Thursday, June 28, 2007

MENABUNG NIAT


“Assalamu’alaikum, Ki.......”,Salam Maula pada gurunya yang sedang duduk tafakur selepas shalat shubuh.

“Walaikumusalam, Nak Maula, silahkan Nak.......”Balas Ki Bijak.

“Ki, pagi ini ana sedang bahagia sekaligus sedih, ki.......”, Maula memulai pembicaraan.

“Kenapa Nak, sedang bahagia tapi sedih..?”Tanya Ki Bijak sedikit heran.

“Ana bahagia Ki, karena pagi tadi ana mengantar salah seorang rekan jamaah yang hendak melaksanakan umrah bersama kedua orang tua dan mertuanya, ana senang sekali menyaksikan seorang anak bisa berbhakti dan membalas budi orang tuanya dengan cara itu Ki.....”, Kata Maula

“Lalu apa yang membuat Nak Maula sedih....? Tanya Ki Bijak.

“Ana sedih karena impian ana untuk bisa berhaji beserta istri dan kedua orang tua, sekarang ini seakan makin jauh, Ki......., itu yang membuat ana sedih..”, Kata Maula.

“Nak Maula ingin pergi haji beserta keluarga seperti rekan Nak Maula itu?” Tanya Ki Bijak.

“Iya, Ki, ingin sekali......”Kata Maula.

“Menabunglah dari sekarang Nak, insya Allah suatu saat cita-cita mulia Nak Mas akan tercapai dengan izin Allah......” Kata Ki Bijak.

“Ki, saat ini penghasilan ana masih pas-pasan untuk keperluan hidup kami sehari-hari, Ki, jadi ana belum bisa menabung, Ki......”, Kata Maula

Ki Bijak tersenyum “Tetap menabung, Nak Mas.....”, Kata Ki Bijak.

“Jika saat sekarang Nak Mas belum bisa menabung uang sekarang, maka Nak Mas mulai dari sekarang menabung Niat, itu yang pertama.....”, Kata Ki Bijak.

“Ya, Nak Mas, mulai sekarang tabung dan pupuk terus keinginan luhur Nak Mas untuk bisa menunaikan ibadah haji beserta keluarga, jangan pernah bosan, jangan pernah jemu apalagi putus asa, meski Nak Mas tidak tahu kapan tabungan niat Nak Mas itu akan terlaksana, ingat, seorang yang mengaku beriman, tidak boleh berputus asa.....” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas, menabung niat tak kalah pentingnya dengan menabung uang untuk berangkat haji, Nak Mas bisa melihat betapa banyak mereka yang memiliki tabungan uang jutaan rupiah, deposito yang banyak, rumahnya bertingkat, sawahnya luas, bahkan memiliki perusahaan segala, tapi tidak atau belum berangkat haji hingga sekarang, Kenapa? Itu karena sebagian mereka lupa menabung dan menata niat, mereka hanya mengumpulkan uang saja, tapi lupa menabung niat......”, Kata Ki Bijak.

“Nah, kondisi Nak Mas sekang terbalik, Nak Mas tidak punya uang untuk ditabung, maka yang mungkin Nak Mas tabung adalah Niat yang suci, lilahita’alla, Insya Allah, entah bagaimana caranya, ketika Allah menghendaki Innama amruhuu idza arrada kulla sai’un kun fayakun.., niat Nak Mas akan terlaksana......” Kata Ki Bijak lagi.

Semoga ya Ki.........”, Kata Maula pendek.

“Tabungan kedua yang harus Nak Mas lakukan dari sekarang adalah menabung Ilmu, ya, menabung ilmu apa itu haji, tata caranya, hal mana yang wajib dan sunnahnya, serta yang terpenting, Nak Mas bisa belajar dari sekarang hakekat haji itu sendiri.......”, Kata Ki Bijak lagi.

“Maksud hakekat haji itu apa ya ki....? Tanya Maula

“Nak Mas tahu, betapa banyak negeri ini memiliki orang yang bergelar haji, bahkan ada yang dua,tiga kali mereka berangkat ketanah suci, tapi kadang perilaku mereka masih jauh dari apa yang dituju dari ibadah haji itu sendiri............” Kata Ki Bijak.

“Mereka belum tahu kenapa mereka harus berthawaf, sebagian mereka juga belum mengerti kenapa harus lempar jumrah, dan banyak dari jamaah haji yang bahkan samasekali tidak mengerti rukun dan syaratnya, mereka berangkat hanya karena kelebihan uang, karena gengsi, takut dibilangin orang kaya kok tak berangkat haji, atau karena dapat undian naik haji, atau karena dapat jatah dari kantor, sehingga ketika mereka pulang haji, yang dibawa bukan sifat tawadlu, bukan sifat rendah hati, bukan sifat berserah diri, melainkan sebagian mereka justru terjebak dalam sifat sombong, Nih gue dong sudah haji, serta sedikit oleh-oleh air jam-jam, sajadah atau batu cincin, tidak lebih...............”, Kata Ki Bijak.

“Nak Mas harus ingat, sah tidaknya sebuah aktivitas ibadah adalah tergantung ilmunya, jangan sampai nanti nak Mas insya Allah pergi kesana, sudah menghabiskan banyak uang, tenaga dan pikiran, sementara nilai pahala hajinya Nak Mas tidak dapat, jangan sampai ya Nak......” Kata Ki Bijak.

“Ya, Ki, Insya Allah.....”Kata Maula.

“Hal ketiga yang harus Nak Mas tabung dari sekarang adalah amal shaleh, mungkin Nak Mas belum haji, tapi adalah sangat mungkin Nak Mas berperilaku seperti seorang haji, daripada sudah ketanah suci, kelakuan tetap seperti preman......”,
Kata Ki Bijak.

“Belajarlah mulai sekarang untuk menjadi seorang yang arif, bijak dan santun, menghormati sesama, menjauhi angkara nafsu serta amaliah lain yang diridhai Allah, sehingga ketika kelak Nak Mas pergi kesana, istilahnya kesana Nak Mas tinggal diwisuda saja, sementara kuliahnya disini, yaitu dengan menjalankan syari’at yang benar dan istiqomah......”, Kata Ki Bijak.

“Adalah lebih afdhal apabila seorang yang akan berangkat haji sudah benar benar melaksanakan shalat dengan benar dan istiqomah, berzakat, berpuasa dan memiliki tingkat keimanan yang benar, sehingga disana, ditanah suci kelak, kita layak untuk dianugerahi gelar Haji didepan nama kita sepulang kita dari sana....”Kata Ki Bijak.

Ini untuk kita saja ya Nak Mas, kalau ada yang baru belajar shalat ketika hendak haji, baru rajin zakat ketika hendak haji, bahkan ada yang baru belajar mengaji, ketika pulang dari sana, ia seakan mendapatkan gelar dengan cara menyogok, ya seperti sarjana karbitan gitu lah, kuliahnya tidak pernah, ujiannya pun di-her terus, tapi tetap dapat ijazah.....akibatnya nilai-nilai yang tertera dalam selembar ijazahnya itu sama sekali tidak teraplikasi dalam kehidupannya, begitupun haji yang karbitan......ia hanya berhak menyandang gelar saja, tapi belum tentu memiliki nilai haji yang benar......”Kata Ki Bijak

“Kita tak perlu usil kalau ada haji karbitan seperti itu, biarkan saja, dan alhamdulillah mereka berangkat haji, tapi Aki sangat berharap kalau kelak Nak Mas mendapat karunia untuk berangkat kesana, ingat pesan Aki, jadilah Haji jadi, bukan sekedar jadi haji...........”Kata Ki Bijak lagi.

“Alhamdulillah Ki, sekarang ana bisa tenang, do’akan ana bisa menabung niat yang benar, menabung ilmu yang bermanfaat serta menabung amal shaleh yang diridhai Allah, dan semoga pula ana mulai sekarang bisa pula menabung uang untuk bekal ya Ki...”Kata Maula.

“Amiin......” Kata Ki Bijak.

“Ki, ana pamit untuk berangkat kerja sekarang......”Kata Maula.

“Berangkatlah Nak, ingat selalu pesan Aki untuk menabung amal shaleh ya Nak......”Pesan Ki Bijak.

Maula mengangguk kemudian meraih tangan gurunya untuk salaman, kemudian ia berangkat menuju tempat kerjanya.

Wassalam

June 28, 2007

No comments:

Post a Comment