“Kenapa Nak Mas, kok nampak agak murung....?Tanya Ki Bijak pada Maula yang tengah bersandar didinding masjid.
“Tidak ada apa-apa ki, ana hanya sedang prihatin dengan gempa yang kemarin terjadi di Bengkulu.........” Kata Maula.
“Ada sanak saudara disana Nak Mas....?” Tanya Ki Bijak.
“Tidak ada Ki, tapi tetap saja kejadian gempa itu menguras keprihatinan banyak orang ki, termasuk ana........” Kata Maula.
“Nak Mas benar, kejadian gempa di Bengkulu kemarin memang mengundang banyak perhatian dan keprihatinan, apalagi kejadiannya pas diawal bulan Ramadhan seperti ini............” Kata Ki Bijak.
“Ana membayangkan bagaimana saudara-saudara kita disana mendapatkan sahur..? Bagaimana mereka keesokan harinya harus berpuasa, sementara mereka tinggal dipengungsian dengan kondisi yang serba terbatas seperti itu...........” Kata Maula sambil matanya menerawang.
“Ki, adakah Allah “marah” pada kita ki..........?” Tanya Maula.
“Wallahu’alam Nak Mas, tapi Aki lebih merasakan apa yang terjadi disana adalah sebuah “pesan” dari Allah dan bukan sebuah “kemarahan”, karena Allah sangat mencintai kita Nak Mas..........”Kata Ki Bijak.
“Pesan apa ki........?” Tanya Maula.
“Setiap kejadian, bisa kita maknai sebagai sebuah ‘pesan’ dari Allah, untuk mengingatkan kita bahwa semua kita pasti akan mati...............” Kata Ki Bijak.
“Tapi ki, haruskah pesan itu lewat bencana...?, bukankah didalam al qur’an Allah sudah dengan jelas menyatakan bahwa setiap yang berjiwa akan mati ki.....?” Tanya Maula.
“Benar, ayat yang termaktub dalam surat al anbiya ayat 35 itu benar adanya....”;
35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
“bahwa setiap jiwa akan mengalami kematian, tapi coba kita kilas balik kebelakang sekali lagi Nak Mas, betapa sering kita lupa dengan pesan Allah dalam ayat tadi, betapa sering kita lupa bahwa sebenarnya umur kita tidak lebih dari tujuh hari saja...........” Kata Ki Bijak.
“Umur kita hanya tujuh hari saja ki......?” Tanya Maula heran.
“Tidakkah kita menyadari bahwa tidak ada satu mahlukpun yang mempunyai hari lain selain tujuh hari yang telah ditetapkan Allah....?” Kata Ki Bijak
“Jika tidak hari senin, mungkin selasa kita akan meninggal, kalau selasa masih hidup, mungkin Rabu kita akan dipanggil Allah, kalau Rabu kita masih diberi kesempatan, mungkin Kamis-nya kita akan berpulang kepada Allah, kalaupun Kamis kita masih bisa melihat matahari, mungkin Jum’at-nya mata kita akan terpejam selamanya, atau kalau jum’at kita masih berjumpa dengan rembulan, Sabtu-nya mungkin kita tidak lagi bersua malam, kalau Sabtu nafas kita masih berjalan lancar, mungkin Minggu adalah akhir dari hayat kita didunia ini, adakah manusia atau mahluk lain yang mempunyai hari lain selain hari itu untuk menghindar dari kematian...?” Kata Ki Bijak.
“Tidak ada ki.......” Kata Maula pelan.
“Pasti tidak akan ada..., Nah kita ini adalah mahluk pelupa, kita sering kali lupa bahwa hidup kita ini akan berakhir, baik dalam hitungan hari atau bahkan dalam hitungan jam, kita hanya punya 24 jam saja untuk hidup kita.........
“Sehingga dengan berbagai kejadian bencana seperti gempa bumi di Bengkulu kemarin, Allah mengingatkan kita lagi bahwa kalau kemarin lusa Aceh yang luluh lantak dihantam bencana, esok lusa tidak ada satupun yang dapat menjamin kita bisa lepas dari hal serupa, dimanapun kita....”,
“Kalau kemarin lusa Yogya hancur luluh dihantam gempa, mungkin besok lusa kita yang akan tertimpa, begitupun dengan berbagai bencana lainnya kita sering sekali lupa.............”
“Selang berapa waktu setelah Tsunami Aceh yang demikian dahsyat, kita masih dengan sombong merayakan tahun baru diatas keprihatinan saudara kita yang tengah ditimpa bencana.....”
“Selang berapa lama setelah Yogya hancur dan menguras air mata, segera saja kita lupa dengan semuanya, hanya karena demam piala dunia.........”
“Dan sekarang Bengkulu, setelah sebelumnya Situbondo, akankah kita kembali lupa bahwa umur kita hanya tujuh hari saja, bahwa waktu kita hanya 24 jam saja.....?” Kata Ki Bijak.
“Ki, demikian pendek jatah usia kita ya ki.........” Kata Maula.
“Sangat pendek Nak Mas, dengan semua kejadian itu, seharusnya kita tidak lagi menunda-nunda untuk berbuat kebaikan yang diridhai Allah, seharusnya segera kita bergegas bersujud mengakui kehambaan kita dihadapan Allah swt, seharusnya segera kita berlomba membersihkan diri dan harta kita dari hal yang subhat dan haram, karena sekali lagi kita tidak tahu dihari apa kita akan mati..............” Kata Ki Bijak.
“Ki, kalau masih ada orang yang bilang shalatnya nanti saja, atau puasa di qada saja, atau pergi hajinya kalau tua saja, menurut aki bagaimana ki.....? Tanya Maula.
“Silahkan saja, Allah tidak akan rugi karena penundaan dan keengganan mereka untuk bersegera memenuhi perintah-Nya, silahkan saja mereka enggan shalat, kalau memang mereka bisa menghindar dari kedatangan malaikat maut yang pasti akan menjemputnya, silahkan saja mereka berpura-pura puasa dengan membohongi orang lain, kalau memang mereka bisa menemukan tempat untuk bersembunyi dari penglihatan Allah...............” Kata Ki Bijak.
“Waah, mana ada manusia yang bisa menghindar dari maut atau bersembunyi dari Allah ki....?” Kata Maula.
“Jika kita menyadari bahwa kita tidak mampu menghindar dari maut atau bersembunyi dari Allah, akankah kita menyiakan-nyiakan umur kita yang hanya tujuh hari itu....?” Kata Ki Bijak.
“Mumpung sekarang bulan Ramdhan, mumpung kita masih diberi kesempatan untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya, ayo kita manfaatkan sisa-sisa hari kita untuk menggapai ridha Allah swt.............” Kata Ki Bijak lagi.
“Sempunakan shaum kita, bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar saja, tapi tingkatkan terus hingga kita benar-benar bisa mengendalikan nafsu kita........”
“Shalat nafilahnya juga diperbanyak, tadarusnya lebih rutin, dzikirnya lebih intens, singkatnya jadikan ramadhan ini seolah sebagai ramadhan terakhir kita, karena memang kita tidak tahu apakah kita akan sampai pada ramadhan berikutnya.........” Kata Ki Bijak lagi.
“Aki benar ki, seperti saudara kita yang menjadi korban di Bengkulu itu ya ki, tepat sehari mau memasuki ramadhan, justru mereka tidak sempat lagi menikmatinya, karena Allah berkehendak lain dengan “memanggil”nya.......” Kata Maula.
“Ya, Nak Mas seperti itu, dan hal serupa dapat terjadi pada siapapun, dimanapun, itulah kenapa kita harus melakukan ibadah terbaik kita hari ini..........’ Kata Ki Bijak.
“Ya ki, do’akan ana bisa menjalani dan menjadikan Ramadhan kali ini sebagai ramadhan terbaik ana ya ki.........” Kata Maula.
“Aki pun berharap demikian Nak Mas, semoga Allah membimbing dan memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa menjalani ramadhan ini penuh dengan ridha-Nya...........” Kata Ki Bijak lagi.
“Amiiiin..............”
Wassalam
September 13, 2007
Thursday, September 13, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment