Tuesday, March 27, 2007

12 RABI’UL AWAL

Karunia Allah rabbul izzati
Masa yang penuh dengan saksi
12 rabi’ul awali
Tahun Fiil 571 masehi

Kelahiran nabi yang akhir sendiri
Membawa wahyu ilahi
Diamanatkan pada semua insan
Pedoman hidup abadi

Mari kita peringati maulid nabi
Ambil tauladan tamsil
Sabar insyaf takwa dan rela
Dan berbhakti sampai mati

Sebuah syair yang biasa kami bawakan ketika menjelang tanggal 12 Rabi’ul awal, tanggal kelahiran baginda Rasul Muhammad Saw.

Syair itu sedemikian membekas dihati manakala penulis belum tahu kalau kemudian ada sebagian kalangan yang “memberikan wacana baru” tentang peringatan maulid nabi, karena ketika itu, kami hanya tahu bahwa peringatan maulid nabi mempunyai tujuan luhur dan mulia yakni untuk menghidupkan nilai-nilai akhlaqul karimah yang dicontohkan rasul, itu saja yang kami tahu ketika itu.

Sekarang, jauh setelah arus informasi berkembang sedemikian cepat, pernah suatu ketika penulis menemukan sebuah bacaan yang kira-kira isinya menyatakan bahwa peringatan maulid atau hari kelahiran adalah sesuatu yang masih absurb dan “debatable” karena tidak sesuai dengan tuntunan dan tidak pernah ada contohnya, wallahu’alam, yang jelas dan yang terpenting bagi kita, bagi penulis khususnya, contoh akhlaqul karimah yang demikian agung yang dicontohkan oleh sang pembawa pelita kebenaran harus tetap hidup ditengah-tengah kehidupan umatnya, entah dengan cara apapun, suri teladan yang baik nan sempurna itu harus kita wariskan kepada anak keturunan kita.

Dalam tataran ideal, menghidupkan dan meneladani peri kehidupan Rasul adalah sebuah keharusan dalam keseharian kita, dalam setiap detik kehidupan kita, dalam setiap tarikan nafas kita, tapi ketika itu belum mampu kita lakukan, setidaknya setahun sekali kita me-refresh lagi ajaran nan agung itu untuk tetap berada didada kita dan anak keturunan kita, itu saja.

Hari Senin, tanggal 12 Rabbi’ul awal tahun 571 Masehi, tahun yang ditandai dengan penyerangan Pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah untuk menghancurkan Baitullah, ditahun yang bersejarah itulah kemudian lahir seorang anak manusia yang dikemudian hari juga merupakan bagian terbesar dalam catatan dan perjalanan sejarah manusia itu sendiri, beliau adalah Muhammad Ibnu Abdullah bin Abdul Muthalib.

Allah mengabadikan momen bersejarah itu dalam surat Al Fiil;

1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu Telah bertindak terhadap tentara bergajah[1601]?
2. Bukankah dia Telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3. Dan dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. Lalu dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

[1601] yang dimaksud dengan tentara bergajah ialah tentara yang dipimpin oleh Abrahah Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka'bah. sebelum masuk ke kota Mekah tentara tersebut diserang burung-burung yang melemparinya dengan batu-batu kecil sehingga mereka musnah.


Fase kehidupan baginda Rasulullah selanjutnya sudah relatif banyak diketahui oleh sebagian besar kaum muslimin, Alhamdulillah, mulai masa kecilnya, remaja, menikah dan saat menjelang pengangkatan beliau sebagai seorang Rasul hingga akhir hayat beliau.

Keteladanan, merupakan sebuah catatan terpenting dalam perjalanan kehidupan beliau dan risalah yang dibawanya.

Sebuah catatan hasil penelitian oleh pakar peneliti non-muslim menyatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan Islam yang demikian pesat adalah faktor keteladan dari sang pembawa risalahnya, yaitu Nabi Muhammad Saw, selain juga isi ajaran dan kandungan al qur’an yang demikian agung dan menakjubkan.

Allah berfirman;

21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al ahzab:21)

Suri teladan inilah yang sekarang sedemikian langka dalam perkembangan Islam dewasa ini. Alim ulama yang mumpuni ilmunya, sangat banyak jumlah dan bilangannya, para ahli dibidangnya, ahli dibidang tafsir, ahli dibidang ilmu fiqh, ahli ilmu tatabahasa al qur’an, dan ahli dibidang-bidang lainnya, insya allah sekarang ini dan insya Allah kedepannya, kita tak akan kekurangan para cendekiawan muslim dan cerdik pandai.

Tapi ketika kita berbicara pada tataran Suri Tauladan, kita mesti berbesar hati untuk mengatakan bahwa kita kekurangan orang-orang dengan kualifikasi ini.

Dengan momentum 12 Rabbi’ul awal ini, mari kita kembali buka catatan keteladan Rasulullah untuk kita jadikan barometer dalam keseharian kita.

Rasullullah adalah ayah teladan bagi anak-anaknya
Rasulullah adalah suami teladan bagi istri-istrinya
Rasulullah adalah pemimpin teladan bagi umatnya
Rasulullah adalah guru teladan bagi murid-muridnya
Rasulullah adalah panglima perang teladan bagi tentaranya
Rasulullah adalah iman teladan bagi makmumnya
Rasulullah adalah pedagang teladan bagi kaumnya
Rasulullah adalah hamba teladan bagi pengikutnya
Rasulullah adalah teladan kesabaran bagi mereka yang dilanda kekurangan
Rasulullah adalah teladan kedermawanan bagi mereka yang berkecukupan
Rasulullah adalah teladan bagi para mubaligh
Rasulullah adalah teladan diatas segala teladan......

Sebuah teladan sempurna bagi siapapun yang meyakini adanya hari akhir dan bagi mereka yang mengharap rahmat dan ridha Allah Swt.

Ditengah lingkungan keluarga, selelah atau sesibuk apapun, beliau selalu punya waktu untuk anak dan istrinya. Banyak sekali keterangan bagaimana hangatnya Rasulullah ditengah keluarga, beliau biasa bercanda dan bermain dengan anak cucunya, beliau adalah figur ayah yang mampu memberikan rasa nyaman bagi anak dan istrinya, sehingga tak berlebihan kalau kemudian beliau berkata “Baiti Jannati – Rumah tanggaku adalah surga bagiku”.

Surga dalam rumah tangga hanya mungkin terbentuk ketika seorang suami atau seorang ayah mampu menjadi figur panutan yang bisa jadi teladan bagi anak istrinya. Beliau, Rasulullah adalah figur yang penuh kasih sayang, tapi juga tegas dalam menegakan prinsip yang benar, sehingga suatu ketika beliau berkata “ Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tanganya”. Sebuah teladan bagi siapapun yang ingin membentuk keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah.

Sejarah mencatat, beliaulah satu-satunya pemimpin yang dicintai oleh umatnya bahkan melebihi kecintaan umat terhadap diri dan keluarga mereka sendiri. Umat Nabi Muhammad demikian cinta kepada pemimpinya, sehingga apapun mampu dikorbankan untuk kejayaan risalah yang dibawanya.

Sangat wajar jika Rasul demikian dicintai oleh umatnya, karena beliaulah satu-satunya pemimpin yang senantiasa memikirkan keselamatan dan kemaslahatan umat, sehingga ketika malaikat maut hendak menjemput ruh-nya yang suci pun, yang terucap dari bibirnya adalah “Umati...umati...umati.....”.

Beliau rela harus menahan lapar, demi umatnya
Beliau rela harus bermandikan keringat dan darah demi umatnya
Beliau rela harus mengorbankan apapun demi umatnya

Demikian besar cinta dan kasih beliau yang dicurahkan pada umatnya, wajar kalau kemudian umatnya menyambut dan membalasnya dengan cinta yang demikian besar.

Konon lagi kalau kita berbicara bagaimana beliau menyampaikan risalah kebenaran yang diamanatkan kepadanya, sungguh jauh dari sikap kasar dan kekerasan.

Kebijaksanaan dan keteladan menjadi ciri pokok bagaimana rasul menyampaikan dakwahnya.

Ini yang kemudian sedikit meluntur dari sebagian kita. Semangat untuk mendakwah dan menyampaikan kebenaran kadang tidak diimbangi dengan keteladanan dan kebijaksanaan.

Sebagian kita kerap terjebak untuk mendakwahkan bahwa metode saya yang paling benar, bahwa syari’at golongan saya yang paling lurus, bahwa hanya kelompok saya yang ahli sunah, orang lain bid’ah semua, bahwa ilmu dan amaliah kelompok saya saja yang paling benar, dan lain sebagainya.

Apa yang terjadi ketika kita menyampaikan “kebenaran” hanya dengan ilmu semata, hanya dengan mengatakan bahwa saya lebih tahu, bahwa saya lebih baik, bahwa saya ustadz, bahwa saya ahli sunah, sementara kita lupa memberi contoh dan keteladanan?

Reaksi yang sangat keras atau bahkan pertentangan....

Ada banyak contoh kasus yang menggambarkan kondisi ini, ketika para cerdik pandai menyampaikan ilmu dan ajaran yang menurut mereka paling benar, tapi justru kemudian mendapat perlawanan yang sangat keras dari kaum yang diserunya.

Kata “Menurut mereka paling benar” inilah yang menjadi pokok pangkal perlawanan itu. Kadangkala kita memaksakan suatu pendapat kita terhadap orang lain tanpa terlebih dahulu mengetahui latar belakang dan kondisi orang tersebut, bahkan kadang kita secara dini sudah menjudge bahwa mereka salah, dan bukan mengajak mereka berdiolog dan memberi contoh cara dan ilmu yang benar jika apa yang kita katakan tentang mereka itu salah.

Jika pun ada saudara kita yang salah, bukan lantas kita malah berteriak keras, sehingga saudara kita yang mungkin diambang jurang bid’ah itu terkejut dan malah masuk jurang kehancuran.

Kalau kita benar mau meniru dakwah cara rasul, kebijaksanaan dan teladan itu yang harus kita utamakan. Al qur’an dan rasul menyuruh kita untuk berlaku adil, bahkan terhadap orang-orang yang kita benci sekalipun, konon lagi terhadap saudara kita yang masih mengucapkan “Laa ilaha ilallah Muhammdar rasulullah”.

Kalau ada bid’ah disana, adalah bijak kalau kita menjelaskan mana yang bid’ah dan mana yang seharusnya, ibarat kalau ada tikus dilumbung padi kitam bukan lumbung padi itu yang harus dibakar sehingga hangus semua padi didalamnya, bukan, tapi cari tikus itu dan biarkan padinya tetap bisa kita manfaatkan.

Mari jadikan momemtum 12 Rabbi’ul awal sebagai titik balik kita untuk meneladani perilaku Rasulullah.

Jika kita karyawan, jadilah karyawan teladan
Jika kita ustadz, jadilah ustadz teladan
Jika kita suami, jadilah suami teladan
Jika kita seorang dai, jadilah dai teladan
Sebagai apapun kita, kita harus jadi teladan, jadi trendsetter, dan satu-satunya yang harus kita jadikan contoh dan acuan kita adalah pribadi luhur dan akhlaqul karimah Baginda Rasulullah Saw, lain tidak.

Wassalam

Maret, 27, 2007

No comments:

Post a Comment