Tuesday, July 3, 2007

SAMPAIKAN DENGAN CINTA

“Assalamu’alaikum........” Sapa Maula

“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuhu..........” balas Ki Bijak.

“Ki, adakah hal yang bisa membantu kita dalam menyampaikan dakwah? Tanya Maula.

“Kenapa Nak?” Tanya Ki Bijak

“Iya, Ki, kadang ana kerap kesulitan untuk memberi pengertian kepada seseorang, misalnya ketika kita mengajak mereka untuk membelanjakan sebagian harta kita dijalan Allah, sementara kalau kita membawakan nash dan dalilnya sekalipun, mereka tetap saja enggan untuk menafkahkan hartanya dijalan Allah......”, Kata Maula

“Itulah tantangan dan seni-nya berdakwah, Nak Mas, karena menyampaikan suatu dakwah hampir menyerupai aktivitas seorang salesman atau penjual dalam menjual produknya.......” Kata Ki Bijak sambil tersenyum.

“Maksudnya , Ki?” Tanya Maula

“ketika kita berdakwah, artinya kita mencoba “menjual” apa yang kita tahu dan kita pahami kepada orang lain, agar orang lain tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang sama dengan kita, dan melakukan apa-apa yang kita sampaikan, itu kan sama dengan aktivitas seorang salesman, yang mencoba meyakinkan para calon pembelinya dengan alasan-alasan yang masuk akal dan mudah dimengerti agar para calon pembeli itu mau membeli produk yang tawarkannya....” Kata Ki Bijak.

“Karenanya ketika kita hendak menyampaikan sesuatu, seperti dakwah, sediktinya kita pun harus tahu psikologi of marketing, atau tips serta kiat agar produk atau dakwah kita dapat diterima, kalau salesman berharap produknya dapat diterima konsumen, kalau para da’i berharap bahwa tabligh-nya mampu dimengerti oleh jamaah.........”
Kata Ki Bijak lagi.

“Apa saja resepnya Ki.......? Tanya Maula.

“Aki juga tidak tahu persis, karena aki bukan orang marekting, Nak, tapi dari beberapa kali pembicaraan aki dengan beberapa rekan yang bekerja dibagian marketing, hal utama dan penting dalam kita menjual produk/dakwah kita, adalah pertama laku dan yang kedua menguntungkan, itu konsep utama agar kita dapat bertahan ditengah persaingan pasar.....” Kata Ki Bijak.

“Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana agar produk / dakwah kita laku?” Kata Ki Bijak.

“Pertama, sampaikan dakwah kita dengan rasa cinta dan pengabdian”
“Kedua, kita harus tahu kepada siapa kita berdakwah”
“Ketiga, teladan,
“Keempat ilmu yang memadai atau dalam bahasa salesnya produk yang berkualitas” .


“Aki sedih ketika kemarin aki mendengar ada orang yang menyampaikan dakwah sambil marah-marah dan dengan kata-kata yang cenderung menyakiti, ‘harusnya khan mereka tahu, bahwa itu tidak ada dalilnya, bahwa itu sesat, bahwa itu salah.....’, karena menurut pendapat aki, kalaupun benar mereka itu salah, adalah lebih bijak kalau kita mengedepankan nasehat kita dengan dilandasi dengan cinta, bahwa mereka yang “salah” itu juga saudara kita, yang masih mengakui Allah sebagai tuhannya, mengakui Muhammad sebagai rasulnya, qur’an sebagai kitab-nya, dan kalau mereka saat ini tengah berada ditepi jurang kemusyrikan menurut kita misalnya,apakah tepat kalau kemudian justru kita menakut-nakuti mereka sehingga mereka makin terperosok lebih dalam? Kata Ki Bijak.

“Alasan bahwa mereka seharusnya sudah tahu”, itu yang sedikit aki sesalkan, karena baginda Rasul mencontohkan ketika ada seorang arab badui yang buang air kecil didalam masjid-pun, nabi melarang para sahabat mengganggunya hingga orang itu selesai, dan nabi memaklumi bahwa mungkin orang itu belum tahu....tidak lantas memerintahkan sahabat untuk mengusir atau memukulnya.................”
Kata Ki Bijak lagi.

“Kemudian, sebagai seorang pengemban amanat untuk menyampaikan dakwah, kita harus menempatkan diri kita sebagai pelayan umat, pengabdi umat, bukan sebaliknya, justru ketika kita ingin berdakwah, kita menempatkan diri kita sebagai sosok penting, hingga perlu dilayani atau bahkan ada sebagian dari mereka gila hormat dan mematok tarif dan bayaran tertentu untuk dakwah yang hendak disampaikannya.....”Kata ki Bijak.

“Seorang dai hendaknya mencukupkan diri dengan balasan dan imbalan pahala dari Allah atas tabligh dan dakwahnya, dan semata-mata untuk mengharap ridha Allah swt, bukan untuk mencari materi, apalagi ketenaran.....” Kata Ki Bijak.

“Ki, apakah salah kalau ada dai yang menerima imbalan? Tanya Maula.

“Tidak salah, Nak, selama ia tetap menjunjung tinggi azaz keridhaan dari Allah swt dalam dakwahnya, yang aki maksud adalah mereka yang ketika hendak berdakwah, dilandasi demi uang semata, kalau bayarannya kurang, lantas tidak datang, seperti itu yang tidak boleh.....”
Jelas Ki Bijak.

“Yang kedua, Ki? Tanya Maula.

“Ketika kita hendak menjual sebuah produk, kita harus tahu selera dan keinginan pasar terlebih dahulu, bukan dengan cara sepihak kita memutuskan bahwa produk kita adalah produk terbaik dan kemudian kita jual dengan harga tinggi yang melampaui daya beli konsumen. Pun dengan dakwah kita, kita harus tahu kepada siapa dakwah ini akan kita sampaikan, ketika kita akan berdakwah dikalangan pelajar dan orang yang terdidik, maka bahasa dan materi yang kita gunakanpun harus sesuai dengan kondisi jamaah kita, atau kalau kita hendak menyampaikan sesuatu kepada masyarakat awam, maka kita pun harus menggunakan bahasa mereka, agar materi yang kita sampaikan mampu dicerna dan dipahami dengan baik.......” Kata Ki Bijak.

“Tapi Ki, kalau kita berdakwah seperti itu, apakah tidak berarti kita lemah, Ki?
Tanya Maula.

“Tidak Nak Mas, sama sekali tidak, Nak Mas harus tetap berpegang pada prinsip, berpegang pada al qur’an dan sunnah, yang aki maksud adalah bagaimana cara kita agar mereka mengerti maksud dan tujuan kita, yaitu dengan menggunakan bahasa mereka, misalnya dengan memberikan tamsil atau contoh nyata dalam keseharian, bukan dengan memberi kelonggaran dan toleransi hal-hal yang sudah jelas benang merahnya didalam sunnah dan al qur’an......” Kata Ki Bijak.

“Selanjutnya, agar kita menjadi seorang penjual yang baik adalah dengan menjadikan diri kita sebagai orang pertama yang menggunakan produk tersebut, sehingga kita dengan yakin dan mantap bisa mengajak orang lain untuk memakai produk yang sama dengan kita. Pun dalam berdakwah, kita harus berusaha untuk menjadi teladan bagi umat dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.....”Kata Ki Bijak.

“Kalau kita mengajak orang untuk tadabur al qur’an, maka hendaknya kita adalah orang pertama yang mengamalkannya, ketika kita mengajak orang datang kemasjid, maka hendaknya kita pun melakukan hal yang sama, ketika kita menganjurkan zakat, maka kita adalah orang yang senantiasa meringankan tangan untuk menolong dan berderma, ketika kita mengajak orang untuk rendah hati, tawadlu dan santun, maka itupun harus tercermin dalam perilaku kita sehari-hari.......” Tutur Ki Bijak.

“Nak Mas ingat bagaimana Rasul selalu mengedepankan teladan dalam berdakwah? Tanya Ki Bijak.

“Ya, Ki.....” Jawab Maula pendek.

“Yang kelima, seorang penjual harus membawakan produk dengan kualitas yang handal, sehingga mampu memenuhi selera konsumen. Pun dalam berdakwah, seorang mubaligh harus memiliki bekal ilmu yang cukup, sehingga ia mampu menyampaikan dakwahnya dengan baik dan benar.....” Kata Ki Bijak.

“Apakah ilmu kita harus sempurna dulu, Ki....? Tanya Maula.

Tidak ada orang yang memiliki ilmu yang sempurna Nak Mas, setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal ilmu sekalipun, dan kita tidak harus menunggu sampai kita memiliki semua paham ilmu dengan sempurna, karena boleh jadi ketika itu kita sudah terlambat untuk menyampaikan ilmu kita kepada orang lain “ Kata Ki Bijak.

“Yang penting, ketika Nak Mas hendak menyampaikan sesuatu, Nak Mas harus menyampaikannya dengan cinta yang tulus dan pengabdian, kita pun tahu kepada siapa kita hendak menyampaikan dakwah kita, kemudian kita memberikan teladan, dan sampaikan hal atau ilmu yang memang sudah kita pahami, bukan dengan menyampaikan sesuatu yang diluar kemampuan kita, hanya karena kita ingin dipanggil ustadz atau kyai......., Kata Ki Bijak.

“Nak Mas harus mulai menyampaikan yang haq dari sekarang, umat membutuhkan banyak orang yang rela mengabdi dengan cinta, umat membutuhkan teladan, umat memerlukan orang-orang yang berilmu, dan itu menjadi tanggung jawab kita semua.....”
Kata Ki Bijak.

“Ya Ki..., do’akan ana semoga bisa mengemban amanat yang sangat berat ini.....”
Kata Maula

“Insya Allah Nak Mas, bulatkan tekad dan keyakinan semata-mata karena Allah, semoga Allah akan membimbing Nak Mas untuk menjadi da’i yang baik bagi diri Nak Mas, bagi keluarga, lingkungan, syukur kalau Nak Mas bisa menjadi teladan umat ini, amiiin.....” Kata Ki Bijak sambil mengangkat tangannya untuk berdo’a

“Amiiin.....” , Kata maula mengamini do’a gurunya.

Wassalam

July 03, 2007

No comments:

Post a Comment