Friday, June 22, 2007

JANGAN BIARKAN MASJIDMU KESEPIAN

17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.

18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud."

Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.
Karena itu Al-Quran sural Al-Jin (72): 18, misalnya,menegaskan bahwa, “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun”.
(Wawasan Al Qur’an*)
Sebuah pertanyaan mendasar ketika kita membaca uraian diatas adalah “ketika kita mengaku orang yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, ketika kita mengaku seorang hamba yang patuh, taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim, sudahkah kita memperlakukan masjid dengan benar?”
Puji syukur kehadlirat Allah swt yang telah memudahkan dan melapangkan umat islam untuk mendirikan masjid, sehingga dengan mudah kita menemukan masjid – masjid yang indah dan megah yang dibangun dengan dana puluhan atau bahkan ratusan juta, dibangun dengan gotong royong secara beramai-ramai oleh seluruh warga, lalu setelah masjid berdiri megah, apa yang harus kita perbuat dengan masjid itu?
Dalam banyak contoh, banyak sekali masjid yang dibangun dengan ramai-ramai dan gotong royong penuh semangat, justru menangis dan merana, karena mereka yang dulu telah membangunnya dengan susah payah, justru sekarang beramai-ramai pula meninggalkannya dan berpaling darinya.
Hingga masjid itu merana dan seakan masjid itu berkata;
Kalian yang mendirikan aku beramai-ramai, kalian pula yang meruntuhkanku dengan beramai-ramai kalian membiarkan aku kedinginan tanpa ada yang membaca al qur’an didalamnya,
kalian membiarkan aku kesunyian karena kalian telah enggan untuk menyebut nama Allah didalamnya, kalian sekarang lebih senang duduk didepan televisi untuk menyaksikan kebohongan, dari pada mengunjungiku untuk mendapatkan kebenaran,
kalian telah menjadikan aku laksana kuburan, sunyi senyap tak bertuan, kalian telah menjadikan aku hanya sebagai pajangan dan kebanggaan, tapi enggan memakmurkanku dengan pengajian, kalian telah pula mendustakan kebenaran firman Allah dalam al qur’an,
kalian lupa bahwa “memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian” Apakah masih layak bagi kalian yang meninggalkanku sendirian mengaku sebagai orang beriman?

Lalu kapan kita kemasjid?

Shalat shubuh kita masih ngantuk, sehingga shubuhnya berbarengan dengan waktu dhuha

Shalat dhuhur kita lagi sibuk pekerjaan, sehingga dhuhurnya menjelang ashar tiba

Shalat Ashar kita lagi tanggung dengan hobi kita, hingga Asharnya menjelang matahari terbenam

Shalat Maghrib tiba, kita masih dalam perjalanan,

Shalat Isya kita lelah dan ketiduran,

Lalu? Kapan donk kita masjidnya?

Alhamdulillah, ada yang masih kemasjid untuk shalat tahunan – idul fitri dan idul adha
Alhamdulillah ada yang masih kemasjid untuk shalat mingguan – Jum’atan saja..., Orang Islam kok kemasjidnya mingguan doang sih? Bukankah yang ketempat ibadahnya mingguan itu orang...........? Duh tak tega menyebutnya.

Lalu “kita sekarang lebih senang duduk didepan televisi untuk menyaksikan kebohongan”, Sinetron kita kan bohong boss!! masak ada orang yang sudah mati , kemudian hidup lagi, masak ada kuntilanak yang pake rok mini? Masak ada setan yang cengengesan, masak ada dukun yang bisa memberikan kekayaan, lha wong dukunnya aja masih miskin kok, masak ada orang hamil diluar nikah malah jadi tontonan, masak ada tuyul yang diiklankan, masak ada wanita yang demi uang rela berbotak ria kepalanya, masak ada ustadz yang kerjanya nangkepin jin dan setan, masak ada kejelekan orang dijadikan“jualan”, masak ada kyai yang melaksanakan sunnah malah jadi gunjingan, dan masih seabgreg lagi kebohongan dan kesesatan yang disajikan televisi ketika kita tidak bijak memilih dan memilahnya, dan celakanya kita lebih cenderung untuk menonton tv ketika adzan memanggil dari kiri kanan masjid kita.

Masih ingat dengan do’a “Allahuma anta salam, wa minka salam wa ilaika ya udhu salam, fahayi’na rabbaana bisalam, wa adhilna zannata darrusalam……”, ketika kita memohon kepada Allah “masukan kami kedalam surga darrusalam” sementara kita jarang atau bahkan tidak pernah kemasjid, sepertinya kita harus kembali menghayati sebuah hadits berikut ini;

"Siapa yang segera berangkat ke masjid dan kemudian (setelah shalat) keluar darinya, niscaya akan Allah sediakan baginya suatu tempat di syurga setiap kali dia berangkat dan keluar dari masjid." (HR Bukhari)

Subhanallah, ternyata tanpa terucap dari bibir kita sekalipun, Allah telah menyiapkan satu tempat disurga bagi mereka yang berangkat kemasjid, apalagi kalau kita baca do’a diatas, insya Allah akan diijabah oleh Allah, amiin.

Kata Pak Ustadz, kelak masjid-masjid yang kita masuki untuk menyebut asma-Nya dan mendirikan shalat didalamnya, bertafakur dan membaca al qur;an ditengah keteduhannya, mereka, masjid-masjid itu akan menjadi saksi dihadapan Rabbul izzati bahwa kita termasuk orang-orang mendirikan dan memakmurkan masjid, dan kita perlu itu, saat mana mulut kita tidak bisa berkata untuk memberikan kesaksian, dengan kebesaran Allah, kaki yang kita langkahkan kemasjid, akan menjadi saksi bagi kita, tangan kita yang terangkat untuk takbir mengagungkan asma-Nya, akan menjadi saksi dan pembenar apa yang kita perbuat selama didunia ini.

Semakin rajin kita langkahkan kaki kemasjid, semakin kuat pembelaan kaki ini untuk kita, semakin giat kita kemasjid, semakin berarti pembelaan tangan ini bagi kita, semakin kita memakmurkan masjid, semakin lapang tempat kita dialam keabadian nanti.

Dari itu, marilah kita bersama-sama memakmurkan masjid kita, agar ia tak menangis lagi....

Wassalam

June 08, 2007

No comments:

Post a Comment