Friday, September 21, 2007

NIKMATNYA JAMUAN RAMADHAN

“Assalamu’alikum...........” Salam Maula kepada Ki Bijak yang tengah beristirahat sejenak setelah tadarus al qur’an.

“Walaikumusalam warahmatullahiwabarakatuh........, Nak Mas, silahkan duduk Nak Mas........” Jawab Ki Bijak sambil mempersilahkan Maula duduk.

“Ki, sewaktu berangkat tadi, ana ketemu seseorang diperempatan tol itu, saat ana hendak membeli tissue, ia nampak asyik dengan rokoknya, tanpa rasa risih sama sekali, ia tampak tidak peduli bahwa ini bulan ramadhan..........” Kata Maula.

“Masya Allah, innalillahi wa inna ilaihi roji’un...........” Kata Ki Bijak.

“Ki, kenapa masih banyak orang (islam) yang tidak puasa ya ki.........?” Tanya Maula.

“Puasa memang hanya untuk orang-orang khusus saja Nak Mas.....” Kata Ki Bijak.

“Puasa hanya untuk orang khusus saja ki.....?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan ayat 183 surat al baqarah sekali lagi;

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

“Perintah puasa, diawali dengan seruan “Hai orang-orang yang beriman”, bukan dengan “Hai manusia” atau “hai orang-orang Islam”, melainkan orang-orang beriman, disinilah letak keistimewaan perintah puasa, selain hanya satu ayat itu saja yang memerintahkannya, puasa juga diperuntukan bagi orang-orang yang memiliki iman saja, karena puasa tanpa keimanan, adalah sesuatu yang sangat-sangat memberatkan..........” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, ana baru engeh kalau perintah puasa itu hanya terdapat dalam satu ayat dan hanya untuk orang beriman saja........” Kata Maula.

“Maka dari itulah kita mestinya lebih banyak bersyukur karena telah dipilih oleh Allah, insya Allah, termasuk kedalam golongan orang-orang yang “berhak” melaksanakan puasa ramadhan.....”Kata Ki Bijak.

“Ki, bukankah puasa itu kewajiban ki.....” Kata Maula.

“Benar, puasa adalah kewajiban yang disyari’atkan, sekaligus “hak” bagi setiap orang yang mengaku beriman, karena seperti Nak Mas tadi katakan, tidak semua orang diberi “hak” untuk menunaikannya, seperti contoh orang yang Nak Mas temukan, dengan tidak bermaksud mendahului kehendak Allah, mungkin orang yang Nak Mas temukan tadi tidak diberi “hak” oleh Allah dengan cara menipiskan keimanannya sehingga ia merasa berat untuk berpuasa, ada juga orang yang dicabut “haknya” dengan memalingkannya dari cahaya ramadhan yang demikian indah terpancar, sehingga mereka yang dicabut haknya, tidak dapat merasakan nikmat puasa ramadhan........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, selain orang tadi, ana juga sering bertemu dengan mereka yang secara fisik gagah dan sehat, tubuhnya kekar, dan tampak sangat kuat untuk “sekedar” menahan lapar dan haus barang empat belas atau lima belas jam untuk berpuasa, tapi nyatanya mereka tetap tidak berpuasa....”Kata Maula.

“Sebaliknya, ada banyak orang yang kondisi fisiknya jauh dari kata gagah, tubuhnya sudah renta, badannya pun kurus, tapi dengan dilandasi keimanan yang kuat, ia tetap diberi “hak” oleh Allah untuk bisa melaksanakan puasa ramadhan sebulan penuh........”Kata Ki Bijak.

“Ki, adakah ciri-ciri mereka yang mendapatkan “fasilitas atau hak untuk bisa menunaikan puasa” dari Allah atau sebaliknya............” Tanya Maula.

“Sangat sulit untuk membedakannya Nak Mas, tapi setidaknya ketika kita dikaruniai Allah pemahaman yang benar tentang agama pada umumnya, atau hikmah dan keutamaan ramadhan secara khusus, saat itu bisa kita maknai bahwa kita diamanati oleh Allah untuk menjalankannya secara sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar paham secara teoritis, tapi benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan kita, termasuk melaksanakan shaum ramadhan ini….”

“Selanjutnya mungkin kita bisa sebut Nikmat umur yang Allah berikan kepada kita sehingga kita masih berkesempatan untuk bisa menunaikan shaum ramadhan ini, betapa banyak orang yang sangat merindukan untuk datangnya ramadhan dan betapa ingin mereka ingin beribadah dibulan penuh berkah ini, tapi hampir setiap tahun kita menemukan banyak contoh mereka yang tidak sempat menikmati jamuan ramadhan karena dipanggil kembali keharibaan Allah……..”

“Lalu nikmat sehat dan waktu luang, sehingga dengan sehat kita, kita bisa beribadah shaum secara maksimal, betapa banyak mereka yang ingin beribadah dibulan suci ini, tapi terkendala oleh kondisi sakitnya, meski sakit tidak selamanya berarti kejelekan, namun nikmat sehat adalah sesuatu yang harus benar-benar kita optimalkan sebagai sarana dari Allah untuk kita…….”

“Selain sehat, waktu luang juga merupakan sarana dari Alla untuk dapat kita maksimalkan, karena berapa banyak mereka yang sehat, namun “harus” membatalkan puasanya karena kesibukan yang sangat, yang membuatnya tidak bisa melaksanakan ibadah puasa……”

“Untuk itu berhati-hatilah ketika kita tidak memiliki pemahaman agama yang benar, karena boleh jadi kita tengah dipalingkan dari jalan yang benar, atau ketika kita terlalu sibuk dengan urusan dunia kita, dengan bisnis kita, karena kesibukan yang melalaikan kita dari Allah, bukan merupakan sebuah nikmat, tapi justru sebuah “cobaan” yang sangat berat bagi kita……..”Kata Ki Bijak.

“Ki, boleh tidak kalau ana mengatakan bahwa orang yang berpuasa adalah “tamu” Allah ki……..” Tanya Maula.

“Memang demikian adanya Nak Mas, bulan ramadhan adalah bulan jamuan Allah bagi mereka yang beriman, kita diundang untuk menikmati berbagai fasilitas yang Allah sediakan untuk kita, Allah menyambut para tamunya dengan rahmat diawal ramadhan, kemudian Allah menyiapkan fasilitas ampunan dipertengahannya, serta jaminan pembebasan dari neraka diakhirnya bagi tamu-tamu-Nya, selain Allah juga memberikan jaminan keindahan surga bagi mereka yang datang dan memasuki ramadhan sesuai dengan tatacara dan aturan protokoler yang telah ditetapkan oleh Sang Pengundang, salah satunya adalah kita datang dan berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan……..”Kata Ki Bijak.

“Kalau demikian besar jamuan yang Allah persiapkan untuk kita, kenapa masih banyak yang tidak mau datang memenuhi undang Allah dibulan ini ki…..” Tanya Maula.

“Kalau ditanyakan kepada setiap orang, pasti jawabannya akan sangat beragam, tapi menurut Aki, setidaknya ada dua kelompok besar mereka yang tidak mau datang, pertama adalah mereka sombong, kedua mereka yang tidak atau belum tahu siapa yang mengundang…….”Kata Ki Bijak.

“Mereka yang sombong dan mereka yang tidak mengenal siapa yang mengundang ki……” Tanya Maula.

“Ya Nak Mas, mereka yang sombong adalah kelompok yang tahu betapa berharganya nilai jamuan ramadhan, tapi mereka tetap enggan untuk datang memenuhinya…….” Kata Ki Bijak.

“Kedua, mereka yang enggan datang memenuhi undangan jamuan ramadhan adalah mereka yang tidak tahu siapa yang mengundangnya…”,

“Sebagai misal, kalau kita mendapat undangan dari seseorang yang sangat dihormati, tentu kita pun merasa dihormati dengan undangan yang kita terima, kemudian kita akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat memenuhi undangan itu, lain halnya kalau kita menerima undangan, sementara kita sendiri tidak mengenal siapa orang yang mengundang kita, tentu kita akan segan untuk datang,

“Seandainya setiap orang tahu bahwa ramadhan adalah undangan yang disampaikan oleh Dzat yang Maha segalanya, dengan cara apapun insya Allah kita akan berusaha untuk memenuhinya, panas tak jadi halangan, hujan bukan rintangan, lapar dijadikan tantangan, haus hanya sekedar godaan, tapi ya itu tadi, hanya sebagian orang saja yang tahu siapa yang mengundang kita untuk menikmati jamuan ramadhan ini……..”Kata Ki Bijak lagi

“Iya ki, semoga kita termasuk orang yang tawadlu dan mengenal Allah dengan baik ya ki, sehingga kita bisa memenuhi undangan Allah dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan………”Kata Maula.

“Insya Allah, amiiin………….” Timpal Ki Bijak.

Wassalam

September 19, 2007

No comments:

Post a Comment