Monday, June 11, 2007

HARTA = BEBANMU

Ada hal menarik ketika menyaksikan rekan-rekan yang saling pindah tempat Jum’at kemarin, tidak jauh, hanya terpisah oleh satu atau dua meja saja, tapi tetap tak mengurangi kesibukan untuk pindahan kemarin.

Pindah tempat duduk adalah hal yang biasa atau bahkan sangat biasa, dan tidak ada yang menarik dari perpindahan itu kecuali dalam dua hal;

1.File – file, odner serta komputer yang dipindahkan paling banyak menyita tenaga, karena semua itu merupakan property yang menjadi teman kerja kita sekaligus menjadi tanggung jawab kita.
2.Dibalik tumpukan file diatas meja kita dan dibawah tumpukan odner dikolong meja, ternyata banyak sekali terdapat debu dan kotoran yang sebelumnya tidak terlihat.

Lalu dimana sisi menariknya?

File, order dan komputer adalah analogi harta benda kita, bisa motor, bisa mobil, bisa rumah, bisa tabungan dan lain sebagainya. Sementara perpindahan lokasi tempat duduk kita analogikan saja sebagai “perpindahan” kita dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.

Lalu? Teman yang paling banyak memiliki file dan order adalah orang yang paling sibuk kemarin, sampai keringetan segala, lalu bagaimana dengan tumpukan harta kita, ketika kita akan berpindah tempat dari dunia kealam akhirat?

Semakin banyak tumpukan uang kita, semakin banyak deposito kita, semakin luas tanah dan sawah kita, semakin berjejer motor dan mobil kita, insya Allah kita akan semakin sibuk untuk mempertanggungjawabkan semuanya dihadapan Allah swt kelak.

Pertanyaan pertama; dari mana hartamu?
Pertanyaan kedua; bagaimana engkau membelanjakannya?

Pertanyaan pertama terkait dengan bagaimana kita mengumpulkan harta, dengan cara halalkah, subhat atau bahkan dengan cara-cara yang menyimpang dari tuntunan yang syari’at yang benar.

Benar cara kita dalam mendapatkan harta, insya Allah kita selamat dari ancaman yang diancamkan pada mereka yang memperoleh harta secara bathil;yakni azab dan kebinasaan.

Sebaliknya, ketika harta yang kita kumpulkan banyak yang diperoleh secara subhat atau bahkan haram, maka sesungguhnya kita telah mengumpulkan bahan bakar untuk api nerka yang kelak akan membakar kita, naudzubullah.

Yang kedua, kalaupun kita telah selamat dari pertanyaan pertama, kita akan dihadapkan pada pertanyaan bagaimana kita membelanjakan harta yang Allah titipkan dalam penguasaan kita;

Disana ada hak fakir miskin, disana ada hak anak yatim; dan masih banyak hak para asnaf yang harus ditunaikan.

Benar kita dalam membelanjakan harta, selamat kita dari ancaman azab Allah yang sangat pedih, sebaliknya, ketika kita lalai memenuhi amanat harta yang dititipkan pada kita, maka harta itu akan dikalung dileher kita yang akan membuat kita terhuyung karena beratnya.

Perjalanan diakhirat kelak adalah perjalanan yang sangat panjang, teramat sangat panjang, dan kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi sepanjang perjalanan nanti. Cara paling bijak bagi adalah bagaimana kita membekali diri kita untuk perjalanan panjang nanti, tanpa menjadikan bekal itu sebagai beban yang berat yang harus kita pikul.

Harta adalah beban yang sangat berat yang harus kita pikul dan kita pertanggung jawabkan nanti, maka dari itu milikilah harta dengan cara yang benar, dan nafkahkan secara benar pula, agar harta kita tidak menjadi beban kita kelak.

Hal menarik yang kedua adalah bahwa dibalik tumpukan file dan odner tadi, ternyata banyak tersimpan debu dan kotoran yang tidak terlihat selama ini. Harta yang kita kumpulkan sangat boleh jadi menyerupai tumpukan file dan odner yang “menutupi” debu dosa dan maksiat kita.

Lalai dalam zakat, adalah debu yang tak terlihat, sementara dalam jangka waktu yang panjang debu-debu itu hanya berakumulasi dan pada gilirannya akan berimbas pada kotornya hati dan diri kita.

Maka rajin-rajinlah membersihkan tumpukan harta kita dengan cara berzakat dan bersedekah, agar harta kita tidak rusak dan binasa.

Sekali lagi yang harus kita ingat, bahwa hartaadalah ujian bagi kita;

28. Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.(Al anfal:28)

Maka selayaknyalah kita berhati-hati menghadapi ujian dengan nama “harta”ini, agar kita tidak celaka karenanya.

Wassalam;

June, 11, 2007

No comments:

Post a Comment