“Assalamu’alaikum........” Sapa Maula
“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuhu..........” balas Ki Bijak.
“Ki, seberapa hebat sih setan itu? Tanya Maula
“Kenapa Nak Mas?” Tanya Ki Bijak
“Iya Ki, seakan-akan setan itu memiliki kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa atas manusia, sehingga ia dengan leluasa mengobrak-abrik “kebenaran” yang seharusnya ditegakan oleh bangsa manusia...” Kata Maula
“Ana sering dengar ada orang yang jahat, itu karena pengaruh setan, ada orang membunuh orang lain, karena dirasuki setan, ada lagi yang bicaranya tak karuan, juga katanya pengaruh setan, banyak orang tergelincir dalam jurang kemaksiatan, juga setan biang keladinya, seolah setan tak tertandingi oleh fitrah kebenaran yang diberikan Allah kepada kita, selaku manusia......” Kata Maula lagi.
“Setan itu lemah, Nak Mas.......” Kata Ki Bijak.
“Lemah, Ki.....?” Tanya Maula heran.
“Ya, setan itu lemah, hanya dia memang ditakdirkan Allah memiliki kepintaran atau lebih tepatnya kelicikan, yang dengan kelicikannya itu ia menunggangi nafsu kita, hingga ketika keduanya, setan dan nafsu itu bersatu, akan melahirkan kekuatan yang sangat dahsyat untuk menyesatkan manusia....” Kata Ki Bijak.
“Memang kenapa Ki, kalau setan berhasil menguasai nafsu kita?” Tanya Maula.
“Konon ketika Allah menciptakan nafsu, kemudian Allah bertanya kepada nafsu “Siapa Aku (kata Allah), dan siapa Engkau (nafsu)?”
“Aku adalah aku, engkau adalah Engkau”, kata nafsu, nafsu tidak mengakui Allah sebagai Rabb-nya. Kemudian Allah memasukan nafsu kedalam neraka yang menyala selama ratusan tahun, dan setelah diangkat dari jurang neraka, Allah mengulangi pertanyaan-Nya, dan jawaban nafsu sama pula seperti jawaban pertama, hingga kemudian nafsu dimasukan lagi kedalam neraka, hingga tiga kali.
Akhirnya, setelah nafsu tidak mempan dibakar api neraka, maka Allah kemudian tidak memberi makan kepada nafsu (puasa), dan setelah kelaparan, nafsu baru mengakui bahwa Allah adalah Rabb-nya”.
“Kekuatan nafsu, seperti tergambar dengan pembangkangannya terhadap Allah, cukup memberi gambaran bagi kita bahwa Nafsu kita itu sangat kuat Nak Mas, tapi nafsu tidak memiliki kecerdikan sebagaimana setan, ia hanya kuat, tapi bodoh...., dan ketika kelicikan setan yang dipadukan dengan kekuatan nafsu yang bodoh, jadilah kekuatan yang luar biasa kuat........” Kata Ki Bijak lagi.
“Apakah ada yang mampu mengalahkan perpaduan setan yang licik dan nafsu yang kuat ki?” Tanya Maula.
“Ada Nak Mas, Allah swt Maha Tahu dengan ciptaan-Nya, Allah menciptakan Akal sehat dan agama sebagai pembendung kekuatan nafsu dan setan......” Kata Ki Bijak.
“Kenapa Agama dan Akal sehat, Ki....? Tanya Maula.
“Agama adalah merupakan tali kekang yang sangat efektif untuk mengendalikan keliaran nafsu kita, agama membatasi ruang gerak nafsu yang dikendarai setan, sehingga nafsu kita dapat terkendali sesuai dengan kehendak akal sehat, bukan menuruti pikiran jahat........” Kata Ki Bijak.
“Aturan agama, yang biasa kita sebut dengan syari’at, merupakan norma, aturan dan tata nilai yang membatasi kebebasan nafsu yang memiliki cenderungan untuk menyimpang, dan dengan tata aturan yang benar dan disertai akal sehat, maka kita bisa mengendalikan nafsu kita sesuai dengan fitrahnya, kita yang menguasi nafsu, bukan nafsu yang menguasai kita, dan dengan menjalankan syari’at agama yang benar, kita dapat memisahkan nafsu dengan setan, dan itu berarti kemenangan agama dan akal sehat, dan kekalahan nafsu yang berkoalisi dengan setan........” Kata Ki Bijak.
“Agama yang disertai Akal sehat akan menntun manusia pada pemahaman dan keyakinan akan adanya pertemuan kita dengan Allah kelak, agama pula yang memberikan keyakinan pada kita akan adanya hari pembalasan, yang kemudian menuntun akal sehat untuk berpikir dan bertindak dengan ikhlas, lillahita’ala......, dan setan sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun dihadapan mereka yang mengabdi kepada Allah dengan ikhlas..........”, Kata Ki Bijak
Setan dan nafsu hanya akan mendekati mereka yang tidak mau mengabdi kepada Allah dengan iklas, setan dan nafsu selalu menghampiri mereka yang shalatnya karena ria, sedekahnya karena pamrih, hajinya karena ingin pamer, dan mereka yang suka mengembel-embeli ibadahnya dengan berbagai keinginan dan kepetingan lainnya selain Allah....” Kata Ki Bijak lagi.
“Ki, apakah kita harus menghilangkan nafsu.....” Tanya Maula.
“Bukan menghilangkan Nak Mas, tapi mengendalikan, karena nafsu adalah salah satu fitrah kita, sehingga tidak mungkin dihilangkan, selain nafsu juga merupakan unsur yang dapat menambah nilai ibadah kita dimata Allah......” Kata Ki Bijak.
“Kita memerlukan nafsu untuk memberikan dorongan kepada kita dalam berusaha,misalnya, keinginan kita untuk memiliki harta adalah dorongan nafsu, keinginan kita untuk mencapai hasil yang lebih baik adalah nafsu, dan kita butuh itu...”
“Yang harus kita lakukan adalah bagaimana keinginan kita untuk berharta tidak ditunggangi oleh kepentingan setan, sehingga keinginan kita menjadi rusak, kita menjadi membabi buta dalam mengumpulkan harta, segala cara halal dan lain sebagainya...”
“Kita juga harus mensterilkan keinginan kita untuk maju dari pengaruh setan, agar keinginan tersebut tidak menjadi sarana setan untuk menjadikan kita orang yang rakus, tamak bin serakah.......”
“Lalu, kenapa Allah melipat gandakan nilai pahala kita dan nilai ibadah kita dianggap jauh lebih hebat dari ketaatan para malaikat sekalipun, salah satunya adalah karena kita harus berhasil memenangkan pertarungan dengan nafsu dan setan terlebih dahulu sebelum kita beribadah, sementara malaikat tidak.....” Kata Ki Bijak.
“Maka dari itu, kenalilah hatimu, yang disana juga tersimpan nafsu, selain sifat rabbaniyah kita,sehingga kita tahu kata hati yang mana yang menyuruh kita melakukan suatu tindakan, insya Allah kita akan selamat dari tipu daya setan yang mendompleng pada nafsu.........” Kata Ki Bijak.
“Waspada ya Nak Mas.......” Kata Ki Bijak.
“Laa haula walaa quata ilabillah......, Insya Allah, Ki.......” kata Maula.
Wassalam.
July 12, 2007
Monday, July 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment