“Assalamu’alaikum........” Sapa Maula
“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuhu..........” balas Ki Bijak.
“Ki, bagaimana agar kita bisa mengukur apakah perilaku kita sudah “layak” dihadapan Allah dan ditengah-tengah orang lain?” Tanya Maula.
“Nak Maula, Aki bangga dengan Nak Mas yang selalu saja ingin tahu tentang berbagai hal, sebelum Aki menjawab pertanyaan Nak Mas, boleh Aki tahu bagaimana Nak Mas belajar menemukan hal-hal baru setiap harinya?” Tanya Ki Bijak.
“Seperti yang Aki ajarkan kepada Ana, bahwa kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari apapun disekeliling kita, karena tidaklah Allah menciptakan sesuatu melainkan disana ada ibrah yang bisa kita petik, dan Aki juga yang mengajarkan kepada Ana bahwa ayat Kauniyah (yang tersirat), jauh lebih banyak dari ayat yang tersurat, sehingga Ana selalu mencoba mentafakuri apapun yang ana lihat, ana dengar atau ana rasakan disetiap tempat dan waktu, begitukan Ki?” Jawab Maula.
Ki Bijak tersenyum, ia makin bangga dengan muridnya ini, lalu ia berkata pada Maula;
“Senantiasa bawa cermin kemana dan dimanapun kita berada..., ya Nak Mas harus senantiasa membawa cermin untuk berkaca agar Nak Mas bisa menjalani kehidupan ini dengan layak dihadapan Allah dan dimata manusia......” Kata Ki Bijak.
“Untuk apa Ki.....” Tanya Maula, ia belum memahami tamsil yang memang biasa digunakan gurunya untuk menjelaskan berbagai hal yang ia tanyakan.
“Untuk bercermin Nak Mas, kalau setiap kita akan keluar rumah atau kekantor, hampir setiap kita bercermin terlebih dahulu untuk memastikan bahwa rambut kita sudah tersisir rapih, apakah baju kita sudah rapih, apakah wajah kita sudah rapih, apalagi para akhwat, mereka memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk berdandan dan memastikan penampilannya rapih dan indah......” Kata Ki Bijak.
“Lalu cermin yang aki maksud diatas, bukan cermin yang dialmari atau ditoilet itu khan ki?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, cermin yang aki maksud adalah cermin yang mampu menunjukan dengan benar dan jujur apakah kita sudah pantas atau belum dihadapan Allah dan dimata manusia....” Kata Ki Bijak lagi.
“Cermin ajaib, Ki.....?” Tanya Maula.
“Juah lebih hebat dan lebih sempurna dari cermin ajaib seperti dalam dongeng-dongeng pengantar tidur, cermin yang aki maksud adalah al qur’an, Nak....” Kata Ki Bijak.
“Al Qur’an Ki...? Tanya Maula keheranan.
“Ya, Nak Mas, Al qur’an adalah sebuah cermin yang paling sempurna untuk kita berkaca apakah kita sudah layak dihadapan Allah dan dimata manusia lain......”
“Kalau kita demikian khawatir dengan penampilan fisik dan lahiriah kita, yang karenannya kita harus senantiasa bercermin untuk memastikan bahwa penampilan kita baik, seharusnya kita jauh lebih khawatir dengan penampilan bathiniah kita, hati kita, perilaku kita, tutur kata kita, dan hal-hal yang tidak bisa terlihat ketika kita berkaca pada cermin biasa....” Kata Ki Bijak lagi.
“Dengan bercermin pada al qur’an, maka kondisi bathiniah kita akan terlihat dengan jelas disana, bagaimana kondisi keimanan kita, bagaimana kondisi kesabaran kita, bagaimana kondisi ketaqwaan dan ketaatan kita kepada Allah swt, pun dengan al quran kita bisa melihat bagaimana kondisi hati kita, sehat atau sakit, kitapun bisa mengukur apakah tutur kata kita sudah benar atau salah, apakah perilaku kita lurus atau menyimpang, karena al qur’an adalah cermin yang paling benar dan paling jujur yang mampu memberikan informasi kepada kita apakah kita sudah layak dihadapan Allah dan dimata manusia.....” Kata Ki Bijak.
“Ketika kita yang mengaku sebagai orang yang beriman, maka dihadapkan pengakuan kita itu pada al qur’an, apakah benar kita sudah benar-benar beriman? Karena al qur’an memberikan informasi dengan jelas apa saja syarat seorang mukmin dan siapa saja mereka, dan kita akan menemukan jawaban yang pasti benar dari al qur’an, apakah kita orang munafik atau orang beriman.....”
“Ketika kita mengaku sebagai orang yang sabar, bertanyalah pada al qur’an, apa saja syarat kesabaran dan siapa sajakah mereka? Dan kita pasti akan menemukan apakah kita sudah pantaskah kita disebut sebagai orang sabar atau justru sebaliknya....”
“Ketika kita mengaku sebagai seorang muttaqin, berkacalah pada al qur’an, apakah kita sudah pantas menyandang gelar sebagai seorang muttaqin? Disana, didalam al qur’an terinci dengan jelas siapa saja mutaqqin itu? Sudah pantaskan kita menyandangnya?”
“Ketika kita mengaku sebagai orang yang taat melaksanakan perintah agama, berkacalah kepada al qur’an, apakah ketaatan kita adalah ketaatan yang benar atau ketaatan yang dibuat-buat dan dibumbui unsur kepentingan duniawi kita? Al qur’an dengan gamblang menyatakan siapa saja mereka yang taat dan siapa saja mereka yang dikategorikan sebagai pembangkang agama....”
“Ketika kita hendak atau telah melakukan perbuatan yang menurut kita benar, pastikan lagi dengan al qur’an, karena kita sering terjebak dengan penilaian subjektif dan cenderung membenarkan perbuatan kita secara sepihak....”
“Ketika kita hendak atau telah mengatakan sesuatu yang menurut kita bijak dan benar, sandingkan dengan al qur’an, siapa saja mereka yang terbaik perkataanya, karena lagi, kita cenderung memiliki penilaian yang tidak adil, bahkan terhadap diri kita sendiri sekalipun......”
“Dalam hal apapun, sebelum kita melakukan apapun, sebelum kita mengklaim apapun, sebelum kita “tampil” dihadapan manusia, pastikan kita telah bercermin pada al qur’an terlebih dulu, apakah kita memang sudah patut atau masih banyak coreng-moreng diwajah (hati) kita?”
“Ketika kita sudah bisa memastikan bahwa penampilan kita sudah baik dan layak menurut al qur’an, insya Allah kita akan nampak anggun dan berwibawa dimata manusia lain, pun kita akan layak dihadapan Allah swt..”
“Sekarang ini kan banyak orang yang sudah merasa “paling”, paling pintar, paling taat,paling benar, paling suci, paling bijak, tapi selama “paling”nya itu bukan menurut al qur’an, itu masih patut dipertanyakan........” Kata Ki Bijak
“Ya, Ki, ana mengerti sekarang, selain harus memastikan penampilan fisik yang cantik dan rupawan dengan bercermin, kita pun dituntut untuk menampilkan citra diri kita dihadapan Allah dan dimata manusia dengan senantiasa bercermin pada Al qur’an.............” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Masih ada yang Nak Mas mau tanyakan?” Tanyanya.
“Masih banyak ki, tapi sekarang ana mau menyelesaikan tugas ana dulu, insya Allah ana kesini lagi.......” Kata Maula
“Silahkan Nak Mas, pintuk pondok aki selalu terbuka untuk Nak Mas....”Jawab Ki Bijak.
Terima kasih, Ki.......”, kata Maula sambil berpamitan kepada gurunya.
Wassalam
July 04, 2007
“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuhu..........” balas Ki Bijak.
“Ki, bagaimana agar kita bisa mengukur apakah perilaku kita sudah “layak” dihadapan Allah dan ditengah-tengah orang lain?” Tanya Maula.
“Nak Maula, Aki bangga dengan Nak Mas yang selalu saja ingin tahu tentang berbagai hal, sebelum Aki menjawab pertanyaan Nak Mas, boleh Aki tahu bagaimana Nak Mas belajar menemukan hal-hal baru setiap harinya?” Tanya Ki Bijak.
“Seperti yang Aki ajarkan kepada Ana, bahwa kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari apapun disekeliling kita, karena tidaklah Allah menciptakan sesuatu melainkan disana ada ibrah yang bisa kita petik, dan Aki juga yang mengajarkan kepada Ana bahwa ayat Kauniyah (yang tersirat), jauh lebih banyak dari ayat yang tersurat, sehingga Ana selalu mencoba mentafakuri apapun yang ana lihat, ana dengar atau ana rasakan disetiap tempat dan waktu, begitukan Ki?” Jawab Maula.
Ki Bijak tersenyum, ia makin bangga dengan muridnya ini, lalu ia berkata pada Maula;
“Senantiasa bawa cermin kemana dan dimanapun kita berada..., ya Nak Mas harus senantiasa membawa cermin untuk berkaca agar Nak Mas bisa menjalani kehidupan ini dengan layak dihadapan Allah dan dimata manusia......” Kata Ki Bijak.
“Untuk apa Ki.....” Tanya Maula, ia belum memahami tamsil yang memang biasa digunakan gurunya untuk menjelaskan berbagai hal yang ia tanyakan.
“Untuk bercermin Nak Mas, kalau setiap kita akan keluar rumah atau kekantor, hampir setiap kita bercermin terlebih dahulu untuk memastikan bahwa rambut kita sudah tersisir rapih, apakah baju kita sudah rapih, apakah wajah kita sudah rapih, apalagi para akhwat, mereka memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk berdandan dan memastikan penampilannya rapih dan indah......” Kata Ki Bijak.
“Lalu cermin yang aki maksud diatas, bukan cermin yang dialmari atau ditoilet itu khan ki?” Tanya Maula.
“Benar Nak Mas, cermin yang aki maksud adalah cermin yang mampu menunjukan dengan benar dan jujur apakah kita sudah pantas atau belum dihadapan Allah dan dimata manusia....” Kata Ki Bijak lagi.
“Cermin ajaib, Ki.....?” Tanya Maula.
“Juah lebih hebat dan lebih sempurna dari cermin ajaib seperti dalam dongeng-dongeng pengantar tidur, cermin yang aki maksud adalah al qur’an, Nak....” Kata Ki Bijak.
“Al Qur’an Ki...? Tanya Maula keheranan.
“Ya, Nak Mas, Al qur’an adalah sebuah cermin yang paling sempurna untuk kita berkaca apakah kita sudah layak dihadapan Allah dan dimata manusia lain......”
“Kalau kita demikian khawatir dengan penampilan fisik dan lahiriah kita, yang karenannya kita harus senantiasa bercermin untuk memastikan bahwa penampilan kita baik, seharusnya kita jauh lebih khawatir dengan penampilan bathiniah kita, hati kita, perilaku kita, tutur kata kita, dan hal-hal yang tidak bisa terlihat ketika kita berkaca pada cermin biasa....” Kata Ki Bijak lagi.
“Dengan bercermin pada al qur’an, maka kondisi bathiniah kita akan terlihat dengan jelas disana, bagaimana kondisi keimanan kita, bagaimana kondisi kesabaran kita, bagaimana kondisi ketaqwaan dan ketaatan kita kepada Allah swt, pun dengan al quran kita bisa melihat bagaimana kondisi hati kita, sehat atau sakit, kitapun bisa mengukur apakah tutur kata kita sudah benar atau salah, apakah perilaku kita lurus atau menyimpang, karena al qur’an adalah cermin yang paling benar dan paling jujur yang mampu memberikan informasi kepada kita apakah kita sudah layak dihadapan Allah dan dimata manusia.....” Kata Ki Bijak.
“Ketika kita yang mengaku sebagai orang yang beriman, maka dihadapkan pengakuan kita itu pada al qur’an, apakah benar kita sudah benar-benar beriman? Karena al qur’an memberikan informasi dengan jelas apa saja syarat seorang mukmin dan siapa saja mereka, dan kita akan menemukan jawaban yang pasti benar dari al qur’an, apakah kita orang munafik atau orang beriman.....”
“Ketika kita mengaku sebagai orang yang sabar, bertanyalah pada al qur’an, apa saja syarat kesabaran dan siapa sajakah mereka? Dan kita pasti akan menemukan apakah kita sudah pantaskah kita disebut sebagai orang sabar atau justru sebaliknya....”
“Ketika kita mengaku sebagai seorang muttaqin, berkacalah pada al qur’an, apakah kita sudah pantas menyandang gelar sebagai seorang muttaqin? Disana, didalam al qur’an terinci dengan jelas siapa saja mutaqqin itu? Sudah pantaskan kita menyandangnya?”
“Ketika kita mengaku sebagai orang yang taat melaksanakan perintah agama, berkacalah kepada al qur’an, apakah ketaatan kita adalah ketaatan yang benar atau ketaatan yang dibuat-buat dan dibumbui unsur kepentingan duniawi kita? Al qur’an dengan gamblang menyatakan siapa saja mereka yang taat dan siapa saja mereka yang dikategorikan sebagai pembangkang agama....”
“Ketika kita hendak atau telah melakukan perbuatan yang menurut kita benar, pastikan lagi dengan al qur’an, karena kita sering terjebak dengan penilaian subjektif dan cenderung membenarkan perbuatan kita secara sepihak....”
“Ketika kita hendak atau telah mengatakan sesuatu yang menurut kita bijak dan benar, sandingkan dengan al qur’an, siapa saja mereka yang terbaik perkataanya, karena lagi, kita cenderung memiliki penilaian yang tidak adil, bahkan terhadap diri kita sendiri sekalipun......”
“Dalam hal apapun, sebelum kita melakukan apapun, sebelum kita mengklaim apapun, sebelum kita “tampil” dihadapan manusia, pastikan kita telah bercermin pada al qur’an terlebih dulu, apakah kita memang sudah patut atau masih banyak coreng-moreng diwajah (hati) kita?”
“Ketika kita sudah bisa memastikan bahwa penampilan kita sudah baik dan layak menurut al qur’an, insya Allah kita akan nampak anggun dan berwibawa dimata manusia lain, pun kita akan layak dihadapan Allah swt..”
“Sekarang ini kan banyak orang yang sudah merasa “paling”, paling pintar, paling taat,paling benar, paling suci, paling bijak, tapi selama “paling”nya itu bukan menurut al qur’an, itu masih patut dipertanyakan........” Kata Ki Bijak
“Ya, Ki, ana mengerti sekarang, selain harus memastikan penampilan fisik yang cantik dan rupawan dengan bercermin, kita pun dituntut untuk menampilkan citra diri kita dihadapan Allah dan dimata manusia dengan senantiasa bercermin pada Al qur’an.............” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Masih ada yang Nak Mas mau tanyakan?” Tanyanya.
“Masih banyak ki, tapi sekarang ana mau menyelesaikan tugas ana dulu, insya Allah ana kesini lagi.......” Kata Maula
“Silahkan Nak Mas, pintuk pondok aki selalu terbuka untuk Nak Mas....”Jawab Ki Bijak.
Terima kasih, Ki.......”, kata Maula sambil berpamitan kepada gurunya.
Wassalam
July 04, 2007
No comments:
Post a Comment