“Assalamu’alaikum........” Sapa Maula
“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuhu..........” balas Ki Bijak
“Ki, dari mana kita bisa memulai belajar untuk shalat dengan khusyu....? Tanya Maula.
“Shalat khusyu, Nak Mas...? Tanya Ki Bijak.
“Iya Ki, ana masih sering merasa bahwa shalat ana belum bisa khusyu, kadang pada saat shalat, ana justru masih teringat dengan pekerjaan, atau tiba-tiba teringat dengan sesuatu yang hilang atau teringat dengan sesuatu yang tadinya lupa, pokoknya banyak deh ki.............” Kata Maula.
“Khusyu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan, karena khusyu adalah masalah hati, jika kita melihat orang yang gerakan shalatnya bagus, bacaannya fasih, belum tentu dengan hatinya, tapi setidaknya gerakan yang sempurna dan bacaan yang fasih membantu kita untuk mengurangi hal-hal lain diluar shalat.....”Kata Ki Bijak.
“Nak Mas, untuk belajar untuk bisa shalat khusyu, mungkin kita bisa memulainya dengan hal kecil dulu, yaitu shalat tepat waktu..........” Kata Ki Bijak.
“Shalat tepat waktu ki.....?” Tanya Maula.
“Ya Nak Mas, usahakan selalu lima atau sepuluh menit sebelum waktu shalat tiba, kita sudah bersiap, mengambil air wudhu, shalat sunnah tahiyatul masjid dan duduk i’tikaf menunggu waktu shalat tiba, sambil berusaha mengumpulkan segenap konsentrasi dan kesadaran kita bahwa kita sebentar lagi akan berhadapan dengan Dzat yang Maha Sempurna, cobalah usahakan untuk melupakan sejenak berbagai hal yang tidak berkaitan dengan shalat, lupakan pekerjaan, lupakan masalah, lupakan keinginan selain keinginan dan kerinduan terhadap Allah, kemudian shalat qabliyah dua rakaat sebagai releksasi sebelum kita masuk ke shalat wajibnya.........” Kata Ki Bijak.
“Kenapa kita harus demikian ki.....? Tanya Maula.
“Akan sangat sulit bagi kita untuk bisa shalat dengan khusyu’ manakala kita datangnya terlambat, kita terburu-buru, nafas kita masih tersenggal, konsentrasi kita belum penuh,kemudian kita langsung takbir untuk mengejar ketinggalan waktu shalat kita.......” Kata Maula.
“Tapi dengan kita sudah berada dimasjid lima menit lebih awal misalnya, insya Allah kita akan terkondisi dengan suasana masjid dan konsentrasi kita pun bisa lebih tenang, dan diharapkan dari ketenagan hati dan pikiran itulah akan lahir kekhusuan dalam shalat kita............” Kata Ki Bijak.
“Yang masih banyak terjadi sekarang justru sebaliknya, kita seolah sudah terbiasa atau membiasakan diri untuk shalat diakhir waktu, padahal jam penunjuk waktu banyak terdapat dikiri kanan kita, kita masih sering pura-pura tidak tahu atau tidak melihat kearah jam itu, kita justru lebih asyik browsing, baca bacaan yang sama sekali tidak bermanfaat, lihat gambar yang tidak senonoh,dan berbagai hal lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebaikan kita.....” Kata Ki Bijak.
“Nak Mas harus ingat, bahwa otak kita merekam setiap apa yang dilihat, didengar atau dirasa oleh indera kita, semakin banyak bacaan vulgar yang kita baca, maka semakin banyak memori vulgar yang tersimpan diotak kita, semakin sering gambar cabul yang kita lihat, semakin sesak otak kita dipenuhi oleh pikiran kotor, semakin sering ,semakin banyak pula space dalam otak kita yang terpakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.....” Kata
“Dalam kondisi tertentu, memori tentang hal yang jelek yang sedemikian banyak, akan mengalahkan memori kita tentang hal yang baik, semakin sering kita mendengar perkataan dusta dan sia-sia, semakin sering kita membaca bacaan yang tidak berguna, maka kecenderungan kita terhadap hal-hal kita pasti akan lebih besar............”
“Nak Mas bisa merasakan sendiri, manakala Nak Mas habis nonton bola misalnya, mau-tidak mau, bayangan pertandingan bola itu akan terekan oleh otak kita dan sangat mungkin terbawa hingga waktu shalat kita......” Kata Ki Bijak.
“Iya Ki, ana sering mengalami hal itu....” Kata Maula.
“Untuk itu, biasakan kita punya sedikit waktu lebih sebelum kita shalat, tujuannya ya itu tadi, untuk memulihkan konsentarsi kita dan memusatkan pikiran kita terhadap Allah semata.......” Kata Ki Bijak.
“Lalu hal “kecil” lain yang mungkin bisa membantu kita shalat khusyu adalah kita mengerti apa yang kita baca, surat Al Fatihah misalnya, jika kita memahami bahwa ketika kita membaca fatihah, Allah mendengar dan menjawab setiap apa yang kita baca.....”
“Nak Mas masih ingat sebuah hadist qudsi yang diriwayatkan dalam shahih Muslim, bahwa Abu Hurairah berkata;
Bacalah surah al-Fatihah itu secara sirran (sekurang-kurang didengar oleh diri sendiri), sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Ta‘ala berfirman: “Aku bagikan sembahyang (al-fatihah) antara Aku dan hambaKu separuh-separuh, dan bagi hambaKu meminta apa saja.
Apabila seorang hamba berkata: (segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam)”,
Allah Ta‘ala berfirman: (hambaKu bersyukur dan memujiKu)”;
Apabila berkata: (yang amat pemurah lagi amat mengasihani)”,
Allah Ta‘ala berfirman: (hambaKu memujiKu)”;
Apabila berkata: (yang menguasai pemerintahan hari pembalasan (hari akhirat)”,
Allah Ta‘ala berfirman: (hambaKu mengagungkan Aku) dan sesekali (Allah) berfirman: “ (hambaKu pasrah padaKu)”;
Apabila berkata: (engkau sajalah (ya Allah) yang kami sembah, dan kepada engkaulah saja kami memohon pertolongan)”,
Allah Ta‘ala berfirman: (Ini antaraKu dengan hambaKu dan bagi hambaKu meminta apa sahaja)”;
Apabila berkata: (Tunjukilah kami jalan yang lurus, iaitu jalan orang-orang yang engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat)”,
Allah Ta‘ala berfirman: “ (Ini bagi hambaKu dan bagi hambaKu meminta apa sahaja.”
“Iya Ki, ana sering merinding bila mendengar hadits itu....” Kata Maula.
“Kenapa Nak Mas...? Tanya Ki Bijak.
“Iya, Ki, ketika kita menyadari bahwa saat kita membaca Al fatihah, Allah swt menjawab secara langsung pujian dan permohonan kita, sungguh sesuatu yang sangat luar biasa ki...., hanya itu tadi kesadaran itu belum setiap saat bisa datang kala ana shalat ki......” Kata Maula.
“Coba Nak Mas ingat-ingat lagi, saat kapan saja kesadaran tentang kehadiran Allah pada ssat shalat kita itu datang, kemudian Nak Mas latih terus menerus kondisi tersebut, sehingga Nak Mas bisa setiap saat menyadari kehadiran Allah dan kesadaran bahwa saat kita shalat, saat itulah kita tengah berdiri dihadapan Dzat yang bisa melakukan apapun terhadap kita sesuai dengan yang dikehendaki-Nya......” Kata Ki Bijak.
“Aki benar ki, kesadaran itu lebih sering datang ketika ana mempersiapkannya, ana bersiap-siap untuk shalat, saat shalat ana bukan hanya sekedar sisa tenaga sehabis ana kerja, sisa konsentrasi setelah ana berangan-angan, jadi kuncinya persiapan dan kesiapan kita untuk masuk shalat ya ki.....” Kata Maula.
“Benar Nak Mas, persiapan yang baik adalah 80% dari shalat itu sendiri, mulai dari wudlu yang sempurna, kehadiran hati kita, sempurnanya konsentrasi kita dan kesiapan fisik dan bathiniah lainnya yang baik, akan menuntun kita untuk bisa shalat dengan khusyu.....” Kata Ki Bijak.
Maula menggangguk, ia berjanji didalam hati, bahwa ia akan senantiasa berusaha untuk mempersiapkan diri menjelang waktu shalat tiba...
Wassalam
July 20, 2007
Friday, July 20, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment