“Assalamu’laikum warahmatullahi wabaratukatuhu.....Ki....” Maula menyapa Ki Bijak yang tengah beristirahat di saung bambunya selepas mencangkul kebon dibelakang pondok.
“Walaikumusalam, Nak Maula, mari sini Nak.....” Balas Ki Bijak ramah.
Selepas bersalaman dan saling menanyakan kondisi masing-masing, kedua orang guru dan murid itu terlibat percakapan yang lumayan serius.
“Ki, tadi pagi, dalam perjalanan menuju ketempat kerja, ana melihat dibelakang sebuah mobil colt pengangkut sayuran sebuah tulisan yang sangat menarik Ki, “Presiden Republik Merapi”, lengkap dengan gambar Mbah Maridjan disebelahnya”, Kata Maula menceritakan pengalaman yang ia dapat pagi tadi.
“Mbah Maridjan? Siapa dia Nak Mas?” Tanya Ki Bijak, belum tahu benar siapa itu Mbah Maridjan,karena memang beliau tidak terlalu tertarik dengan layar televisi.
“Itu lho, Ki, kuncen Gunung Merapi yang beberapa bulan kemarin tiba-tiba menjadi sangat populer karena penolakannya untuk turun gunung, ketika gunung merapi dinyatakan siaga satu, bahkan ketika dibujuk oleh Sri Sultan sekalipun, ia tetap enggan meninggalkan pondokannya dilereng merapi.....”, Kata Maula.
“Oh itu, maklum Nak, Aki jarang sekali nonton TV, ada apa dengan beliau Nak? Tanya Ki Bijak.
“Iya, menurut Aki, apa yang menyebabkan Mbah Maridjan demikian yakin bahwa keadaan gunung yang menurut banyak orang berbahaya itu, tidak akan mencelakakanya, sehingga ia berani mengambil resiko dan bersikukuh untuk tetap tinggal dilereng gunung itu, ya Ki?” Tanya Maula.
“Aki tidak tahu persis kenapa si Mbah itu bisa sedemikian yakin dengan pendiriannya, tapi menurut hemat Aki, salah satu alasan kenapa si Mbah itu demikian yakin adalah karena si Mbah benar-benar mengenal kondisi gunung merapi itu.......”Kata Ki Bijak.
“Setelah sekian lama menetap disana, si Mbah pastinya sudah paham betul karakteristik dan seluk beluk gunung tersebut, bahkan mungkin si Mbah juga punya banyak pengalaman mengenai gejala-gejala yang berkaitan dengan aktivitas gunung tersebut, yang sangat mungkin tidak diketahui oleh orang lain, bahkan tidak dapat terdeteksi oleh alat canggih sekalipun.........”Kata Ki Bijak lagi.
“Aki jadi kepikiran begini Nak Mas, seandainya pengetahuan dan pemahaman si Mbah tentang kondisi sekitarnya yang demikian baik itu, kemudian menimbulkan keyakinan yang sedemikian besar itu, dapat dimiliki oleh kita yang mengaku muslim,mungkin kondisi umat ini akan jauh lebih baik dari sekarang ya Nak......?” Kata Ki Bijak setengah berfilsafat.
“Maksud Aki?” Tanya Maula belum paham dengan arah pembicaraan Ki Bijak.
“Begini Nak Mas, seandainya kita, umat Islam ini tahu seluk beluk Islam dengan benar, insya Allah umat ini tidak akan mudah terpecah belah dan diadu domba oleh orang lain, seandainya kita, umat Islam ini mengetahui dengan benar dan pasti kebesaran Allah, tuhannya, niscaya kita tidak akan menjadi penghamba dunia dan nafsu, seandainya kita, uma Islam ini mengetahui dengan benar akhlaq dan keluhuran budi Nabinya, insya Allah tidak akan ada umat ini yang salah dalam mengambil figur untuk dicontoh dan diteladani........”Kata Ki Bijak.
“Terpecah belahnya umat islam kedalam kelompok-kelompok, golongan, sekte atau jamaah-jamaah tertentu, sangat mungkin dilandasi oleh kurangnya pemahaman sebagian mereka tentang islam secara utuh, sehingga sebagian mereka dengan mudah terbawa arus, kata teman aki, ada orang yang bahkan harus bergonta-ganti masuk dan keluar dari satu golongan kegolongan lain, entah apa alasannya, yang jelas menurut Aki, hal ini dimungkinkan si orang tadi hanya mengenal sebagian kecil islam saja, sehingga keyakinan dan pendiriannya tidak seperti si Mbah tadi, ia mudah goyah, bahkan oleh sekedar isu sekalipun.....”, kata Ki Bijak.
“Ketika ia baru mendapat sedikit tambahan pengetahuan, ia dengan mudah mengkalim bahwa aliran atau ajaran itu salah, pendapat dan alirannya yang benar, mohon maaf ya Nak mas, ini sekedar pandangan Aki yang kurang gaul ini....”, Kata Ki Bijak.
“Lalu kemudian, seandainya kita, umat Islam ini benar-benar mengenal Allah, mengetahui kebesaran Allah, mengetahui bahwa Allah yang menjamin rezeki dan kehidupannya, mengetahui bahwa tidak akan dzat lain yang mampu memberikan manfaat atau mudharat selain-Nya, maka insya Allah menurut Aki, kehidupan umat ini akan jauh lebih tenang dan tentram....” Kata Ki Bijak.
“Adanya sebagian orang (islam) yang korupsi, yang makan uang donasi untuk korban bencana, ada orang yang rakus akan kekuasaan, sikut kiri, sikut kanan, injak bawah, main curang, manipulasi, salah satu faktornya adalah sebagian kita tidak mengenal Allah dengan baik dan benar....., seandainya mereka seperti si Mbah presiden republik merapi tadi, Aki pikir, orang tidak akan takut lagi dengan kemiskinan yang mendorongnya untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang, tidak akan ada lagi orang yang haus kekuasaan, karena mereka tahu betul kemana akhir kehidupannya kelak, yaitu liang kubur....!! Kata Ki Bijak lagi.
“Lalu bagaimana kondisi umat yang tidak mengenal nabi Muhammad Saw dengan Baik Ki....” Tanya Maula.
“Nak Mas bisa temukan dengan mudah mereka yang salah dalam mengambil figur, ada banyak diantara umat kita yang mengambil figur artis-artis barat, berpakaian ala kadarnya, ketiaknya terlihat dari sana-sini, auratnya menebar birahi, kemudian Nak Mas juga bisa menemukan mereka yang selalu mengatasnamakan budaya, seni atau hak azasi manusia untuk menghalalkan cara-cara setan yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah dan syari’at......”, Kata Ki Bijak.
“Nak Mas juga bisa melihat betapa politisi kita semakin cenderung berkiblat kebarat, dikit-dikit amerika, dikit-dikit menurut kehidupan barat, padahal yang mereka anut kadang jauh bertentangan dengan nilai-nilai yang kita anut sebagai umat islam dan sebagai bangsa yang berbudaya......”, Kata Bijak.
“Teladan dan contoh apa yang kurang dalam diri Rasul?” Kata Ki Bijak setengah bertanya.
“Rasul adalah saudagar yang berhasil, dengan cara berdagang yang benar....”
“Rasul adalah seorang ayah yang penuh kasih sayang......”
“Rasul adalah seorang politisi handal yang tetap memegang teguh etika dan moral..”
“Rasul adalah seorang penguasa yang senantiasa bijak dan memimpin dengan azan keadilan dan kasih sayang...”
“Rasul adalah figur komplit untuk dijadikan teladan bagi siapapun, tapi ya itu tadi, sayangnya sebagian umat ini tidak mengenal beliau sebagaimana mestinya, sehingga masih banyak diantara kita yang terjebak dengan budaya hidup yang salah.....” Kata Aki lagi.
“Iya ya, ki, seorang Mbah Maridja-pun bisa memberikan banyak pelajaran bagi kita, jika kita mau sedikit saja berpikir......”, Kata Maula, ia sangat mengagumi gurunya yang bijak itu.
“Belajarlah Nak Mas, tidaklah Allah memberikan sesuatu melainkan disana ada banyak hikmah yang bisa kita petik....”, Nasehat Ki Bijak.
“Meski mungkin apa yang baru aki uraikan diatas akan terasa terlalu dipaksakan oleh sebagian orang, biarkan saja, selama niat kita untuk belajar, insya Allah kita tidak akan rugi, Nak......” kata Ki Bijak.
“Iya Ki.......” kata Maula.
Matahari sudah makin meninggi, guru dan murid itu kemudian membersihkan diri dipancuran untuk kemudian menyantap hidangan yang dibawa si Mbok dari pondokan.
Wassalam
June 29, 2007
No comments:
Post a Comment