalahkan rasa sakit akibat memar kepentok sepeda hampir disemua kakinya, dan dengan pengorbanan dan keinginanya yang besar, ia bisa menaiki sepedanya dalam kurun waktu kurang dari tiga hari.
Hal kedua yang berubah dalam proses belajar ini adalah keberanian, keberanian untuk berubah, keberanian untuk belajar, keberanian untuk berkorban, keberanian, itulah anak kunci kedua yang mengantar gadis kecil itu berhasil melewati rintangan dalam menaiki sepedanya.
Selanjutnya adalah keyakinan – keyakinan yang kuat bahwa saya bisa naik sepeda, adalah hal lain yang menjadikan dinda bisa bersepeda. Keyakinan ini terbentuk manakala ia mendapati teman-temannya bisa naik sepeda.
Bukan hanya gadis kecil itu, siapapun berhak memperoleh “keberhasilan” dalam merubah keadaanya dengan tiga atau empat anak kunci diatas.
Terlepas dari apapun yang ia ingin rubah, selama ia memiliki keempat karakter diatas, insya Allah, ia akan bisa melakukannya.
Dalam menuntut ilmu agama misalnya, hampir setiap kita dikaruniai potensi untuk bisa belajar dan memahami ilmu agama dengan baik, buktinya adalah dengan gelar kesarjanaan yang disandang oleh sedemikian banyak orang, tapi kalau ada diantara kita yang belum bisa baca tulis al qur’an, kalau ada diantara kita yang belum bisa bacaan shalat dengan benar, kalau ada diantara kita yang belum tahu kapan wajibnya zakat, itu bukan berarti ia tidak mampu, tapi keinginan untuk belajar dan memahami ilmu agamanya yang masih harus ditingkatkan.
Caranya? Jadikan menuntut ilmu agama sebagai salah satu kebutuhan kita!
Kita banyak lalai dalam menuntut ilmu agama karena masih ada sebagian kita yang berpikir dan merasa bahwa ilmu agama hanya sekedar pelengkap yang tidak terlalu penting untuk diperhatikan, dan ini salah besar, yang benar adalah bahwa ilmu, khususnya ilmu agama merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi bagi siapapun yang ingin berhasil, disamping juga ilmu-ilmu lainya.
Kedua, kesediaan untuk berkorban – adalah sebuah sikap yang harus senantiasa dipupuk dan dijaga, karena hanya dengan pengorbanan inilah kita akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang kita inginkan.
Keberhasilan adalah buah dari usaha dan pengorbanan, dan hanya orang-orang yang mau berjuang dan berkorban sajalah yang berhak memperoleh kemenangan. Beda jika kita mengklaim kita telah mendapat gelar sementara kita tidak pernah berjuang untuk mendapatkannya, dengan orang yang benar-benar berkorban untuk mendapatkannya.
Kalau ingin mendapatkan ilmu agama, datangi ustadz atau kyai dan ulama yang memang mumpuni dibidangnya.
Keyakinan - tidak ada satupun keberhasilan yang dicapai dengan sikap ragu-ragu!
Sebuah ilustrasi menarik adalah tentang seorang pemain acrobat yang biasa meniti rentangan kawat besi dari satu gedung bertingkat kegedung lainnya. Sudah banyak gedung-gedung tinggi ditaklukan dengan keahliannya itu. Sehingga pada suatu hari ia diberi kesempatan untuk mempertontonkan keahlianya untuk menaklukan gedung bertingkat, tapi entah kenapa pada hari H nya ia nampak ragu untuk meniti rentangan kawat yang membentang, dan yang terjadi selanjutnya, ia dengan keraguannya memaksakan diri untuk tetap meniti kawat itu, dan tragis, karena ia harus jatuh dari ketinggian dan akhirnya ia meninggal, orang itu bernama Walenda, hingga kemudian orang-orang mengenal tragedi itu dengan sebutan factor Walenda, factor keraguan yang mengakibatkan kegagalan.
Pun demikian dengan gadis kecil itu, ia membekali dirinya dengan keinginan yang kuat, ia juga memupuk keberaniannya dan ia “rela berkorban” untuk menahan sakitnya benturan pedal sepeda, dan kemudian ia topang ketiga factor diatas dengan keyakinan bahwa ia bisa, hasilnya adalah keseimbangan badan yang menjadi factor kunci dalam bersepeda dapat ia raih, dan sekarang ia mendapatkan jerih payahnya dengan kenikmatan naik sepeda.
Gadis kecil itu telah memberi pelajaran berharga bahwa kita bisa “merubah suatu keadaan” dengan bekal keinginan yang kuat, keberanian, pengorbanan dan keyakinan, dan satu lagi dengan izin Allah tentunya.
Kita juga bisa merubah kebiasaan kita mengakhirkan waktu shalat menjadi shalat tepat pada waktu, untuk itu kita hanya perlu memperkuat keinginan kita untuk shalat pada waktunya.
Kita bisa merubah guyon kita dimeja makan dengan percakapan yang baik dan bermutu, hanya perlu sedikit keberanian untuk itu.
Kita bisa merubah bacaan kita dari yang tak bermanfaat dan menggantinya dengan membaca al quran, itupun tak perlu sesuatu yang memberatkan.
Kita bisa mengubah shalat sendiri dirumah, untuk kemudian shalat berjama’ah dimasjid, hanya perlu sedikit pengorbanan untuk mendapatkan balasan yang berlipat jumlahnya.
Kita bisa mengubah perilaku konsumtif kita dengan membelanjakannya dijalan Allah dan berzakat.
Dan masih banyak yang dapat kita rubah kalau kita mau…………….asal kita mau menjadi lebih baik dan menjadi orang-orang yang beruntung fidunya wal akhirat.
Wassalam
April 30, 2007
No comments:
Post a Comment