“Nak Mas ini photo siapa...?” Tanya Ki Bijak sambil menunjuk sebuah photo gadis kecil yang sedang berpose dengan seekor anak harimau.
“Ini Dinda Ki, ini photo ketika kami berlibur ke Taman Safari beberapa tahun lalu.....” Jawab Maula.
“Pinter sekali anak ini berpose......” Kata Ki Bijak.
“Iya ki, Dinda memang paling seneng kalau diphoto.....” Jawab Maula.
“Nak Mas...., Nak Mas melihat “sesuatu” dalam photo ini.....?” Tanya Ki Bijak
“Selain keindahan panorama alam pengunungan yang melatar belakangi photo ini, apa lagi ya ki......?” Kata Maula.
“Nak Mas perhatikan, bagaimana mungkin harimau yang kita kenal sebagai raja rimba, ganas dan gagah, bisa berada disamping seorang gadis kecil seperti Dinda....?” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, kenapa Dinda tidak merasa takut dengan harimau itu...?, bahkan ketika ana tanya, Dinda bilang harimaunya lucu...., harimau kok lucu ya ki....”Kata Maula.
“Nak Mas tahu kenapa Dinda tidak takut dengan harimau itu dan bahkan mengatakan harimau itu lucu...?” Tanya Ki Bijak.
“Apa ya ki....?” Tanya Maula sambil menggeleng.
“Jawabannya adalah karena harimau itu berada diluar hutan, diluar habitat aslinya......” Kata Ki Bijak.
“Seekor harimau, sekecil apapun dia, ketika harimau itu berada dihabitat aslinya, berada ditengah hutan, pasti akan memiliki “wibawa” yang sangat kuat, jangankan gadis kecil, seorang pria dewasa bersenjata pun akan berpikir sekian kali untuk mendekatinya, apalagi sampai mengganggunya.......” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, ketika harimau itu sudah berada dikebun binatang, ia seperti kehilangan nalurinya, ia seperti kehilangan jati dirinya, sehingga ia mau saja distir oleh pawangnya.....”Kata Maula.
“Nak Mas benar, seandainya harimau itu tahu kekuatannya, tahu bahwa dirinya memiliki kekuatan yang hebat, jangankan seorang pawang, empat atau lima orangpun belum tentu mampu mengendalikan harimau itu....,”Kata Ki Bijak
“Nak Mas pernah kepikiran tidak bagaimana kondisi umat kita sekarang ini......?” Tanya Ki Bijak.
“Iya ki, kadang ana suka kepikiran betapa kondisi umat islam sekarang ini, jauh sekali dari kata “hebat”, hampir disemua bidang dan lini kehidupan, umat islam lebih banyak menjadi penonton dari pada menjadi pelakon.., dibidang ekonomi, kita sepertinya mengalami “penjajahan”, dibidang politik, sosial dan budaya, kita tidak atau belum bisa menentukan jalan kehidupan kita sendiri ki....”Kata Maula
“Dan bahkan dalam kehidupan keberagamaan kitapun seakan kita tidak pernah bisa lepas dari campur tangan orang diluar islam, ada ustadz yang mengajak memerangi kemunkaran, dicap sebagai teroris, ada ajakan jihad, dicap teroris, ada madrasah yang mendidik santrinya untuk memahami al qur’an, malah dicurigai, kita sekarang ini seperti harimau diphoto itu, hanya manut saja apa kata orang......” Tambah Ki Bijak.
“Ki, apa yang salah dengan umat ini ki.....?” Tanya Maula.
“Merujuk firman Allah pada surat Ali Imran ayat 110 berikut;
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
“seharusnya kita adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, jika kenyataan sekarang kita menjadi umat yang “terbalik”, bukan ayat itu yang salah, tapi lebih pada kitanya Nak Mas.....” Kata Ki Bijak.
“Maksudnya Ki.......”Tanya Maula.
“Untuk mengalahkan harimau, orang tidak perlu secara langsung membunuhnya, tapi mereka lebih sering menggunakan cara yang lebih “halus”, yaitu dengan cara menggiring harimau-harimau tersebut menjauhi habitat aslinya, sehinga tanpa perlu kerja keras sekalipun, harimau-harimau yang sudah keluar dari habitatnya itu akan menderita, baik secara psikis maupun secara jasmani........,”
“Secara psikis, harimau itu akan kehilangan jati diri dan karakteristiknya, secara jasmani ia akan sangat bergantung pada siapa yang mengendalikan lingkungan itu, dan pada kondisi ini, harimau akan “mati” dengan sendirinya...........” Kata Ki Bijak.
“Begitupun dengan kondisi kita Nak Mas, diakui atau tidak, jujur atau tidak, kita telah “digiring” oleh sebuah skenario besar orang-orang diluar Islam untuk keluar dari jati diri kita sebagai umat terbaik, yaitu umat yang senantiasa menyebarkan dari Amar ma’ruf Nahi Munkar, kemudian aqidah dan keimanan kitapun telah dicermari dengan berbagai tuhan-tuhan lain selain Allah, ada tuhan yang bernama harta, kita juga dicecoki dengan tuhan yang bernama kemegahan dunia dan lainnya.........” Kata Ki Bijak.
“Adakah kondisi kita separah itu ki......? Tanya Maula.
“Aki sangat berharap pendapat Aki yang keliru Nak Mas, Aki berharap kondisi umat ini jauh lebih baik dari apa yang Aki lihat, tapi Aki tidak bisa menutup mata menyaksikan bagaimana umat ini digiring untuk keluar dari lingkungan yang islami, mereka digiring kedalam dunia gemerlap, mereka diarahkan menuju lingkungan materialis, mereka kemudian dipalingkan dari al qur’an, mereka dijauhkan dari masjid dan ulama, dan pada titik ini, akan sangat sulit bagi kita untuk membentuk umat yang mempunyai karakteristik dan ciri-ciri yang dikehendaki Allah untuk menjadi umat terbaik.......”Kata Ki Bijak.
“Sehingga kemudian kita menjadi umat yang sangat bergantung kepada umat lain, kita menjadi umat yang mendewakan materi, kita menjadi kehilangan karakteristik dan jati diri, dan ketika itu terjadi, kewibawaan kita sebagai umat menjadi demikian rendah dimata umat lain, persis seperti harimau yang menjadi bahan tertawaan, bahkan oleh seorang gadis kecil sekalipun......”Sambung Ki Bijak.
“Apa yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan dan kewibawaan umat ini ki.......?” Tanya Maula.
“Aki percaya bahwa sudah banyak kalangan cendekiawan dan alim ulama kita yang berupaya untuk mengembalikan citra umat islam sebagai umat terbaik, Aki hanya urun pendapat bahwa sebaik-baik cara untuk mengembalikan kita pada trek yang benar adalah dengan cara mengembalikan kita pada lingkungan alami kita, yaitu kembalikan umat ini pada Al qur’an, dekatkan umat ini pada alim ulama, tumbuhkan kembali kebutuhan dan kecintaan umat ini pada masjid, semai kembali bibit-bibit aqidah yang benar, serta tautkan umat ini dengan sunah-sunah nabinya,..........”Kata Ki Bijak.
“Insya Allah, dengan kita kembali kepada Al qur’an dan sunah, dengan kita kembali memfungsikan masjid sebagai mana rasulullah memakmurkannya, kita akan menemukan kembali ciri dan karakteristik kita sebagai umat terbaik, umat yang senantiasa menyeru pada kebenaran dan mencegah kemunkaran, umat yang hanya bertuhan pada satu Ilah yaitu Allah swt...............” Kata Ki Bijak lagi.
Maula menatap kembali photo ditangannya, ia memang menemukan “sesuatu yang aneh” ketika putri cantiknya bisa berphoto dengan harimau disampingnya.
“Mulailah dari putra-putri Nak Mas dulu, ajari dan didik mereka untuk tetap memegang erat al qur’an dan sunah, dan tanamkan mereka betapa mereka membutuhkan al qur’an dan sunah untuk menjadi seorang yang memiliki ciri dan karakteristik untuk menjadi muslim terbaik, syukur kalau kelak menjadi bagian dari umat terbaik seperti yang digambarkan Allah pada ayat diatas.........”Kata Ki Bijak.
“Doakan ana bisa mendidik pribadi ana untuk menjadi teladan bagi Dinda dan Ade ki.........” Kata Maula.
“Insya Allah Nak Mas...........”Kata Ki Bijak sambil pamitan.
Wassalam
September 24, 2007
Monday, September 24, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment