“Assalamu’alaikum.....” terdengar suara uluk salam dari luar pintu gerbang.
“Walaikumusalam....................” Maula bergegas menuju arah suara diluar pagar rumahnya.
“Ki Bijak.....,masuk Ki......” Kata Maula manakala menemukan sosok guru yang sangat dihormatinya.
“Bagaimana keaadaanmu, Nak Mas?” Tanya Ki Bijak ramah.
“Alhamdulillah, Ki, Ana baik dan insya allah tetap dalam keimanan...,Aki juga sehat Ki? Jawab Maula, sekaligus menanyakan keadaan gurunya.
“Seperti yang Nak Mas lihat, Alhamdulillah, Aki sehat......”, Jawab Ki Bijak.
“Nak Mas, sekarang jarang pakai mobil lagi, ya.....” Tanya Ki Bijak memulai percakapan.
“Iya, Ki, mobilnya mogok, karena sudah lama tidak dipanasin, accu-nya jadi rusak, Ki......”Jawab Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Itu sebuah sunnatullah, Nak Mas, bukan hanya mobil, tubuh kita, tangan kita, kaki kita, pikiran kita, hati kita, ketika tidak difungsikan secara benar dan rutin, juga akan mengalami kerusakan, minimal mengalami gangguan fungsinya, sehingga tidak bisa bekerja secara maksimal lagi.......”Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana akibat yang mungkin ditimbulkannya, Ki? Tanya Maula.
“Tadi antum katakan bahwa mobil itu awalnya hanya accu-nya saja yang rusak, tapi coba lihat sekarang, mungkin hampir semuanya mengalami kerusakan, kemacetan atau korosi, begitukan? Tanya Ki Bijak.
“Iya, Ki, sekarang mungkin sudah parah rusaknya....”Jawab Maula.
“Pun dengan kita Nak Mas, ketika hati kita tidak pernah dipakai untuk berdzikir kepada Allah, untuk mengingat nikmat dan kebesaran-Nya, dalam waktu tertentu hati kita akan rusak atau berkarat........”Kata Ki Bijak.
“Nak Mas tahu apa akibatnya jika hati kita sudah rusak?” Tanya Ki Bijak.
Maula menggelengkan kepala tanda belum tahu.
“Nak Mas masih ingat dengan hadits berikut, “Ingatlah, bahwa dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Akan tetapi, bila ia rusak, akan rusak pula tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu bernama hati!”(Hr. Bukhari-Muslim)”, Kata Ki Bijak mengutip sebuah hadits.
“Walaikumusalam....................” Maula bergegas menuju arah suara diluar pagar rumahnya.
“Ki Bijak.....,masuk Ki......” Kata Maula manakala menemukan sosok guru yang sangat dihormatinya.
“Bagaimana keaadaanmu, Nak Mas?” Tanya Ki Bijak ramah.
“Alhamdulillah, Ki, Ana baik dan insya allah tetap dalam keimanan...,Aki juga sehat Ki? Jawab Maula, sekaligus menanyakan keadaan gurunya.
“Seperti yang Nak Mas lihat, Alhamdulillah, Aki sehat......”, Jawab Ki Bijak.
“Nak Mas, sekarang jarang pakai mobil lagi, ya.....” Tanya Ki Bijak memulai percakapan.
“Iya, Ki, mobilnya mogok, karena sudah lama tidak dipanasin, accu-nya jadi rusak, Ki......”Jawab Maula.
Ki Bijak tersenyum, “Itu sebuah sunnatullah, Nak Mas, bukan hanya mobil, tubuh kita, tangan kita, kaki kita, pikiran kita, hati kita, ketika tidak difungsikan secara benar dan rutin, juga akan mengalami kerusakan, minimal mengalami gangguan fungsinya, sehingga tidak bisa bekerja secara maksimal lagi.......”Kata Ki Bijak.
“Lalu bagaimana akibat yang mungkin ditimbulkannya, Ki? Tanya Maula.
“Tadi antum katakan bahwa mobil itu awalnya hanya accu-nya saja yang rusak, tapi coba lihat sekarang, mungkin hampir semuanya mengalami kerusakan, kemacetan atau korosi, begitukan? Tanya Ki Bijak.
“Iya, Ki, sekarang mungkin sudah parah rusaknya....”Jawab Maula.
“Pun dengan kita Nak Mas, ketika hati kita tidak pernah dipakai untuk berdzikir kepada Allah, untuk mengingat nikmat dan kebesaran-Nya, dalam waktu tertentu hati kita akan rusak atau berkarat........”Kata Ki Bijak.
“Nak Mas tahu apa akibatnya jika hati kita sudah rusak?” Tanya Ki Bijak.
Maula menggelengkan kepala tanda belum tahu.
“Nak Mas masih ingat dengan hadits berikut, “Ingatlah, bahwa dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Akan tetapi, bila ia rusak, akan rusak pula tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu bernama hati!”(Hr. Bukhari-Muslim)”, Kata Ki Bijak mengutip sebuah hadits.
“lebih jauh Imam Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat (qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).”
“Hati yang sehat, layaknya tubuh yang sehat, ia mampu berfungsi sebagai filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang jelek, ia mampu memilah dan memilih tindakan yang benar dan mana yang salah, ia juga akan mampu menangkap sinyal-sinyal ilahiyah, sehingga ia mampu mensyukuri setiap nikmat yang tercurah kepadanya dan dilain saat ia mampu bersikap sabar atas musibah yang diujikan kepadanya, itulah hati yang sehat, laksana cermin putih bersih, terbebas dari debu dan noda, sehingga ia mampu memantulkan keindahan ilahiyah dalam kehidupannya” Kata Ki Bijak.
“Sementara hati yang sakit adalah kebalikan dari hati yang sehat, ia tak mampu lagi untuk menyaring apakah ini benar atau salah, ia tidak mampu lagi memilah atau memilih mana yang baik dan buruk, ia juga tidak akan mampu menangkap sinyal-sinyal ilahiyah, sehingga ketika ia dilimpahi keleluasaan rezeki, waktu luang, harta dan pangkat dan jabatan, yang timbul adalah kesombongannya, sementara ketika ia diuji dengan sedikit ujian oleh Allah, ia menjadi orang yang mudah putus asa, ia laksana cermin kusam, sehingga tidak mampu menampilkan gambar dengan jernih, dan cenderung menyesatkan…..”Kata Ki Bijak lagi.
“Jika hati kita yang sakit ini kita biarkan, maka ia akan mati, akan merusak fungsi-fungsi yang lain, telinganya menjadi tidak lagi mampu mendengar kebenaran, bahkan ketika kumandang suara adzan bersahutan disekelilingnya pun, ia tak mendengarnya sama sekali, matanya tak mampu lagi melihat kebenaran, bahkan ketika dikiri kanannya fakir miskin dan anak terlantar menjerit kelaparan, ia tetap berlalu layaknya bangkai berjalan, kakinya seolah lumpuh tak mampu digerakan menuju majelis ilmu, tangannya tak bisa lagi terulur untuk memberi sedekah dan berderma, bahkan lidahnya pun kelu, tak mampu menyampaikan kebenaran, ia benar-benar sudah mati, meskipun jasadnya masih bisa berjalan, ia sudah mati sebelum mati itu tiba…..” Kata Ki Bijak.
Ki Bijak kemudian mengutip beberapa ayat yang berkaitan dengan hati;
46. Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(al Hajj:46)
9. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(As Sajdah:9)
23. Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.(Al Mulk:23)
“Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjaga agar hati kita tetap hidup dan sehat, Ki? Tanya Maula.
“Hidupkan hatimu dengan berdzikir, Nak!!” Kata Ki Bijak.
“Basahi lisanmu dengan kalamullah, tujukan pandanganmu pada kebesaran Allah, getarkan hatimu dengan senantiasa menyebut asma-Nya, dan penuhi hari-harimu dengan kesibukan untuk mensyukuri nikmat-Nya, Insya Allah hatimu akan sehat lestari…..”, Sambung Ki Bijak
“Nak Mas mau shalat isya dimasjid depan? Tanya Ki Bijak ketika kumandang adzan isya menyelingi percakapan mereka.
“Iya, Ki, kita kemasjid sama-sama…” Kata Maula.
Mereka,guru dan murid itu kemudian beranjak kemasjid untuk menunaikan shalat isya.
Wassalam
June 27, 2007
No comments:
Post a Comment