Tuesday, July 3, 2007

CIRI UMAT NABI MUHAMMAD SAW (2)


“Assalamu’alaikum, Ki........”Sapa Maula pada gurunya yang tengah beristirahat digubuk bambu ditengah-tengah sawah.

“Walaikumusalam......., mari Nak Maula sini”
Balas Ki Bijak

“Aaah, panas juga Ki..........”Kata Maual begitu sampai digubuk gurunya.

“Jangan mengeluh Nak Mas, ucapkan subhanallah atas nikmat terik matahari seperti ini.......” Kata Ki Bijak.

“Ya Ki.....”Kata Maula sedikit terkejut dengan perkataan gurunya, ia tidak bermaksud mengeluh, hanya memang lengguhannya terkesan bahwa ia mengeluhkan panas yang memang sangat terik siang itu.

“Ki, kemarin aki masih punya PR yang belum dijawab ki......”
Kata Maula

“Apa itu Nak......? Tanya Ki Bijak.

“Iya Ki, kemarin kan aki baru menjelasnkan tiga dari lima ciri ummat nabi Muhammad, yang dua lagi belum Ki......” Kata Maula mengingatkan dua ciri yang memang belum dijelaskan kemarin.

“Oooh, maaf Nak, aki lupa....., Nak Mas masih ingat apa saja ciri umat nabi Muhammad yang kemarin sudah aki jelaskan?”
Pancing Ki Bijak.

“Yang pertama, orang yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad harus memiliki akidah yang benar, kedua, ia harus memiliki sifat-sifat kasih sayang dan yang ketiga ia harus rajin ruku’ dan sujud, begitukan Ki...? Jawab Muala.

“Alhamdulillah, Nak Mas memiliki ingatan yang bagus, pelihara dan manfaatkan dengan baik ya Nak.....” Kata Ki Bijak.

“Ciri yang keempat dari umat Nabi adalah mereka yang ridha dengan segala ketetapan yang telah digariskan Allah swt untuknya.....”
Kata Ki Bijak.

Ridha yang aki maksud adalah keridhaan yang benar, bukan keridhaan yang salah aplikasi....” Kata Ki Bijak.

“Maksudnya Ki....?” Tanya Maula.

“Ada orang malas yang mengatasnamakan ridha, Nak Mas.....”
Kata Ki Bijak.

“Ia tidak melakukan apapun atau berusaha apapun, ia hanya berdiam diri sambil menghitung hari dan berandai-andai, seandainya, misalnya, umpama dan ibarat, sementara ia tidak melakukan apapun untuk mewujudkan apa yang dicita-citakannya, ia berlindung dibalik kata tawakal dan ridha, padahal sebenarnya ia malas......” kata Ki Bijak.

“kita masih berada diwilayah kasab, maka kita diwajibkan untuk berusaha...., benar Allah telah menjamin rezeki kepada semua mahluk-Nya, tapi adalah salah kalau kita tidak melakukan apapun untuk menjemput rezeki itu dengan mengatasnamakan ridha dan tawakal, berusaha dulu, dan itu wajib, sementara hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada Allah swt.....”Kata Ki Bijak.

“Kemudian ciri yang selanjutnya adalah bahwa seorang pengikut Rasulullah akan terdapat tanda bekas sujud diwajahnya. Ada yang mengartikan bekas tanda sujud diwajahnya ini secara harfiah, yaitu adanya bekas sujud dikening orang tersebut, biasanya akan nampak warna kehitaman disekitar kening, tapi ada juga yang mengartikan bekas tanda sujud sebagai bahasa isyarat, bahwa seorang yang mengaku umat Rasulullah adalah orang yang selalu bersikap tawadlu, rendah hati dan taat serta patuh terhadap perintah Allah dan rasul-Nya...”

“Pemahaman ini disandarkan pada asal kata sujud itu sendiri, yang terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim, dan ini yang menurut aki lebih tepat, bahwa seorang yang mengaku umat nabi adalah mereka yang patuh, taat, tunduk penuh hormat dan takzim, sehingga ia mampu menempatkan perintah Allah dan Rasul-Nya diatas kepentingan pribadinya……”Sambung Ki Bijak.
“Nak Mas tahu kenapa tanah yang akan ditanami harus digemburkan dulu, dicangkul atau dibajak dengan kerbau, sebelum benih disebar ….?” Tanya Ki Bijak
“Tidak ki…..” Jawab Maula.
“Tanah yang keras akan menyulitkan tanaman untuk tumbuh, karena akarnya akan terhambat dalam menyerap unsure-unsur yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu, pun demikian dengan “tanaman amal kita”, shalat kita, zakat kita, puasa kita, sangat mungkin tidak akan menghasilkan buah pahala manakala hati kita, sebagai ladang tempat menanam amal kita, keras membatu karena kesombongan…….” Kata Ki Bijak.
“Shalat yang tidak dilandasi oleh sifat taat dan patuh atau tidak dibarengi oleh perasaan khusyu dan takzim kepada yang memerintahkan shalat itu, sangat mungkin menjadi sebuah amalan yang tidak akan menghasilkan pahala, karena itu tadi, hati kita keras dan kadang berontak, ‘kenapa saya harus shalat?’ atau “apa pentingnya shalat bagi saya?”…Kata Ki Bijak memberi contoh.
“Pun dengan ibadah dan amaliah lainnya, puasa, zakat, haji, semuanya mensyaratkan adanya kepatuhan dan ketaatan dalam pelaksanannya, bukan semata karena taklid dan ikut-ikutan……” Jelas Ki Bijak.


Ki Bijak kemudian menunjuk bebek-bebek yang berjalan beriringan menuju selokan, bebek-bebek itu mengikuti bebek yang didepannya, kemana bebek didepan itu berjalan, rombongan bebek dibelakangnya mengikuti, bahkan ketika yang didepan menceburkan diri kedalam selokan, seluruh bebek kemudian mengikutinya.

“Lihat bagaimana bebek-bebek itu ikut menceburkan diri tanpa berpikir dulu ketika bebek didepannya masuk selokan.....” Kata Ki Bijak.

“Sebagian kita masih seperti bebek-bebek itu Nak, kita kadang masih taklid dengan “sesuatu” yang kita belum tahu kemana arah dan tujuan ‘sesuatu’ itu, pokoknya kita ikut saja, tanpa didasari oleh pemahaman dan pengetahuan kita sama sekali......”

“Dan ini sangat berbahaya Nak, ya kalau yang kita ikuti itu benar, bagaimana kalau yang kita ikuti tanpa dasar ilmu dan pengetahuan yang memadai itu justru orang yang hendak menyesatkan kita, maka kita akan celaka karenanya....” Kata Ki Bijak lagi.

“Jadi seorang yang mengaku umat Nabi harus memenuhi segala syaratnya, Akidah yang benar, sifat kasih sayang, ruku’ dan sujud secara istiqomah, ridha dan tawakal terhadap takdir Allah serta tampak bekas sujud diwajah (hatinya), yang terpancar dan tercermin dalam perilaku dan kehidupan sehari-harinya......serta memiliki pemahaman dan ilmu yang luas, agar ia menjadi umat nabi yang paripurna” Kata Ki Bijak mengakhiri percapakan dengan muridnya.

Kemudian mereka menyusuri pematang sawah untuk melihat-lihat keadaan padi dan palawija yang ditanam Ki Bijak.

Wassalam

July 02, 2007

No comments:

Post a Comment