Friday, September 14, 2007

SAATNYA LOMBA DIMULAI

“Nak Mas, kemarin tarawihan dimana, kok Aki nggak lihat.....?” Tanya Ki Bijak

“Ana taraweh diluar masjid ki, habis penuh sekali..................” Kata Maula

“Alhamdulillah, semoga kondisi ini bisa berlangsung seterusnya........” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kenapa hanya diawal ramadhan saja masjid sedemikian sesak, tapi setelah satu minggu, biasanya kondisi masjid ini kembali normal........”Kata Maula.

“Nak Mas masih ingat dengan diskusi kita kemarin, bahwa hidup kita adalah sebuah perlombaan..?” Tanya Ki Bijak.

“Ya Ki, ana masih ingat....” Kata Maula

“Ramadhan ini adalah sebuah miniatur dari perlombaan dalam kehidupan kita.......” Kata Ki Bijak

“Maksudnya ki...........” Tanya Maula.

“Nak Mas pernah melihat perlombaan marathon........” Tanya Ki Bijak

“Ya ki......” Kata Maula

“Ketika berada digaris start, semua peserta tampak sangat siap untuk mengikuti lomba yang diadakan, pada posisi itu belum nampak sama sekali siapa yang akan menjadi juaranya nanti, karena semua peserta, baik yang profesional, amatir atau sekedar peserta penggembira sekalipun, akan nampak seperti seperti atlet yang benar-benar siap mengikuti lomba tersebut......” Kata Ki Bijak.

“Lalu, ketika perlombaan sudah berjalan sepertiga dari jarak tempuh, maka akan mulai terseleksi siapa saja peserta penggembira, yaitu mereka yang sudah berhenti ditengah jalan dan tidak meneruskan lomba.....” Kata Ki Bijak lagi.

“Pada fase sepertiga kedua lomba, peserta amatir akan mulai keteteran untuk meneruskan lomba, dan biasanya hanya sampai pada fase ini saja keikutsertaan para peserta amatir.............”

“Sepertiga menjelang finish, mulai nampak siapa saja para atlet yang benar-benar profesional dalam mempersiapkan diri mengikuti lomba, bahkan biasanya dibeberapa ratus meter menjelang garis finish, para peserta profesional ini akan beradu sprint untuk menentukan siapa yang terbaik diantara mereka.....” Kata Ki Bijak.

“Benar ki, ana pernah mengikuti lomba lari 10K ketika disekolah dulu, dari seratusan orang peserta digaris start, hanya sekitar dua puluh orang saja yang sampai garis finish...........”Kata Maula.

“Ya, masih seperti itulah gambaran ramadhan kita selama ini Nak Mas, seperti Nak Mas alami kemarin, masjid penuh sesak oleh jamaah, baik jamaah yang memang reguler datang kemasjid kita ini, ada juga jamaah yang datang kesini untuk shalat Jum’at saja atau bahkan ada yang baru pertama kali datang kemasjid ini untuk tarawihan.....Alhamdulillah, Aki berharap momentum ini terus bertahan hingga kehari-hari berikutnya......”

“Tapi seperti halnya lomba lari yang aki gambarkan diatas, selama ini kita masih kerap menemukan ketika bulan ramadhan memasuki minggu kedua, peserta tarawih akan mengalami “kemajuan” yang sangat pesat, kalau kemarin Nak Mas tidak kebagian tempat, mungkin minggu depan kita bisa lesehan, karena para perserta “penggembira” akan mulai beransur mundur teratur.........”

“Memasuki minggu kedua ramadhan, insya Allah masjid ini masih akan terisi setidaknya sampai ruang utama ini, karena peserta “mingguan” biasanya masih bertahan hingga hari kelima belas atau dua puluh hari ramadhan............”

“Selebihnya, sepuluh terakhir ramdhan, akan mulai nampak siapa saja mereka yang benar-benar menikmati sajian ramadhan ini, dengan tetap istiqomah datang kemasjid demi menggapai ridha Allah swt.....”

“Bahkan mereka yang mengerti, justru akan semakin semangat dan intens untuk melaksakana ibadah, karena disana, disepuluh malam ramadhan terakhir, menurut sebagian besar pendapat, terdapat malam yang sangat dimuliakan,yang biasa kita kenal dengan sebutan Lailatul Qadr, mereka yang mengerti justru akan semakin sering banyak dimasjid untuk i’tikaf dan memperbanyak amal ibadah demi menggapai tangga juara diakhir ramadhan kelak............”

“Nak Mas perhatikan, ada kesamaan antara lomba marathon dan “lomba Ramadhan”, kedua-duanya merupakan seleksi terhadap seluruh peserta, kalau dalam lomba marathon setiap peserta diseleksi untuk menentukan juaranya, dalam perlombaan ramadhan, kita diseleksi untuk menentukan siapa yang terbaik amalnya, hingga berhak menguncapkan Minal ‘aidin wal fa idzin diakhir ramadhan nanti..............’ Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, kalau menjelang akhir ramadhan, justru mall dan pusat perbelanjaan yang ramai, sementara masjid kembali sepi, hanya jamaah yang biasa datang saja yang masih tersisa.....” Kata Maula.

“Itu khan sama persis dengan lomba marathon Nak Mas, peserta yang “gugur” dan “gagal” menyelesaikan lomba, biasanya kemudian berkumpul disekitaran garis start untuk mengikuti bazar yang biasanya disediakan panitia lomba, mereka tidak peduli kalau mereka tidak bisa memasuki garis finish, yang penting belanja pernak-pernik lomba, untuk kemudian dibangga-banggakan kepada rekan dan tetangganya bahwa ia pernah mengikuti lomba, mengenai ia tidak berhasil memasuki garis finish, mereka tidak akan pernah menghiraukannya.............” Kata Ki Bijak.

“Pun demikian dengan sebagian kita Nak Mas, ketika menjelang akhir ramadhan, kita lebih sibuk mempersiapkan diri menyambut Idul Fitri, kita sibuk membeli perlengkapan dan pakaian baru untuk kita kenakan pada saat shalat ied nanti, kita juga sibuk mengumpulkan oleh-oleh untuk dibawa pulang kampung, bahkan yang lebih ektrim, banyak diantara kita sampai membatalkan puasa kita demi bisa berbelanja pakaian dengan nyaman, kita tak peduli apakah puasa kita benar atau tidak, kita tidak khawatir puasa kita diterima atau tidak, kita tidak cemas kalau puasa kita batal atau tidak, yang penting kita bisa mengenakan pakaian baru di hari idul fitri, untuk kemudian berkeliling menyalami para sanak suadara dan tetangga sambil mengucapkan minal ‘aidzin wal fa idzin, tanpa berpikir apakah kita berhak tidak mendapat “predikat orang yang kembali” pada fitrah dan kesucian kita sebagai manusia............” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, pemandangan seperti itu terlihat jelas diramadhan kemarin, ketika seminggu menjelang lebaran, arus mudik sangat padat sampai didepan komplek ini, macet total, dan ana menyaksikan sendiri para pemudik itu dengan tanpa rasa malu, makan dan minum disiang bolong, alasannya karena panas dan macet, bahkan tingkahnya pun samasekali tidak mengacuhkan bahwa saat itu dibulan ramadhan.........” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, untuk itu, jangan heran, setelah kita diberi kesempatan berpuluh kali untuk dididik dibulan ramadhan, tapi bekas-bekas pelatihan dan pendidikan itu sama sekali belum menyentuh hati kita.........”

“Masih banyak yang harus kita benahi, dimulai dari diri kita dulu, dengan cara meningkatkan pemahaman dan kualitas ibadah kita, untuk kemudian kita tularkan kepada keluarga, syukur kalau kita bisa menjadi contoh dan teladan bagi orang lain....”Kata Ki Bijak.

“Iya Ki, semoga dari masjid ini kelak akan lahir para jamaah yang dapat menjadi contoh dan tauladan bagi keluarga dan lingkungannya........” Kata Maula

“Amiiiin, semoga ya Nak Mas..............” Kata Ki Bijak.

Wassalam

September 14, 2007

No comments:

Post a Comment