Tuesday, September 18, 2007

BUAH RAMADHAN

“Ki, ana sering dengar ungkapan-ungkapan “jangan marah, lagi puasa”, “jangan bohong, khan lagi puasa”, “jangan begitu, kita kan puasa”, “matanya jangan jelalatan, lagi puasa”, “nggak boleh ngomongin orang, lagi puasa”, dan ungkapan sejenis, seolah-olah diluar bulan puasa kita “boleh” melakukan hal-hal diatas..........” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, aki pun sering dengar ungkapan semacam itu, dan itu tidak sepenuhnya salah, hanya kurang dimaknai secara benar oleh sebagian kita......” Kata Ki Bijak.

“Maksudnya ki........?” Tanya Maula.

“Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan latihan dan pendidikan bagi jasmani dan rohani kita, dan berhasil tidaknya pendidikan dan latihan yang kita lakukan, bukan hanya diukur saat kita melaksanakan latihan itu saja, tapi barometer nyata bagi keberhasilan tarbiyah kita adalah sejauh mana efek pelatihan itu nampak diluar ramadhan...........”Kata Ki Bijak.

“Misalnya ki............?” Kata Maula.

“Misalnya begini Nak Mas, selama puasa kita dilatih untuk menahan diri dari rasa haus dan lapar, kita mesti menahan keinginan dan hasrat kita untuk memakan makanan dan minuman yang halal sekalipun, kita juga harus menahan keinginan kita terhadap istri dan suami kita yang sah sekalipun.............,

“Idealnya, kalau kita mampu menahan diri dari makanan yang halal, mampu menahan diri dari istri dan suami kita yang sah dan halal, kita harusnya lebih mampu menahan diri dari makanan dan minuman yang diharamkan Allah, kita juga idealnya mampu menahan diri dari perbuatan yang dilarang Allah selepas kita mengikuti training ramadhan...........” Kata Ki Bijak.

“Misalnya lagi, kalau selama ramadhan kita dilatih untuk tidak ngomongin orang, dilarang ghibah, diluar ramadhan, keberhasilan pendidikan kita diuji, apakah kita bisa melakukan hal-hal yang telah kita dapat selama pendidikan ramadhan....”

“Misalnya lagi, kita sering dengar kita mesti sabar dan jangan mudah marah karena kita tengah puasa, tapi berhasil tidaknya latihan kesabaran kita adalah kemampuan kita untuk berlaku sabar dan menjaga amarah selepas ramadhan.....”

“Contohnya lagi, kalau selama ramadhan kita mampu menjaga pandangan mata kita dari hal-hal yang diharamkan Allah, bukan berarti setelah ramadhan mata kita bebas memandang hal-hal yang diharamkan Allah.........”

“Misalnya lagi, kita menjadi rajin kemasjid untuk tarawehan, alhamdulillah, tapi ukuran “keberhasilan” kemasjid kita adalah apakah shubuhnya juga kita kemasjid, apakah juga setelah ramadhan kita juga melakukan hal yang sama sebagaimana aktivitas kita selama ramadhan......”

“Kalau kita mampu menahan diri selama puasa, itu belum merupakan gambaran ideal tidaknya puasa kita, karena saat itu hampir semua orang melakukan hal yang sama dengan kita.......,

“Seperti halnya para siswa yang tengah menempuh pendidikan, baik tidaknya siswa itu bersikap dan menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya, tidak sebatas bagaimana mereka bersikap diruang kelas, tapi juga bagaimana perilaku mereka diluar kelas, setelah “kebebasan kita” tidak lagi dibatasi oleh ruang dan guru yang mengawasinya secara penuh.....”

“Pun demikian halnya dengan pelatihan ramadhan kita, ketika kita sedang berada “diruang kelas ramadhan”, kita dibatasi oleh kondisi dan lingkungan yang membatasi ruang gerak dan bicara kita, mau marah-marah, malu lagi puasa, mau “jajan” warungnya pada tutup karena puasa, jadi sekali lagi, indikatornya adalah bagaimana kita berperilaku pasca ramadhan, harus mencerminkan apa yang kita dapat selama pendidikan “ruang kelas ramadhan ...” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, ana jadi kepikiran dengan berita-berita diTV ki........”Kata Maula

“Ada berita apa memangnya Nak Mas........?” Tanya Ki Bijak.

“Itu lho ki, hampir setiap menjelang dan selama ramadhan, aparat penegak hukum kita ramai-ramai merazia minumam keras, merazia tempat-tempat hiburan malam, merazia para pekerja malam, kok aneh ya ki, kenapa hal itu hanya dilakuan menjelang dan selama ramadhan saja, padahal kan itu bisa dilakukan setiap saat ki...............” Kata Maula.

“Itulah kondisi masyarakat dan aparat kita sekarang ini Nak Mas, kita cenderung reaktif dalam menghadapi permasalahan, kita ini bangsa “kagetan”, sehingga dalam amar ma’ruf sekalipun kita masih pilih-pilih waktu dan tempat, kalau bukan ramadhan, seolah semuanya boleh, kalau tempatnya milik konglomerat, seolah semuanya boleh, hal inilah yang menurut hemat aki menjadikan penegakan amr makruf kita masih berjalan ditempat..............” Kata Ki Bijak.

“Ki, apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi seperti ini ki........?” Tanya Maula.

“Aki berharap bahwa antum semua, Nak Mas, dan santri-santri lain bisa mengambil hikmah dan pelajaran selama bulan suci ini, agar kita semua menjadi manusia yang bertaqwa....,

“Sekali lagi bulan ini adalah bulan tarbiyah, ibaratnya kita tengah menanam pohon, kita harus benar-benar menjaga “pohon dan tanaman ramadhan” kita dengan keimanan dan keikhlasan, disirami dengan penuh rasa sabar dan syukur, sehingga kita insya Allah bisa memetik buahnya selepas ramadhan kelak, dan setelah ramadhan kita “berbuah” manis, sebarkan buah itu kepada orang-orang disekeliling kita agar mereka turut menikmati manisnya buah yang Allah titipkan kepada kita untuk mereka..........”Kata Ki Bijak.

“Kalau ramadhan kita sendiri belum benar, buah yang kita hasilkan pun mungkin asam rasanya, dan kita pasti maklum kalau orang lain akan enggan menerima apa yang kita sampaikan, kalau buah yang kita bawa itu asam atau busuk berbau......” Kata Ki Bijak.

“Oh ya Nak Mas, bagaimana kondisi jamaah tarawih kita setelah lima hari ini.......”Tanya Ki Bijak.

“Alhamdulillah ki, masih cukup banyak, meski tidak sepadat dihari pertama dan kedua ki........” Kata Maula.

“Jangan terpengaruh ya Nak Mas, tetap istiqomah untuk menghidupkan malam-malam ramadhan ini dengan penuh keikhlasan, justru inilah ladang kita untuk mengajak dan mengingatkan jamaah lain bahwa ramadhan bukan hanya dua atau tiga hari saja, tapi sebulan penuh............”Kata Ki Bijak.

“Insya Allah ki..........” Kata Maula mengakhiri diskusi hari itu.

Wassalam

September 18, 2007

No comments:

Post a Comment