Wednesday, June 6, 2007

AJI MUMPUNG (YANG BENAR)

Aji mumpung, biasanya cenderung dinisbatkan untuk perbuatan-perbuatan yang kurang baik, seperti mumpung jadi pejabat, mumpung lagi tenar, mumpung lagi dipercaya orang kemudian kesempatan atau mumpung itu digunakan untuk hal-hal yang bertujuan untuk mengutungkan diri sendiri dan cenderung merugikan orang lain.

Mumpung jadi pejabat, sebagian mereka menggunakan wewenang dan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri dengan berbagai cara, menanda tangani proyek-proyek yang digelembungkan dananya, menanda tangani kebijakan dan perundang-undangan yang menguntungkan diri, kelompok dan golongannya, serta menggunakan berbagai fasilitas negara demi memenuhi kepentingan dan ambisi pribadinya.

Mumpung tenar, mumpung terkenal, mereka kemudian memanfaatkan ketenaran dan keterkenalannya untuk mempromosikan sesuatu yang kadang tidak masuk akal dan merusak tatanan sosial dan budaya masyarakat. Tak peduli sana sini keberatan, selama itu menghasilkan uang, mereka tak peduli pada apapun.

Dan masih banyak lain yang dikaitan dengan aji mumpung ini.

Kita pun sebenarnya bisa menggunakan aji mumpung ini, tapi dengan orientasi yang berbeda dari contoh diatas, yakni untuk menggapai ridha-Nya.

Mumpung kita masih diberi umur, mari kita gunakan sisa umur kita untuk bertanam kebajikan

Mumpung kita masih muda dan bertenaga, mari kita berjuang membela panji-panji agama

Mumpung kita masih berada, mari kita berderma

Mumpung kita lagi sehat, mari kita gunakan sehat kita dijalan yang sesuai dengan tuntunan agama dan syari’at

Atau dalam bahasa hadits; Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Gunakanlah lima sebelum tibanya lima iaitu gunakan masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sihatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa lapangmu sebelum masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu" (Riwayat Al-Hakim & Al-Baihaqi).

Dari lima “mumpung” diatas, ada tiga hal yang lebih dicintai dan lebih dibenci Allah, yaitu;

Kelompok pertama, yakni mereka yang lebih dicintai Allah;
Allah cinta kepada orang tua yang menghabiskan masa tuanya untuk beribadah, tapi Allah lebih cinta kepada pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk beribadah.

Kenapa? Kalau orang sudah uzur, memang demikianlah seharusnya, ia lebih memfokuskan diri pada hal-hal ukhrowi, tapi jika pemuda,yang tengah mengalami masa-masa pergolakan bathiah, ditengah belum stabilnya emosi, ditengah gejolak jiwa mudanya, kemudian ia mampu mengarahkan segenap semangat yang melingkupinya pada arah yang benar, yaitu beribadah, ia, jauh lebih dicintai Allah Swt dari orang tua yang taat beribadah.

Nah mumpung kita masih muda, insya Allah, mari kita gunakan “aji mumpung masih muda” untuk menjadi golongan yang dicintai Allah swt.

Allah cinta kepada orang kaya yang membelanjakan hartanya dijalan Allah,, tapi Allah lebih cinta kepada orang miskin yang membelanjakan hartanya dijalan Allah.

Kalau ada orang kaya yang rajin berzakat dan berinfak, memang itu hal yang seharusnya, tapi jika ada orang miskin yang membelanjakan hartanya dijalan Allah diatas kepentingan pribadi dan duniawinya, Allah sangat cinta pada orang-orang dalam kelompok ini.

Kalau ada orang kaya berinfak satu juta,sementara ia memiliki jutaan rupiah, tentu berbeda nilanya dengan sipapa yang berinfaq seratus ribu, sementara ia hanya memiliki uang dua ratus ribu, misalnya. Nilai pengorbanan dan keikhlasan inilah yang kemudian dihargai lebih oleh Allah swt.

Nah, mumpung kita masih belum kaya-kaya amat, kita masih sebagai pekerja, nyok kita memperbanyak infaq dan shadaqah kita, semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki nilai pengorbanan dan keikhlasan tinggi dimata Allah swt, amin.

Allah cinta kepada orang yang punya waktu luang, kemudian ia taat dan menghabiskan waktunya untuk beribadah, tapi Allah lebih cinta kepada orang sibuk.tapi tidak pernah lupa berdzikir kepada Allah.

Kalau mereka yang memiliki waktu luang kemudian ia menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah, memang mereka pantas mendapat cinta dari Allah swt, tapi Allah akan melebihkan nilai cinta-Nya kepada mereka yang senantiasa mengingat Allah dan tak melupakan ibadah dan pengabdiannya kepada Allah ditengah-tengah kesibukannya menjalankan kasab.

Nah, sekarang kan kita sibuk nih, sibuk closing lah, sibuk kerjaan harian lah, sibuk ini dan itu, kenapa kita tak gunakan aji mumpung kita sibuk, untuk mendapatkan nilai cinta yang lebih dari Allah swt?

Sebaliknya, kelompok kedua, adalah mereka yang dibenci Allah;

Allah benci pada pemuda yang suka menghabiskan waktunya untuk foya-foya, tapi Allah lebih benci kepada orang tua yang menghabiskan waktunya untuk hura-hura.

Kalau anak muda, ditengah deraan darah mudanya kadang belum bisa mengontrol stabilitas keimananya, memang wajar kalau Allah membencinya, tapi kalau ada manusia uzur yang masih gemar berjudi, rajin berzina, senang bermaksiat dan selalu nyekek botol, inilah kelompok yang lebih dibenci oleh Allah.

Nah, bagi mereka yang kepalanya sudah beruban, bagi mereka yang usianya sudah kepala enam, bagi mereka yang sudah bangkotan, mumpung ajal belum menjemput, mari menjauh dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengundang kebencian yang besar dari sisi Allah.

Allah benci pada orang kaya yang sombong, tapi Allah lebih benci kepada orang miskin yang sombong.

Kalau orang kaya sombong, mungkin dia meniru Qarun yang sombong karena kekayaan dan ilmunya, itupun Allah sudah demikian benci sehingga Allah menenggelamkan Qarun beserta harta yang dibanggakannya. Kalau orang miskin sombong? Meniru siapa? Lalu apa yang patut ia sombongkan?

Nah, bagi kita yang masih “miskin” ya mbok ya jangan sombong gitulah......

Allah benci pada sibuk yang lupa ibadah, tapi Allah lebih benci kepada orang punya waktu luang tapi malas beribadah.

Dengan alasan apapun, sibuklah, closing lah, kemudian kita menunda-nunda shalat kita, membatalkan puasa kita, lalai kita dalam berdzikir kepada Allah, Allah membenci golongan ini, tapi Allah jauh lebih benci kepada mereka yang memiliki waktu luang kemudian kita masih menunda-nunda shalatnya, membatalkan puasanya, dan menggampangkan perintah Allah.


Mumpung masih muda, mumpung masih sehat, mumpung masih kaya, mumpung masih lapang, mumpung masih hidup, aji mumpung inilah yang harus kita asah agar tetap mumpuni, sebagai sarana kita menghamba pada Allah swt.

Wassalam

Juni 06, 2007

No comments:

Post a Comment