Wednesday, July 18, 2007

BELAJAR DARI SEPAKBOLA

“Nak Mas, mau kemana buru-buru.....?!” Tanya Ki Bijak manakala mendapati muridnya berjalan tergesa-gesa.

“Aki...., mau nonton bola Ki, .....” Jawab Maula sedikit terkejut.

“Bukankah Copa America sudah usai Nak Mas....?” Kata Ki Bijak menebak-nebak.

“Iya Ki, sekarang Piala Asia, Ki, Indonesia lawan Korea.....” Kata Maula.

“Indonesia lawan Korea?, bukankah Nak Mas tidak terlalu suka dengan sepakbola Indonesia? Kok tumben sekarang semangat banget......?” Kata Ki Bijak.

“Benar Ki, dulu ana tidak terlalu suka, tapi sekarang lain, Ki.....” Kata Maula.

“Lain apanya Nak Mas....? Tanya Ki Bijak lagi.

“Kata orang-orang, tim Indonesia sekarang lain ki, tim merah putih sekarang memiliki sesuatu yang berbeda yang selama ini tidak nampak, seperti semangat juang yang pantang menyerah, mental yang kokoh, serta memiliki motivasi dan keinginan yang kuat untuk menang.....” Kata Maula.

“Boleh Aki temani nontong bolanya Nak Mas.....? Tanya Ki Bijak mulai tertarik dengna cerita yang sangat antusias dari muridnya.

“Aki suka bola juga...? Tanya Maula.

“Tidak terlalu Nak Mas, hanya mungkin Aki bisa belajar dari semangat, mental dan motivasi serta keinginan untuk menang dari tim Indonesia seperti yang Nak Mas katakan barusan............” Kata Ki Bijak.

Tak lama kemudian, guru dan murid itu nontong bola bareng, sambil bercakap-cakap, selang berapa lama kemudian mereka terlibat diskusi mengenai pertandingan sepakbola dilayar kaca;

“Seru kan Ki....., tuh Ki, pemain Indonesia, meskipun tubuhnya kecil, tapi dia memiliki keberanian untuk bertarung merebut bola.....” Kata Maula menunjuk seorang gelandang mungil Indonesia yang berjibaku merebut bola dari kaki pemain lawan.

Ki Bijak hanya tersenyum mendengar penjelasan muridnya; mata Ki Bijak pun tak luput memperhatikan riuhnya penonton yang memadati stadion untuk memberi dukungan pada para pemain Indonesia.

“Iya Nak, sekarang penontonnya juga banyak sekali, seberapa besar perubahan yang nampak pada tim sekarang Nak Mas..? Tanya Ki Bijak.

“Yang jelas, mereka sekarang tidak down duluan menghadapi lawan yang memiliki nama besar, dan itu lho ki, semangat juang mereka heroik sekali.....” Kata Maula.

“Kita pun bisa meniru sikap mereka yang tidak mudah menyerah, memiliki semangat juang yang tinggi serta berkarakter......” Kata Ki Bijak.

“Ki, bagaimana agar kita bisa memiliki sikap positif dalam kehidupan seperti yang ditunjukan oleh tim kita itu Ki.......” Tanya Maula.

“Sama seperti mereka Nak Mas, kita perlu latihan........” Kata Ki Bijak.

“Latihan yang mereka jalani selama ini, baik itu latihan fisik atau teknik, telah membentuk keyakinan pada mereka bahwa ‘saya pun bisa’, dan seperti kita maklum, bahwa kepercayaan diri yang baik, adalah salah satu faktor terpenting bagi mereka yang ingin meraih kemenangan.....” Kata Ki Bijak.

“Yang kedua, untuk memiliki sikap positif, kita perlu mengubah cara pandang atau perspektif kita terhadap suatu objek, seperti para pemain itu, ketika mereka mampu mengubah pandangan mereka bahwa Korea yang semifinalis Piala Dunia, bahwa Arab Saudi yang pernah tiga kali menjuarai Piala Asia, bukanlah sebuah tim yang tidak mungkin untuk dikalahkan,dan ketika perspektif pemain kita sudah benar, maka mereka, para pemain kita tidak lagi merasa imperior untuk berhadapan dengan tim manapun......” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas pernah memperhatikan Gunung Ciremai......” Tanya Ki Bijak.

“Ya Ki, Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat....” Kata Maula.

“Gunung Ciremai tinggi itu kata kita yang melihat gunung ciremai dari kejauhan, sementara orang yang tinggal di sekitar gunung itu tidak akan pernah mengatakan bahwa gunung ciremai itu tinggi, tinggi tidaknya gunung ciremai adalah sebuah perspektif yang berbeda diantara mereka yang tinggal disana dan orang yang berada jauh dari ciremai.....”

“Itulah kenapa kita perlu melihat apapun dengan cara pandang yang benar, setinggi apapun gunung tersebut, sebut saja gunung himalaya, masih mungkin untuk ditaklukan, dan jika sikap itu sudah terbentuk, itu akan merupakan sebuah modal yang sangat berharga bagi kita untuk meraih kemenangan......”

“Lalu sejauh mana pengaruh dukungan penonton terhadap penampilan pemain, Ki....?” Tanya Maula.

“Pada kondisi tertentu, memang pemain memerlukan sebuah “motor” untuk membangkitkan semangat dan rasa percaya dirinya, dan dukungan penonton yang memberikan yel-yel penyemangat sangat berarti bagi pemain yang belum memiliki stabilitas mental yang baik...... sementara untuk pemain dengan kualitas mental juara yang memadai, dukungan penonton tidak akan berpengaruh banyak bagi para pemain tersebut.................” Kata Ki Bijak.

“Pun demikian halnya kita dalam beribadah, ketika kita masih dalam tahap belajar untuk menjadi orang yang benar ibadahnya, kita memerlukan dukungan banyak pihak agar kita bisa tetap semangat dan istiqomah atau untuk mengingatkan kita ketika kita lupa misalnya....., untuk itu Nak Mas harus sering-sering berbicara dengan para ustadz atau orang alim, agar semangat Nak Mas tetap membara dalam hal beribadah...” Kata Ki Bijak.

“Waah, aki bisa juga nih jadi pengamat bola.....” Kata Maula.

Ki Bijak hanya tersenyum mendengar perkataan muridnya.

“Sepakbola adalah sebuah miniatur kehidupan kita Nak Mas...., disepakbola ada aturan yang harus ditaati, ada waktu yang tidak boleh dilampaui, ada wasit mutlak keputusannya, ada lawan yang siap menjegal, ada target dan tujuan serta gol yang harus dicapai, ada lapangan permainan, ada pola yang harus diterapkan, ada kekompakan, ada kebersamaan, ada semangat dan berbagai perpaduan lainnya, sebelum sebuah tim menggapai kemenangan....” Kata Ki Bijak.

“Kehidupan kita pun demikian, ada tata aturan dan nilai yang harus ditaati, ada syari’at yang harus dipenuhi, ada batasan waktu dan usia yang harus kita manfaatkan untuk menuai sebanyak mungkin pahala sebagai bekal kita kelak, ada Allah yang bertindak sebagai pengadil atas tingkah polah kita, ada setan yang siap menggelincirkan kita, ada akhirat sebagai tujuan kita, ada wilayah atau bidang dimana kita bisa bermain dalam kehidupan dunia, kita pun memerlukan kebersamaan dan persatuan dalam mencapai tujuan dan cita-cita kita, dan masih banyak lagi persamaan yang dapat kita ambil dari sepakbola sebagai tamsil kehidupan kita.....” Kata Ki Bijak.

“Lalu, kenapa harus ada yang kalah dan harus ada yang menang Ki.....? Kata Maula.

“Itu sunnatullah Nak Mas, kemenangan dan kekalahan dipergilirkan kepada setiap kita, untuk menguji sejauh mana kekuatan kita dalam menerima kekalahan atau kesiapan kita untuk tidak mabuk ketika kita memperoleh kemenangan......, sikapi secara wajar manakala kita kalah, pun bersikap sebagaimana layaknya ketika kita dihampiri kemenangan.....” Kata Ki Bijak lagi.

Akhirnya menjelang pertandingan memasuki setengah babak, Ki Bijak pamitan kepada Maula;

“Nak Mas, Aki pulang dulu, Nak Mas teruskan saja nontonnya, tapi jangan lupa “ini”nya jalan terus....” Kata Ki Bijak sambil menunjuk dada Maula, agar hati muridnya tidak melalaikan dzikir kepada Allah meski tengah asyik menonton bola sekalipun.

“Insya Allah, Ki.......” Kata Maula sambil mengantar gurunya kedepan pintu.

Wassalam

July 18, 2007

No comments:

Post a Comment