Thursday, July 5, 2007

JEMBATAN KEHIDUPAN


“Hati-hati Nak Mas, pematang itu licin......!!” Seru Ki Bijak kepada Maula yang hampir terpeleset dipematang sawah yang memang licin yang berlumpur.

“Masya Allah.........!!” Maula berusaha menahan tubuhnya yang oleng karena terpeleset dipematang, agar tidak terjerembab kedalam lumpur sawah.

“Syukurlah Nak Mas, Nak Mas tidak jatuh.......” Kata Ki Bijak

“Alhamdulillah Ki......” Kata Maula sambil menghela nafas.

Kedua orang guru dan murid itu kemudian meneruskan menyusui pematang sawah sambil melihat pemandangan padi yang mulai menguning, sambil terus bercakap-cakap.

“Nak Mas, adakah pelajaran yang bisa Nak Mas ambil dari kejadian barusan?” Tanya Ki Bijak.

“Apa ya, Ki?” Kata Maula sambil mengernyitkan keningnya.

“Nak Mas masih ingat ketika dulu Nak Mas sering mendengar jembatan shirathal mustaqiem?” Tanya Ki Bijak

“ Ya, Ki, Biasanya shirothal mustaqiem digambarkan sebagai sebuah jembatan yang membentang antara surga dan neraka, yang sangat tajam dan tipis, dan setiap orang harus melewati jembatan itu. Mereka yang banyak amal shalehnya ketika didunia, maka ia akan selamat menyeberangi jembatan itu, sebaliknya, mereka yang jahat ketika didunia, ia akan tercebur ke neraka......” Kata Maula

“Apa yang Nak Mas pikirkan ketika Nak Mas mendengar gambaran shirathal mustaqiem seperti itu...?” Tanya Ki Bijak

“Iya Ki, ana kadang suka merinding membayangkan bagaimana ana kelak melewati jembatan itu.....” Kata Maula.

“Tidak perlu takut, Nak Mas, seperti Nak Mas bilang tadi, “Mereka yang banyak amal shalehnya ketika didunia, maka ia akan selamat menyeberangi jembatan itu, sebaliknya, mereka yang jahat ketika didunia, ia akan tercebur ke neraka......”, disitulah kuncinya, selamat tidaknya kita meniti shirathal Mustaqiem kelak, tergantung pada amal ibadah yang kita tanam didunia ini.....”

“Perjalanan hidup kita dari mulai kita akil baligh sampai saat sakaratul maut kita kelak, adalah miniatur jembatan shirathal mustaqiem yang insya Allah akan kita lewati diakhirat kelak.......”

“Detik demi detik yang kita lalui, menit demi menit yang kita lintasi, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan windu yang kita retasi selama kita hidup didunia ini adalah “jembatan yang sangat licin”, karena selama itu, dikiri kanan kita selalu berada diantara baik dan buruk, salah dan benar, jahat dan baik, sangat licin dan berbahaya, seperti pematang yang sangat licin itu, yang akan menggelincirkan kita kedalam kubangan lumpur yang berada dikiri kanan kita, seperti yang baru saja kita lalui tadi....”


“jangan pernah membayangkan atau berpikiran bahwa kita bisa berleha-leha didunia ini, meninggalkan shalat, mengabaikan zakat, lalai berpuasa, berlaku dan bertindak seenaknya, mengacuhkan aturan dan syari’at dan tidak mengindahkan larangan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya, kemudian tiba-tiba kita bisa selamat meniti jembatan shirathal mustaqiem dikahirat kelak, itu salah besar!!”

“Apa yang akan kita alami nanti akan sangat bergantung bagaimana kita menjalani kehidupan didunia ini......”

“Kalau Nak Mas pernah mendengar cerita tentang seorang pembunuh sadis yang telah menghabisi nyawa seratus orang, kemudian dalam perjalanan menuju tempat tobatnya orang itu meninggal, sehingga konon menimbulkan perselisihan antara Malaikat yang akan memasukannya kesurga karena niat tobatnya tersebut, dengan malaikat lain yang akan membawa orang tersebut kedalam neraka karena dosa-dosa yang telah diperbuatnya, yang diakhir kisah orang tersebut dimasukan kesurga karena jarak tempat tobatnya lebih dekat dari tempat maksiat yang ia tinggalkan, tidak lantas membuat kita bisa seenaknya berpikir, ‘aah, tobat dan berbuat baik mah nanti saja’, itu adalah pikiran yang sangat-sangat keliru, karena tidak ada jaminan dari Allah bahwa kita akan mati dalam keadaan khusnul khotimah seperti cerita diatas..................”

“Yang paling bijak adalah kita mulai dari sekarang meniti jembatan kehidupan kita dengan langkah yang sangat berhati-hati, jangan sampai kita terpeleset,

“kita harus berhati-hati sekali ketika kita sudah merasa taat, karena boleh sangat jadi akan menjadikan kita ujub”,

“kita harus sangat berhati-hati ketika merasa kita sudah shalat dengan khusyu, karena sangat boleh jadi kita menjadi takabur karenanya”,

“kita harus berhati-hati ketika kita sudah menunaikan zakat dan sedekah, jangan sampai pemberian kita menyinggung perasaan orang yang menerimanya”,

“kita harus berhati-hati ketika kita sudah haji, jangan sampai kita merasa kitalah yang paling benar, kita harus berhati-hati ketika kita sudah merasa mengenal Allah, jangan sampai kita tertipu oleh syetan yang mengatasnamakan kebenaran.....”

“ketika kita sudah beriman kepada Allah, kepada Malaikat-nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada hari Akhir dan takdir-nya, kita harus berhati-hati agar mutiara keimanan itu tetap terpelihara hingga kita tutup mata kelak.....”

“Ingat Nak Mas, jembatan dan pematang sepanjang perjalanan hidup kita ini, yang harus kita lalui sangat licin dan sangat berbahaya.............”

“Barang siapa yang dikaruniai Allah keselamatan dan meniti jembatan kehidupan didunia ini, insya Allah mereka juga akan selamat ketika melintasi jembatan shirathal mustaqiem diakhirat kelak..........”

“Nak Mas ingat dengan pepatah ‘panas setahun, hilang oleh hujan sehari?” Tanya Ki Bijak.

“Ya, Ki, kebaikan yang kita tanam sekian lama, mungkin akan hilang hanya karena perbuatan jelek yang kita lakukan sekali saja, begitukah Ki?” Kata Maula

“Ya, kira-kira seperti itu, dan untuk itulah kita harus selalu berhati-hati, jangan lengah, jangan pernah sudah merasa aman, jangan pernah lalai, karena itu tadi, ketika kita salah langkah, terjebak kedalam kemusryikan misalnya, amal ibadah yang selama ini kita lakukan hangus tak berbekas disisi Allah, dan kita menjadi orang yang paling merugi karenannya.....”
Kata Ki Bijak lagi

“Naudzubillah, Ki............” Kata Maula.

“Alhamdulillah Nak Mas, kita sudah berada diujung pematang, tengok kesana, betapa panjang dan licinnya pematang yang kita lalui tadi, semoga kita juga bisa meniti shirathal mustaqiem seperti kita selamat meniti pematang tadi ya Nak.....” Kata Ki Bijak.

“Amiin.....”

Wassalam

July 05, 2007

No comments:

Post a Comment