Thursday, June 7, 2007

MBO SEORANG MUSLIM

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Ad dzariyat:56)

Alhamdulillahirabbil’alamin, akhirnya selasai sudah tugas maha berat untuk menyusun Management By Objective, puja dan puji syukur penulis kepada Allah swt yang telah menuntun dan membimbing penulis untuk dapat menyusun rangkaian rencana atau tujuan yang hendak dicapai dalam satu tahun kedepan.

Kenapa kita harus buat MBO?

Istilah Management by Objective pertama kali dipopulerkan oleh Peter Drucker pada tahun 1954 dalam bukunya yang berjudul “The Practice of Management”. Management by Objectives didefinisikan sebagai “a process of agreeing upon objectives within an organization so that management and employees agree to the objectives and understand what they are” atau kalau tidak salah mengartikan MBO adalah " adalah suatu proses untuk menyepakati sasaran yang hendak dicapai dalam suatu organisasi sehingga manajemen dan karyawan memahami memahami dan menyepakatinya”

Sampai disini kemudian timbul sebuah pertanyaan retoris, “jika dalam sebuah perusahaan seorang karyawan harus membuat perencanaan sasaran yang hendak dicapainya dengan persetujuan dari manajemen, lalu seberapa pentingkah kita memiliki sasaran yang hendak dicapai seorang muslim?”

Ayat kelima puluh enam dari surat Ad-dzariyat diatas, adalah sebuah guidance yang sangat jelas bagi kita sebagai muslim untuk membuat perencanaan sasaran yang hendak kita capai oleh kita selaku muslim. Hal yang pertama yang harus kita catat adalah bahwa “kita (manusia) diciptakan untuk mengabdi kepada Allah swt semata”

Karena itu bagi seorang muslim harus menempatkan “pengabdian” dalam urutan pertama objektifnya serta harus diberi point level tertinggi, karena pengabdian merupakan nilai yang sangat tinggi disisi Allah Swt.
“Pengabdian” harus dipahami dan diartikan secara utuh dan menyeluruh, dengan menjadikan setiap sisi kehidupan diisi dan ditentukan oleh ajaran-ajaran Allah sebagai Pengatur kehidupan ini.

Kalau kita buat pemetaan objective kita sebagai seorang muslim, mungkin akan nampak seperti ini;

Tujuan/Objective: Menjadi seorang hamba Allah yang mukhlis

Tingkatan yang hendak dicapai/Achievement Level:
1.Memiliki pondasi aqidah yang benar (Imaniyah)
2.Memiliki pemahaman dan melaksanakan syari’at secara penuh dan benar (Uluhiyah)
3.Memiliki muamalah yang benar
4.Memiliki hubungan sosial yang baik / habluminnas (mu’asarah)
5.Memiliki ahlaqul karimah

Bagaimana / How?

1.Untuk memiliki aqidah yang benar, aqidah yang akan menumbuhkan motivasi (niat) yang ikhlash, yang menjadikan nilai pengabdian kita memiliki ruh tauhid, kita harus melibatkan seluruh potensi yang kita miliki, kita harus melibatkan Fikroh kita, yakni wawasan atau cara berpikir kita agar selaras dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam al qur’an dan sunah.

2.Kemudian kita juga harus melibatkan Syu’ur kita, yaitu perasaan kita yang akan mempengaruhi arah pengabdian kita kepada Allah swt, agar tetap sejalan dengan kehendak dan tujuan penciptaan kita sebagaimana termaktub dalam ayat pembuka diatas.

3.Untuk dapat melaksanakan shalat secara benar, tentu kita harus belajar tatacara shalat, kita harus memahami syarat dan rukun shalat, dengan membaca, dengan bertanya, dengan mencontoh atau melalui pendidikan formal disekolah maupun dipesantren. Pun kalau kita ingin memahami tuntunan zakat, kaidah puasa maupun tatacara ibadah haji, belajar, membaca, bertanya untuk kemudian kita latih dan kita praktekan dalam kehidupan kita sehari-hari.

4.Muamalah merupakan hal yang sangat menunjang pengabdian kita secara utuh dan menyeluruh kepada Allah. Kita bisa shalat dengan pakaian yang menutupi aurat kita, kita bisa menunaikan zakat, kita bisa buka puasa, kita bisa pergi haji dengan sebuah sarana yang dinamakan uang sebagai imbalan atas muamlah kita. Dan ketrampilan kita dalam muamalah hanya akan kita dapat jika kita mau belajar dan berlatih.

5.Sebagai mahluk sosial, kitapun dibebani kewajiban sosial atau fardhu kifayah dan juga kewajiban untuk bersosialisasi dengan manusia lain dan lingkungan kita, dan lagi hanya dengan proses belajar dan latihan saja ketrampilan kita dalam hal mu’asarah ini akan terasah.

6.Puncak dari pengabdian kita adalah ahlaqul karimah, baik ahlaq kita kepada Allah maupun ahlaq kita kepada sesame mahluk. “Agama adalah Ahlaq”, maka mereka yang berahlaqul karimah sajalah yang disebut sebagai orang beragama dan orang yang mengabdi kepada Allah swt.

Kapan/When?

Kita dikarunia Allah 24 jam per hari dengan usia rata-rata kita adalah 60~70 tahun. Setelah kita men-set-up sasaran dan tujuan kita sebagai seorang muslim, kini tinggal kebijaksanaan kita bagaimana kita mengatur dan menata waktu kita agar kita menjadi menjadi orang-orang yang beruntung, bukan sebaliknya menjadi seorang pesakitan yang merugi fi dunya wal akirat.

Baik tidaknya kita dalam menyusun sasaran dan tujuan kita sebagai muslim, akan sangat berpengaruh pada tingkat pencapaian kita terhadap target yang telah disusun.

Tinggi rendahnya tingkat pencapaian obejktive kita, akan sangat berpengaruh terhadap reward yang akan kita terima.

Kalau dalam pekerjaan kita akan mendapat bonus sesuai dengan rating achiement kita, dalam pengabdian kita pun kita akan mendapat imbalan pahala sesuai dengan tingkat ketaatan dan pengabdian kita kepada Allah swt.

Wassalam

Juni 07, 2007

No comments:

Post a Comment